Kebenaran yang mulai terungkap

1116 Kata
Tapi tak begitu dari fihak Mas Bimo, mereka sama sekali tak pernah mempertanyakan tentang kehamilanku, apa mereka tahu kondisi Mas Bimo ya? batinku mempertanyakan. "Mungkin aku harus menanyakan pada mereka, siapa tahu dengan itu aku akan mendapat dukungan untuk mengajak Mas Bimo periksa ke dokter." batinku bermonolog dalam hati. "Tapi darimana ya aku akan memulainya, kok kayaknya diriku sangat sungkan" batinku kembali ragu-ragu. *** "Ma Pa, aku ingin bicara sesuatu kepada kalian" kata Bimo kepada orang tuanya. "Ada apa Bim? kok sepertinya serius sekali?" jawab sang Ibu kepada anaknya. "Pernikahanku dengan Alika sudah berjalan 3 tahun Ma, dan selama waktu itu akupun sama sekali tak pernah menyentuhnya, aku takut lama-lama Alika akan curiga Ma, kemaren sore saja dia menanyakan tentang kejantananku di ranjang, dia mencurigai aku impoten Ma," kata Bimo tak bersemangat. "Lagian kamu itu loh kok ya aneh loh Bim, lawong Akila itu sudah Shah Lo jadi istrimu, kok bisa-bisanya nggak kamu sentuh sama sekali, ya jelas lah wanita mana yang nggak curiga. Sekali-kali kamu sentuh saja nggak apa-apa, lagian juga nggak akan ketahuan kan sama si Rosma, kamu itu jadi laki-laki mbok ya pintar sedikit, jangan sampai za kamu di ceraikan sama Alika, mama nggak amu jatuh miskin, ingat itu." jawab Mama. "Papa sudah mengizinkanmu menikah dengan Rosma dengan segala drama di waktu itu, papa harap kamu jangan pernah mengecewakan Papa...!"Tegas sang Papa kepada Bimo. "Tapi Bimo benar-benar nggak bisa menyentuh Alika pa, Bimo nggak bisa menghianati Rosma, Bimo rasa Papa faham akan hal itu...!" kilah Bimo beralasan. Papa mendengus kesal, tentu Papa nya sangat ketat ketir jika seandainya Alika sampai meminta cerai, sebab dia lah sumber keuangan satu-satunya saat ini. Perusahaannya dah pun dia jual kepemilikannya di karenakan hutang-hutangnya yang menggunung, tentu keluarga Alika tak mengetahuinya. "Waktu Alika menyatakan kecurigaannya, Bimo mengaku kalau Bimo impoten" jawab Bimo tertunduk lesu. "Appa?" jawab Mama dan Papa bersamaan. "Nggak waras memang kamu, bagiamana impoten? lawong dari setiap tahun si Rosma melahirkan begitu kok," jawab sang mama tak terima anaknya mengaku impoten. Kini Rosma tengah mengandung kehamilan yang ke tiga, kehamilannya kali ini ternyata sangat rewel di banding dengan kehamilan sebelumnya. Kalian pasti bertanya apakah Rosma tahu bahwa keadaan dirinya sebagai istri ke dua? tentu dia sangat mengetahui hal itu, tapi karena rasa cintanya yang terlampaui kepada Bimo, maka dia mau jadi istri yang ke dua, entah bagaimana caranya si Bimo mendapatkan tanda tangan Alika, nyatanya mereka bisa menikah secara agama dan Negara. Meskipun pernikahan resmi mereka lakoni setahun setelah pernikahan siri. Rosma mengizinkan Bimo menikah dengan Alika dengan syarat Bimo sama sekali tak boleh menyentuh Alika. pun dengan orang tua Bimo mereka tidak akan memisahkan Bimo dan Rosma jika setuju untuk menikahi Alika. Hape Bimo berdering menandakan ada yang menghubunginya, ternyata yang menghubungi adalah Rosma istri tercintanya. "Hallo mas, kamu dimana? jangan pulang dulu ya mas? kamu kesini dulu, si dedek dalam kandungan rasanya pengen Deket sama ayahnya." kata Rosma dengan seperti biasa Bimo tak akan bisa menolak keinginan sang istri tercinta. "Siapa yang menghubungi Bim?" tanya Mama setelah telefon di matikan. "Rosma Ma, dia meminta untuk Bimo tak pulang dulu, sebab nyidamnya menginginkan dekat dengan Bimo." jawab Bimo santai. "Jangan keseringan seperti itu, nanti Alika benar-benar curiga." kata sang Papa sedikit emosi. Tak berapa lama terdengar salam dari luar rumah. "Assalamu'alaikum" suara seorang perempuan yang tak asing lagi, yah suara perempuan pohon uang mereka satu satunya, siapa lagi kalau bukan menantu mereka yang telah di bohongi bertahun-tahun Alika. "Wa'alaikumsalam, eh menantu kesayangan Mama, sini sayang, kalian pasti janjian kesini kan? tuh Bimo sedang duduk bersama Papa di dalam." kata mama mertua penuh dengan kepalsuan. "Iya ma, kami berniat menginap di sini, sejak kita menikah kami belum pernah menginap di sini jadi kami merencanakan untuk itu malam ini, rencana sih 3 hari, tapi tak tahu juga lihat nanti saja," sebenarnya sih Alika terkejut bahwa Bimo dah pun berada di situ dan tanpa memberitahu Alika, sekalian saja Alika meluruskan niatnya untuk mengupas tuntas perihal Bimo ke keluarganya. "Loh kok kamu nggak bilang sih Bim kalau mau menginap? kan Mama bisa mempersiapkan kamar kalian, tuh kamarnya aja belum Mama bereskan." kata mama yang sepertinya marah di nada bicaranya, seolah tak menyukai kami menginap, padahal sekali pun Mas Bimo belum pernah mengajakku untuk menginap. "Ada apa ini?" batin Alika bergumam. Segera Alika menguasai keadaan dan berkata kepada Mama mertuanya. "Biar Alika saja yang membersihkannya Ma, Alika sudah terbiasa kok, iya kan Mas?" kata Alika meminta dukungan suaminya. Bimo yang mendapat pertanyaan istri kertasnya itu gelagapan dan mengiyakan saja permintaannya dengan cara mengangguk. "Ya sudah sana bereskan kamar kalian takutnya nanti malah gatal-gatal kalau nggak di bersihkan dulu minta sprei baru sama Mamamu. Berikan spreinya Ma," kata papa terlihat biasa saja. Entah apa sebabnya sejak mereka menikah sifat sang papa mertua sangat dingin padanya. Alika yang sudah terbiasa pun hanya cuek menanggapi. Mertua Alika memiliki 3 orang anak, yang pertama bernama Sheila purnama wijaya, yaitu kakak dari Bimo dan sudah menikah dengan seorang pria bernama Hari, yang kedua adalah Bimo Adi wijaya suami Alika, dan yang ke tiga adalah Puspitasari wijaya. adiknya Bimo yang berusia 15 tahun masih duduk di bangku SMA. Papa mertua bernama Adinata Wijaya, dan Mama mertua bernama Rindang jayawijaya. Mereka asli kota S dan menetap di kota B karena usaha mereka berada di kota tersebut. "Ya sudah Ma, Alika mau membersihkan kamar dulu, oh ya Ma, Sari kok nggak kelihatan, dimana ya? apa masih sekolah?" tanya Alika sebelum masuk ke kamar untuk membersihkan kamar. "Tadi sari telefon katanya pulang agak malam, ada tugas sekolah yang mau di selesaikan bersama teman temannya." jawab sang Mama mertua enteng seperti enggan. Saat sebelum masuk tadi, sengaja Alika meletakkan sebuah benda kecil seperti cctv untuk merekam percakapan mereka, benda itu di tempelkannya di bawah meja, pasalnya Alika mencurigai sesuatu dengan sikap semua Yang ada di ruangan tersebut dan alat tersebut tersambung di hape pintar miliknya. Setelah memasuki kamar, dia lupa meminta sprei tadi, tak apa lah aku bersihkan dulu nanti kalau sudah selesai baru aku pasang spreinya. Di tutupnya pintu kamar lalu iseng membuka hape mengaktifkan rekaman dari benda tersebut yang tersambung di ruang tamu. "Bagaimana ini Ma, Rosma meminta Bimo untuk menemaninya karena nyidamnya sedang ingin dekat denganku, ini malah si Alika minta menginap di sini pula, bikin kesel saja" kata Bimo membuat Alika kaget dan bertanya siapa sebenarnya Rosma, kenapa pula dia harus bingung untuk menuruti nyidamnya, kayak Bapaknya saja. Belum habis penasaran Alika, kini Mama menjawab perkataan anaknya. "Rosma suruh mengalah dulu lah, lagian waktu mu juga lebih banyak dengan Rosma kan? setiap malam juga kamu mengelabuhi Alika tidur dengannya, padahal kamu selalu menyelinap untuk ke rumah Rosma. Iya kan? sudah Rosma suruh ngalah dulu, daripada rahasia kita terbongkar?" jawab Mama memberi perintah. Alika kaget bukan kepalang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN