Raisa menemui seseorang di sebuah apartemen. Selama ini Raisa tidak bisa melupakan mantan suaminya Edward. Raisa dan Edward bercerai dipaksa oleh papanya karena Edward adalah pria miskin yang tidak mempunyai apapun. Jika dia tidak mau bercerai maka dia akan diusir dan tak mendapatkan sepeserpun dari papanya. Raisa mana mau jatuh miskin dan kehilangan semua hartanya. Dia terpaksa menikah dan menerima Harry sebagai suaminya.
"Sayang!! " Edward memeluk Raisa yang sudah sebulan ini menghilang.
"Maafkan aku baru kemari, ini aku belikan makanan di supermarket" Raisa memberikan kantung belanjaan pada Edward.
"Seharusnya tidak usah repot-repot Raisa, Aku sudah mendapatkan pekerjaan sebagai satpam di komplek perumahan. Bagaimana kabar Vina anak kita?" Edward sudah lama 5 tahun tidak bertemu dengan anaknya Vina. Dulu saat Vina masih SMA anaknya itu sering main kesini.
"Vina baik-baik saja. Sekarang dia ada dirumah papa. Ayo makanlah aku juga sudah beli makanan untukmu" ucap Raisa sambil menata makanan yang ia beli di meja. Edward tiba-tiba memeluk Raisa dari belakang. Dia merindukan Raisa dan Vina. Andai saja dia kaya mungkin hal ini tak akan terjadi.
"Kamu mencintai suamimu? " tanya Edward sedih. Dia tau sekarang Raisa sudah menikah lagi. Raisa memegang tangan Edward. Dia tidak tau bagaimana perasaannya sekarang. Di sisi lain dia masih mencintai Edward tapi di sisi lain dia mulai menaruh rasa pada Harry. Raisa begitu serakah mencintai keduanya.
"Maafkan aku Edward" ucap Raisa merasa bersalah.
"Tidak apa-apa sayang wajar jika kamu menyukainya. Pria itu tampan dan kaya bukan. Dia lebih dari segalanya dariku" ucap Edward lalu mengurai pelukannya. Dia jadi tidak nafsu makan. Sampai saat ini dia masih mencintai Raisa mantan istrinya. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan Raisa di dalam hatinya.
"Tapi cintaku padamu tidak berubah Edward. Maafkan aku sudah membagi cintaku" Raisa kembali memeluk Edward dari belakang. Edward berbalik lalu mencium bibir Raisa dengan lembut.
"Apa dia menciummu seperti aku menciummu? jika iya maka aku akan mundur. Aku ikhlas melepaskanmu dengannya Raisa" tanya Edward dengan getir. Dia menahan tangisnya saat cinta Raisa sudah bukan untuknya seorang.
"Maafkan aku.. tapi aku tidak ingin melepaskanmu" Raisa tidak ingin berpisah dengan Edward cinta pertamanya. Edward hanya bisa diam membiarkan Raisa puas memeluknya. Rencananya dia akan pergi dari hidup Raisa agar wanita itu bisa menjalani hidup bahagia bersama suami barunya.
***
Dirumahnya Vina terngiang-ngiang saat malam kemarin dia dan Harry berciuman di taman. Ia memegang bibirnya sambil tersenyum sendirian.
"BAH!! " Daniel mengagetkan keponakannya dari belakang.
"Ahkk om Daniel!! " Vina memukul-mukul bahu Daniel karena kaget.
"Lagi melamun jorok apa kamu hem? senyum-senyum kayak orang gila!! " Daniel memang suka menggoda Vina keponakan satu-satunya yang paling dia sayang. Hingga perasaan menyimpang tumbuh di dalam hatinya. Sejak saat itu Daniel memutuskan untuk pergi dari rumah. Dia tidak mau perasaan cintanya pada keponakannya muncul kembali.
"Gak ada kok!! om kenapa harus pindah sih?! Vina kangen sama om" Vina memang dari kecil suka bermanja-manja pada Daniel. Harry tiba-tiba datang melihat Vina bergelayut manja dengn Daniel adik iparnya.
"Halo Harry bagaimana kabarmu? " tanya Daniel seraya tersenyum.
"Aku baik-baik saja.Bagaimana denganmu sudah lama tidak berkunjung? "
"Aku baik saja, mana kak Raisa? " sedari tadi Daniel belum melihat kakaknya itu.
"Mama pergi arisan bersama teman-temannya om, sini yuk ikut Vina. Ada seseorang yang ingin Vina kenalkan sama om" Vina menarik tangan ke kamarnya. Harry menatap cemburu pada keduanya. Dia bisa melihat mata Daniel melihat Vina dengan pandangan memuja sebagai seorang wanita bukan sebagai keponakan. Di dalam kamarnya Vina mengenalkan Raka pada Daniel.
"Ini Raka anak angkatku om. Raka ini pakde Daniel pamannya mama."
Daniel menunduk agar tingginya sama dengan Raka. Dia begitu takjub melihat anak laki-laki di hadapannya ini. Seperti versi Harry mini.
"Hai Raka sayang.. ini pakde Daniel.. " sapa Daniel.
"Pakde suka sama mama ya? " tanya Raka langsung. Wajah Daniel memerah kenapa anak ini bertanya seperti itu.
"Raka kok ngomong begitu sih? pakde Daniel kan omnya mama wajar kalau suka sama mama" Vina menganggap suka yang diartikan oleh anaknya itu adalah suka bukan dalam artian cinta.
"Sudah-sudah namanya juga anak kecil. Raka sudah sekolah? berapa umurnya? " tanya Daniel mengalihkan perhatian.
"Belum pakde, tahun ini 4 tahun tepatnya bulan depan aku ulang tahun" jawab Raka.
"Wah sebentar lagi kamu masuk TK juga dong. Mau hadiah apa untuk ulang tahunmu nanti pakde belikan? " tanya Daniel antusias. Dia menyukai anak laki-laki ini. Begitu pintar dan menggemaskan.
"Aku mau mobil" jawab Raka.
"Mobil-mobilan? nanti pakde belikan ya"
"Bukan mobil-mobilan tapi mobil beneran. Raka mau bisa nyetir biar bisa antar mama kemana-mana"
Daniel tertawa mendengar perkataan Raka.
"Baiklah mobil beneran.Nanti kamu pilih sendiri ya sayang" Daniel rasanya ingin menikah dan punya anak. Hanya saja sampai saat ini belum ada wanita yang pas di dalam hatinya. Sampai saat ini dia belum bisa melupakan Vina.
Vina, Daniel, dan Raka keluar dari kamar. Mereka mirip seperti keluarga cemara yang bahagia. Diam-diam Harry memperhatikan mereka. Tiba-tiba saja Raka berlari memeluk Harry.
"Papa!!" Harry berusaha menggendong Raka dengan sebelah tangannya.
"Raka jangan begitu Kakek Harry kan masih sakit tangannya" tegur Vina.
"Tidak apa-apa Vina" Harry senang Raka memanggilnya papa. Seakan-akan dia sudah memiliki anak. Daniel bingung kenapa Raka memanggil Harry papa. Tapi dia tidak terlalu memikirkannya.
"Kenapa sayang? " tanya Harry. Dia merasa ada ikatan yang susah untuk dijelaskan antara dia dan Raka. Vina sendiri takut jika Harry mengetahui jika Raka adalah anaknya. Ia tak ingin menyakiti mamanya.
"Vina.. Raka... om Zayn datang... yuhuuu" Zayn datang dengan banyak kantung berisi mainan didalamnya. Kata orang kalau ingin mendekati mamanya dekati dulu anaknya.
"Zayn kamu gak bilang mau datang. Apa yang kamu bawa? " tanya Vina.
"Ini mainan buat Raka. Om sengaja beli yang banyak buat kamu" jawab Zayn sambil menyerahkan kantung itu pada Raka. Raka melepaskan diri dari gendongan Harry. Raka mengambil kantung belanjaan itu lalu mendesah kecewa saat melihatnya.
"Kenapa sayang kamu gak suka? " tanya Zayn.
"Om serius beliin Raka boneka? Raka kan cowok om"
Daniel, Harry, dan Vina tertawa saat melihat boneka teddy bear yang dibeli oleh Zayn. Pantas Raka tidak suka.
"Raka tidak boleh begitu sayang. Apapun yang sudah diberikan oleh seseorang harus kita terima dengan senang hati dan jangan lupa ucapkan terima kasih" nasehat Vina pada anaknya.
"Makasih ya om Zayn" ucap Raka.
"Nanti om beliin yang lain ya sayang. Ayo kita jalan-jalan keluar" ajak Zayn.
"Vina dan Raka akan ikut denganku" sergah Daniel.
"Bukannya kita mau pergi hari ini Vina? " Zayn tak rela Vina pergi bersama Daniel.
"Raka mau sama papa Harry!! " ucap Raka sambil berlari memeluk Harry.
"Raka kita kan mau ke kebun binatang sama-sama" rayu Zayn.
"Raka katanya mau beli mobil sama pakde ayo sini sayang" giliran Daniel tak mau kalah dengan Zayn.
"Oke tapi ajak papa Harry ya" Raka menuntun tangan Harry untuk ikut dengannya keluar rumah.
"Kenapa bisa begini?! gagal dong kencanku dengan Vina!!" Zayn meremas rambutnya frustasi.
"Sial gagal berduaan dengan Vina" gumam Daniel. Vina hanya tertawa melihat mereka berdua lalu menyusul Raka dan Harry diluar.