Matahari berlahan merangkak ke atas langit, cahaya hangatnya menyusup masuk ke kamar Hanum. Semalam ia baru sampai lagi di rumah kontrakannya. Semalaman ia menangis, permintaan Bahran membuatnya dadanya sesak, memperpanjang perjanjian pernikahan itu demi kesehatan ibu mertuanya. Sementara suaminya tetap menjalin hubungan dengan kakaknya. bersayang sayang di depannya. Ia sudah muak dengan semuanya. Ia menyesal punya rasa pada laki laki yang menolongnya ketika ia terperangkap di area tawuran para remaja.
Bahran Arkana. Seorang CEO sebuah perusahaan terkenal. Laki laki yang telah bersikap baik padanya karena ingin mendekati kakaknya yang memiliki wajah paripurna. Kakaknya adalah seorang jurnalis untuk majalah luar negri. Selain cantik, kakaknya sangat pintar. Wajar saja kalau Bahran jatuh cinta padanya, tapi apa Hanum juga salah mencintai Bahran ?
Awalnya Hanum salah menyimpulkan ketika Bahran sering menghubunginya. Ternyata Bahran mendapatkan informasi kalau Hanum adalah adik Cintia. Tidak mudah mendekati Cintia, Hanum mengira kalau ia sering diajak jalan karena Bahran ingin mendekatinya. Lama lama kelamaan Hanum baru sadar setiap percakapan Bahran selalu menanyakan tentang hal hal yang disukai kak Cintia.
Saat Bahran menyatakan cinta pada Cintia dengan suasana romantis membuat hati Hanum hancur sehancurnya. Ia harus mengubur rasa cintanya pada Bahran. Keduanya menjalin hubungan asmara, setelah resmi berpacaran. Bahran seakan menganggap Hanum tidak ada. Hanum menyaksikan momen momen menyakitkan ketika acara pertunangan kak Cintia dan Bahran. Ia harus bersikap baik baik saja dihadapan semua orang.
Sampai mendekati hari pernikahan, kakaknya mendapat panggilan kerja dari luar negri. Cintia memang terobsesi punya pengalaman kerja di luar negri. tapi syarat ini ia harus penuhi, tidak terikat pernikahan selama dua tahun. Tapi persiapan pernikahan sudah sempurna, semua keluarga panik. Cintia dengan mudahnya meminta Hanum untuk jadi pengantin pengganti dan mereka akan membayar Hanum untuk berstatus sebagai istri palsu.
Istri palsu bagi pria yang dicintai Hanum. Hanum tak punya pilihan lain, kedua orang tuanya juga mendesak agar mau menjadi pengganti karna ini berkaitan nama baik keluarga karena sudah menyebarkan undangan. Tapi perjanjian perceraian itu hanya mereka bertiga yang tahu. Kedua orangtuanya hanya tahu Bahran bersedia menerima Hanum. Delisa, mama Bahran menyambut baik keputusan itu, saat pertunangan Bahran dan Cintia, ia ingat kalau Hanum adalah gadis yang membawanya ke rumah sakit saat ia pingsan mendadak dijalan.
Waktu perjanjian hampir habis, mereka harus segera bercerai. Cintia sebentar lagi akan kembali keluar negri. Harapan tinggal harapan, selama mereka terikat pernikahan itu ia berharap, Bahran memberinya kesempatan, memberi taburan bunga dihatinya walau itu hanya sebuah perbincangan sederhana. Selama menikah, Bahran sangat pandai memainkan peranan sebagai suami palsu, ia pulang di apartemen yang sama dengan Hanum tapi mereka tinggal di unit berbeda. Ia bisa bebas masuk ke apartemen Hanum namun Hanum tak tahu Bahran tinggal dimana.
Hanum terkejut dengan panggilan dari ibu mertuanya. Hanum segera menghapus sisa air mata semalam.
" Halo ma... "
" Hanum..kamu baik baik saja nak, apa Bahran menyakitimu nak " tanya ibu mertuanya saat mendengar suaranya mengandung tangis.
" Nggak ma.., Hanum baik baik saja. Maaf ma Hanum sekarang ada di luar kota. Hanum kini bekerja ma, bukan karena kak Bahran tak menafkahi Hanum tapi Hanum ingin mengamalkan ilmu Hanum "
" Mama mengerti nak, Bahran semalam masuk rumah sakit. Sekarang ia sedang dirawat, bisa kamu pertimbangkan lagi pekerjaan kamu di sana Num. Bahran tak bisa jauh dari kamu. Ia tak bisa makan, kalau bukan masakan kamu "
Hanum terdiam karena ia baru sampai di tempatnya bekerja tak mungkin ia balik lagi untuk merawat suami yang tak peduli dengan perasaannya. Ia sudah muak dengan semua sandiwara ini.
" Maafkan Hanum ma, Hanum tak bisa ke sana "
" Doakan Bahran baik saja ya nak, kamu disana jaga kesehatan "
Hanum meletakkan Hanum hp ke dadanya, info yang baru disampaikan ibu mertuanya membuat hatinya terenyuh. Rasa cinta yang masih ada dan masih kuat memberikan rasa khawatir di hatinya. Tapi ia memutuskan mungkin dengan begini rencana perceraiannya berjalan mulus. Ia disangka telah mengabaikan suaminya dan kak Cintia bisa masuk dengan mudah dalam isu perceraian itu.
Dennis terus menghubungi Hanum karna merasa malu pada Bahran atas sikap putrinya. Di saat suami sakit, Hanum tak ada disisi sang suami. Tak ada yang tahu saat Hanum di rawat dirumah sakit, Bahran pun tak sudi menjenguknya. Ia hanya mengirimkan asistennya menanyakan apa saja kebutuhannya selama sakit.
Hanum memblokir semua nomor kecuali nomor mertuanya. Istri ayahnya sekarang hanyalah ibu sambungnya, yang lebih menyayangi Cintia pada dirinya karena kakaknya itu lebih menarik untuk dibanggakan pada semua orang.
Hampir dua minggu Hanum bekerja. Setiap sore pulang bekerja, ia tidak langsung bekerja tapi menikmati sunset di sebuah kafe dekat tepi pantai. Setiap sore pula Bagas menghubunginya. Awalnya ia pikir ia dan Bagas hanya menjalin pertemanan. Hanum sadar kalangan pengusaha seperti Bagas pasti punya selera tinggi. Jelas sekali ia tidak tinggi. Berawal dari hobi yang sama, memanjat tebing. Mereka pun semakin akrab.
" Demi kamu akan ku beli perusahaan itu Num " ucap Bagas saat Hanum menceritakan kalau perusahaannya bekerja sedang mengalami krisis. Ia mendengar desas desus kalau pimpinannya akan menjual hak kepemilikan perusahaan.
" Ngapain juga mas Bagas ke kota kecil ini, di kota besar cuan lebih besar "
" Ini bukan masalah cuan, ini masalah kamu Num " Hanum tertawa lepas mendengar rayuan Bagas. Ia tahu kalau Bagas adalah laki laki yang suka menggombal. Jangan baperan kalau bersama Bagas, ia terkenal sebagai playboy dikalangan pengusaha muda. Dengan tampang, uang dan jabatannya. Banyak wanita yang bertekuk lutut padanya.
" Maaf pak Bagas, saya lagi banyak kerjaan, saya lagi lembur " bohong Hanum. Hanum tak tahu Bagas ada dibelakangnya.
" Lembur di kafe ? lihat kebelakang " Hanum sontak menoleh kebelakang, seorang pria dalam balutan jas abu abu melambaikan tangan padanya. Senyumnya ditangkap kamera Bagas dan foto itu langsung terpajang di halaman medsos Bagas yang langsung terhubung dengan medsos Bahran, tepat saat laki laki itu menscrol media sosialnya. Sebuah caption yang membuatnya tercenung sejenak.
Senyummu adalah bagian warna sore yang indah ini.
Bahran memukul kasur tempat ia berbaring. Karna ia tak bisa menghubungi Hanum. Saat Hanum menghilang tiba tiba di rumah sakit, istrinya itu tak bisa dihubungi. Ia sudah di blokir. Semalaman ia stress hingga asam lambungnya naik. Sejak Hanum pergi ia tak punya bekal makan siang yang sangat ia sukai.
" Lihat saja Num, kamu tak bisa lepas dari saya ! " geram Bahran sambil memandang foto istrinya di dinding medsos temannya.