kemudian Lusi keluar ruangan tersebut dan meneliti tumpukan map di meja kerja Bimo. dari situlah dia tahu laporan keuangan yang keluar secara besar-besaran setelah Bimo menjabat sebagai CEO.
Tak berapa lama, Lusi kembali dan membawa file yang di inginkan oleh sang bos.
"Ini file yang Bapak minta, bisa saya Bantu Pak? Bapak mau saya periksa data siapa?" tanya Lusi kepada atasannya.
Pak Nasir langsung mendongakkan kepalanya kemudian berkata kepada pegawainya tersebut.
"Coba pilah data para pegawai baru dan data tentang Bimo, kemudian berikan kepada saya" Titah Pak Nasir singkat, tapi tegas.
"Baik pak" jawab Lusi. tak butuh waktu lama, karena meskipun Lusi duduk dan bekerja di kursi dekat para karyawan biasa di kantor tersebut, tapi sebenarnya dia lah salah satu orang kepercayaan yang di tempatkan di divisi tersebut untuk mengetahui gerak para karyawan yang lain, kecerdasan Lusi tak perlu di ragukan lagi.
Saat melihat data tentang keluarga Bimo, mata Pak Nasir seketika membulat tidak percaya.
"What? bukan Alika yang dia cantumkan sebagai istrinya Bimo, tapi Rosma Sekartaji dan mereka memiliki 2 anak? kenapa Bisa?" batin Pak Nasir dalam hati.
"Lusi, apakah kamu tahu siapa pegawai baru di kantor ini? dan siapa yang menerima mereka untuk menjadi bagian di kantor ini?" tanya pak Nasir menyelidik.
"Untuk soal itu yang paling bisa memberi penjelasan yang gamblang adalah bagian HRD pak, tapi selinting kabar yang saya dengar mereka semua sebagian besar adalah atas rekomendasi dari pak Bimo, tapi untuk lebih jelasnya hanya di bagian HRD yang bisa menjelaskan" jawab Lusi di sertai penjelasan kepada atasannya tersebut.
"Baiklah itu urusan nanti, yang penting cara kerja mereka tidak mengecewakan dan tidak membuat rugi perusahaan saya, oh ya mulai besok saya mau kamu siapkan satu ruangan untuk saya, saya akan terjun kembali ke perusahaan, untuk itu akan saya umumkan di rapat direksi dan para investor nanti siang." jelas Pak Nasir kembali.
"Tentang data keluarga Bimo, apakah kamu tahu kenapa bukan putri saya yang tercantum disana?" Tanya pak Nasir kepada pegawai kepercayaannya tersebut. Lusi yang mendengar itu tampak terkejut.
"Kenapa bisa Pak? terus yang tercantum disana siapa pak?" tanya Lusi keheranan.
"Rosma sekartaji, dan disana juga di cantumkan bahwa mereka memiliki 2 orang anak, padahal putri saya belum pernah yang namanya hamil." jelas pak Nasir lagi.
"Saya mau data dari Bimo serta keluarga yang di cantumkan tersebut secara lengkap, aku tunggu sebelum rapat nanti di laksanakan. Bisa?" tanya Pak Nasir memberi perintah.
"Bisa pak, saya permisi dulu."pamit Lusi kepada atasannya.
Sebenarnya pak Nasir berencana akan mengenalkan putri satu satunya yaitu Alika sebagai pewaris tunggal perusahaannya dalam rapat nanti, tapi lagi-lagi Alika masih menolak, dengan alasan belum saatnya.
Waktu rapat yang di jadwalkan tiba, semua dewan direksi pemegang saham sudah hadir, para investor pun turut serta untuk membahas kelangsungan dan kinerja selama setahun belakangan.
Bimo yang ada di ruangan tersebut nampak pias, biasanya dia sendiri yang akan memimpin rapat tersebut 3 tahun belakangan, tapi kini dia harus diam dan hanya bertugas menerangkan perkembangan perusahaan selama setahun terakhir.
Sebenarnya tak perlu di ragukan kemampuan Bimo dalam memajukan perusahaan pak Nasir, tapi di sini Bimo menyalahgunakan jabatannya untuk mengeruk uang perusahaan ke dalam kantong pribadi dan kepada rekening-rekening yang seharusnya tak memiliki hak untuk itu, Bimo pun memasukkan nominal gaji ke rekeningnya jauh di atas gajinya.
Hal itu yang perlu di pertimbangkan. jika itu berlangsung lebih lama lagi maka bukan tidak mungkin perusahaan bisa mengalami kebangkrutan.
Setelah penjelasan Bimo selesai, terlihat semua yang hadir di ruangan tersebut sangat puas, kini tiba saatnya Pak Nasir mengumumkan bahwa dirinya akan bergabung kembali ke perusahaan.
"Setelah lebih dari 3 tahun saya vakum dari perusahaan dan beristirahat, saya rasa mulai besok saya akan terjun kembali ke perusahaan, sudah cukup istirahat saya, mungkin dengan ikut bergabung kembali, saya akan bisa lebih sehat...!" katanya.
Semua wajah terlihat senang dengan keputusan Pak Nasir, meskipun kemampuan Bimo tidak di ragukan lagi, tapi mereka lebih senang lagi jika pemilik perusahaan turun langsung untuk mengelola.
Tapi berbeda dengan Bimo, tentu dia merasa tidak senang dengan kembalinya sang ayah mertua ke perusahaan, tentu langkahnya akan merasa di batasi, apalagi sekarang dia tengah ada masalah dengan Alika putrinya, bisa-bisa dia akan di tendang dari perusahaan, ketakutan Bimo bila ketahuan sang mertua membuatnya sedikit pias dan tercenung.
"Kenapa ayah kembali ke kantor tak berdiskusi dulu denganku? semoga beliau tak mengetahui jika data yang aku masukkan ke kantor bukanlah Alika sebagai istriku melainkan Rosma." batin Bimo berharap.
Setelah rapat selesai, Pak Nasir menghampiri menantunya tersebut. berniat untuk pamit.
"Bim, Ayah pulang dulu, ayah kangen sama Alika, mau mampir kesana, anak itu sudah lama tak berkunjung ke rumah, apakah dia di rumah? atau tengah liburan kemana gitu?" tanya Pak Nasir yang tiba tiba membuat Bimo kaget dengan nada gagap Bimo menjawab pertanyaan mertuanya.
"Em, itu yah, Alika di rumah kok, Bimo temani ya Yah?" jawab Bimo tergagap.
"Nggak perlu, kamu kerjain saja tugasmu, bukannya tadi para investor memberikanmu tugas yang sangat banyak ya? koreksilah bersama bawahanmu, berbaurlah dengan mereka supaya hasilnya lebih maksimal lagi. Aku sangat kangen dengan putriku, aku ingin bernostalgia dengannya, aku pinjam istrimu dulu ya?, nggak lama kok, sampai kamu pulang kantor saja." jawab Pak Nasir kepada Bimo yang menawarkan diri untuk menemani tadi.
Bimo semakin di Landa kecemasan. dia takut belangnya ketahuan saat ini juga, dia belum sanggup kehilangan segalanya sekarang.
Tanpa menunggu jawaban dari Bimo, Pak Nasir langsung keluar kantor menuju rumah sang putri tercinta, dia tak sabar ingin menanyakan hal yang menurut Pak Nasir sangat mengejutkan itu.
Sesampai di rumah sang putri, Pak Nasir sangat terlihat bahagia. di peluknya Alika dengan penuh rindu.
"Putri Ayah apa kabar? kenapa lama sekali tak berkunjung ke rumah Ayah?" pertanyaan sang Ayah hanya di jawab dengan cengiran saja oleh sang putri.
"Sebenarnya ada yang mau ayah tanyakan kepadamu sayang, tapi buatkan ayah minum dulu gih, ayah lagi pengen es jus alpukat, kamu bisa kan membuatnya? nggak lupa kan cara bikinnya?" tanya Pak Nasir menggoda putrinya.
"Siap pa, ayo masuk dulu nggak enak di luar rumah," alasan Alika mengajak ayahnya masuk rumah.
"Isshhh apaan sih, Ayah tuh pengen neduh di bawah pohon mangga itu loh nak, lagian gerah banget ini." jawab Pak Nasir.
lantas Alika langsung berlalu ke dapur dan Pak Nasir menuju ke bawah pohon mangga yang di tunjuk.