Membayangkan kebahagian

1242 Kata
Adiva berhasil keluar dari kamar laki-laki yang tega menyakitinya, sudah jatuh tertimpah tangga. ini yang saat ini ada dipikiran Adiva, gagal menikah dan dikhinati saudara tirinya sudah membuat hatinya sangat hancur, lalu yang terjadi sekarang kesucian yang ia jaga selama ini direnggut laki-laki yang tidak ia kenal. Adiva segera masuk kedalam kamarnya dan tanpa banyak berpikir, ia segera mengemas barang-barangnya kedalam koper. Laki-laki jahat itu terlihat sangat berbahaya dan Adiva tidak ingin terlibat dengan laki-laki itu lagi. Adiva mengganti pakaiannya dan kemudian ia segera keluar dari kamarnya dengan cepat menuju resepsionis untuk menyerahkan kunci kamarnya. Ia lebih memilih mencari hotel baru dan menikmati sisa liburannya, lalu segera pulang ke Jakarta. Adiva tidak menyadari jika saat ini ia sedang diikuti oleh dua orang laki-laki yang merupakan orang suruhan Ghavin Candrama untuk mengawasinya. Adiva merasa lega karena saat ini ia benar-benar telah meninggalkan hotel dan ia mencari penginapan lain untuk ia tempati. Ia meneteskan air matanya tanpa suara, sejak tadi ia merasa jika semua apa yang terjadi padanya adalah hal yang sangat menyakitkan. Apalagi tak ada satupun keluarga yang mencarinya atau menanyakan kabarnya saaat ini, hanya Astrid sahabatnya yang sejak kemarin mencoba menghubunginya namun ia sengaja tidak mengangkat ponselnya. Adiva sampai di sebuah hotel yang menyediakan kolam berenang privat dan ia segera membayar supir mobil online lalu ia memasuki hotel. Adiva segera mengambil kunci kamar dan karaywan hotel yang mengantarnya ke kamar yang telah ia pesan. Adiva memasuki sebuah ruangan yang didalamnya terdapat kamar dan juga kolam renang. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang. Sepertinya beberapa hari kedepan ia akan menginap disini dan akan pulang dua hari kemudian. Banyak hal yang akan ia lakukan setelah pulang nanti, mencari pekerjaan dan juga tempat tinggal baru, ia tidak akan tinggal di Rumah yang memiliki banyak kenangan buruk baginya. Adiva terlelap pulas karena lelah dan hari ini ia telah banyak menghabiskan air matanya hingga membuat matanya perih dan sedikit bengkak. Pagi menjelang, Adiva memulai aktivitasnya dan baginya ia akan terlihat lebih menyedihkan jika hanya berada dikamar hotel ini. Adiva tidak bisa berenang namun ia beruntung karena kolam renang privat ini hanya memiliki kedalaman satu meter dan ia bisa berendam sambil menikmati matahari pagi lalu sarapan. Setelah itu Adiva segera pergi berjalan kaki mencari tempat-tempat indah yang ingin ia kunjungi. Bali adalah salah satu tempat di Indonesia bahkan di mata dunia Bali memiliki pesona indah yang tak akan mudah dilupakan dengan sekali kunjungan saja. Setiap orang yang pernah mengunjungi Bali pasti akan merindukan Bali dan Adiva menghembuskan napasnya, akankah ia merindukan Bali? atau bisakah suatu saat ia bisa mengunjungi Bali dengan laki-laki yang ia cintai. "Bodoh kenapa aku ngerasa sangat menyedihkan begini," ucap Adiva kesal dengan dirinya yang masih saja memikirkan masalahnya dan tidak menikmati liburan ini. Adiva menatap beberapa bule yaang tersenyum padanya namun hanya ditanggapi Adiva dengan dingin. Adiva massih tidak menyadari jika ia diikuti dua orang laki-laki yang akan selalu melaporkan apapun tentang dirinya. Adiva membeli beberapa pajangan yang terbuat dari kayu disalah satu toko ia kemudian segera menghubungi transportasi online dan melanjutkan perjalannya ke tanah lot. Beberapa menit kemudian mobil yang Adiva pesan sampai dan ia segera masuk kedalam mobil yang akan mengantarnya ke tanah lot. Sepanjang perjalanan Adiva menatap rumah-rumah khas Bali yang terlihat megah, Adiva mendapatkan informasi jika gerbang dengan ukiran yang indah menujukkan ekonomi pemilik rumah. "Pengen banget tinggal disini lebih lama," ucap Adiva membuat supir itu tersenyum. "Mbak bisa datang lagi kemari dengan suaminya nanti Mbak," ucap supir itu. Supir itu akhirnya bisa menebak jika Adiva merupakan salah satu pengunjung dari luar Bali apalagi Adiva menuju tanah lot seorang diri dan itu membuktikan jika Adiva memang datang sendirian ke Bali. "Iya Pak semoga suatu saat saya datang kemari bersama keluarga kecil saya," ucap Adiva. Ia memejamkan matanya dan membayangkan jika saja Eric tidak menghianatinya mungkin saat ini ia benar-benar bersama Eric saat ini. Eric yang ia kenal adalah laki-laki hangat yang menyenangkan bahkan sering kali membuatnya tertawa bahagia hingga membuatnya lupa dengan masalah keluarganya. Ibu tiri dan saudari tiri yang sering memfitnahnya dan menyakitinya hingga ia dihukum Papanya. Mobil sampai ditanah lot dan Adiva segera turun dari mobil, ia melangkahkan kakinya dengan santai masuk kedalam kawasan wisata tanah lot. Adiva menikmati angin pantai dan ia mengabaikan orang-orang yang tertawa atau tersenyum dengan kerabatnya atau orang-orang yang datang bersama keluarganya. Adiva kembali membayangkan jika ia bisa berpegangan tangan seperti kedua pasangan yang terlihat bahagia dan sepertinya kedua pasangan itu sedang berbulan madu, membuat Adiva menghela napasnya. Sementara itu di ruang rapat seorang laki-laki mendengarkan presentasi laporan dari karyawannya namun matanya menatap foto wanita yang dikirim oleh dua orang bodyguardnya. ia melihat beberapa ekspresi Adiva yang terlihat menyedihkan. "Datang ke Bali seorang diri dan kau terlihat menyedihkan," ucap Ghavin Candrama. Ya...laki-laki yang saat ini sedang memimpin rapat adalah Ghavin Candrama dan gerutuannya saat ini menarik beberapa karyawannya yang merupakan peserta rapat namun tak ada yang berani mengitrupsi atau bertanya tentang apa yang saat ini Ghavin pikirkan. Tiba-tiba Ghavin berdiri dan ia menatap dingin para karyawannya, "Saya bosan dengan presentasi kalian yang tidak jelas ini, Rafi..." panggil Ghavin kepada asistennya. "Iya Pak," ucap Rafi. "Selesaikan rapat ini!" Ucap Ghavin. "Iya Pak," ucap Rafi. Ghavin segera melangkahkan kakinya meninggalkan karyawannya yang kemudian kembali melanjutkan rapatnya. Ia menghela napasnya karena kesal dengan apa yang ia pikirkan saat ini. Wanita yang telah menghabiskan waktunya semalaman bersamanya telah mempengaruhi pikirannya hingga mengganggu konsentrasinya. Ia kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi kedua Bodyguard yang saat ini bertugas mengawasi gerak-gerak Adiva. "Halo," ucap Ghavin. "Iya Pak, sekarang Ibu Adiva sedang menangis sambil menatap laut Pak," jelas salah satu dari mereka. "Apa ada yang mengganggunya?" Tanya Ghavin. "Tadi ada beberapa laki-laki yang sepertinya tertarik untuk mendekati ibu Adiva tapi beliau menolaknya," ucapnya membuat Ghavin mengangkat sudut bibirnya. "Jika ada yang berani mendekati dia, kalian singkirkan mereka. Jangan sampai ada yang berani mengusiknya apalagi kalau yang mengusiknya itu laki-laki!" Ucap Ghavin membuat dua orang Bodyguard itu terkejut dengan tingkah bosnya yang tidak seperti biasanya. Bahkan beberapa artis terkenal yang cantik telah mencoba mendekati Bos mereka ini, tapi segera ditolak dengan kasar bahkan Ghavin secara terang-terangan mengatakan kekurangan mereka jika mereka masih berusaha keras mendekatinya. "Siap Pak, kami akan terus mengikuti ibu Adiva sesuai permintaan Bapak," ucapnya. "Oke," ucap Ghavin dan ia segera menutup ponselnya. Ghavin segera menuju kamarnya dan ia memilih membaca berkas dikamarnya sambil menunggu laporan mereka mengenai Adiva. Ia juga telah memerintahkan orang-orang suruhannya untuk mencari informasi yang mendalam mengenai Adiva. Setelah pulang ke Jakarta, ia berencana untuk bertemu orang tua Adiva dan ia segera membawa Adiva masuk kedalam keluarga besarnya. Ia akan bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan kepada Adiva malam itu dan tidak ada satu pun yang bisa mencegah keinginannya itu termasuk keluarga besarnya. Sifat Ghavin yang sombong dan keras kepala memang membuat kedua orang tuanya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ghavin tetap saja menjadi anak yang berbakti, tapi ia tidak suka orang tuanya mengatur hidupnya apalagi mengenai pasangan hidupnya. Ia bahkan selalu menolak untuk dijodohkan dan mengambil keputusan sendiri jika itu mengenai pasangan hidup. Seperti pernikahannya yang terdahulu membuat keluarganya terkejut karena Ghavin memilih menikahi sahabatnya sendiri meskipun Ghavin tidak mencintainya sahabatbya itu, membuat Ayunda dan Gunadrama orang tuanya marah dengan sikap Ghavin. Bertanggung jawab atas hal yang tidak dilakukannya dan membuatnya hidup bersama orang yang tidak ia cintai membuat kedua orang tuanya sangat terluka. Bagi Ayunda ibunya, sebuah keluarga harus memiliki pondasi yang kuat salah satunya adalah cinta dan buka rasa iba atau kasihan yang dilakukan Ghavin saat itu hingga bersedia menikahi sahabatnya sendiri karena rasa iba.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN