BAB 5

1459 Kata
Yumi melangkah pergi, berusaha tidak peduli pada pikiran yang mengusiknya. Ia akan menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah dimana Yogi dan saudara laki-lakinya menghilang. Yumi menggelengkan lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk segera berlalu dari sana. "Apa ada masalah, apa terjadi sesuatu."gerutu Yumi penasaran. Yumi melangkahkan kakinya memasuki ruang kelasnya. Senyum nya mengembang ketika mendapati Marin yang tengah melambaikan tangan padanya, menyuruhnya untuk datang menghampirinya. Yumi berjalan cepat menghampiri Marin dan mengambil tempat duduk tepat di samping kiri Marin. "Yumi, kau sudah mengerjakan tugas kemarin?." Kedua alisnya naik turun, kepalanya mengangguk dengan senyum yang menghiasi wajahnya. "Sudah, tapi ada beberapa nomor yang belum aku jawab." "Aku malah belum menjawab sama sekali, tadi malam rasanya tubuhku lelah sekali. Jadi pulang kuliah aku langsung tidur."Ucap Marin dengan cengiran yang menunjukan sederet gigi putih di wajahnya. "Kau ini. Sampai kapan kau akan terus beralasan seperti itu, tidak kreatif sekali."dengus Yumi, ternyata kebiasaan sahabatnya yang satu ini belum juga berubah. Yumi menatap penasaran pada beberapa wanita yang tengah berkrumun dan membicarakan sesuatu, mereka terlihat tengah berbisik-bisik namun suara mereka yang cukup keras terdengar hingga di telinga Yumi. Yumi melirik Marin lalu kembali melihat ke arah krumunan wanita-wanita itu dengan penasaran. Salah satu kalimat yang di dengarnya menyangkut dengan kata-kata mayat wanita. Hal itu semakin membuatnya penasaran bukan main. "Apa itu? Apa ada pembunuhan yang baru saja terjadi!."Yumi melihat ke arah Marin sepenuhnya, namun wanita itu masih sibuk mengerjakan tugas rumahnya. "Ohh.. itu biasa, kalau Bulan Purnama memang suka seperti ini. Hari ini semua harus pulang di sore hari sebelum malam."Tiba-tiba Marin menoleh pada Yumi dan melemparkan tatapan memincing padanya. "Dan kau Yumi."ucapnya seraya mengubah posisi duduknya, hingga menjadi menghadap Yumi. "Ada apa! Kenapa kau menatapku seperti itu!."Yumi nampak terheran namun Marin malah terkekeh, tapi matanya tetap nampak begitu serius. "Jangan keluar di malam hari, kau menegrti."Yumi mengerjapkan matanya, ia terkejut ketika Marin menunjuknya dan memberikan nada ancaman dalam suaranya barusan. "Apa maksudnya itu, apa ada sebuah psikopat di daerah sini, seekor manusia serigala yang berubah pada Bulan Purnama misalnya ckckck." "Ya bisa disebut seperti itu."Yumi terpanjat, hal itu membuat kedua bola matanya membesar menatap Marin dengan ekspresi terkejut. "Bisa kau jelaskan, apa maksudnya kalimat bisa disebut seperti itu?!! Jadi semua itu nyata!!  Di sini!! Kau pasti bercanda."Yumi terkekeh, walau ia tahu hal itu bukanlah sebuah lelucon. Marin memutar kedua bola matanya malas. Ia menutup bukunya rapat lalu memusatkan perhatiannya pada Yumi. "Kuberitahu padamu, semua bisa terjadi di sini. Bahkan hal yang mustahil bisa saja terjadi di sini. Tanpa terekspose ke publik. Ini mungkin terdengar gila, tapi percayalah sebuah kisah dongeng bisa saja terjadi di hadapan kita di sini."jelasnya yang membuat Yumi hanya bisa mengangguk -anggukan kepalanya penasaran. "La...lu."tanya Yumi penasaran. "Di sini ada legenda, kalau seorang penghisap darah berada di sekeliling kita, hidup bersama dengan kita. Bahkan berinteraksi dengan kita." "Benarkah, darimana kau tahu. Ini legenda tapi kenapa seakan-akan sebuah fakta yang benar-benar terjadi".Yumi pikirannya seakan tidak bisa menerima kenyataan, yang tidak dapat di terima nalarnya. "Karna ada beberapa orang yang mengaku pernah melihat mereka, walaupun tidak terlalu berbahaya sebenarnya." "Tidak terlalu berbahaya, apa kau sudah gila. Makhluk penghisap darah, meminum darahmu dan kau mati. Tidak berbahaya, dimana akalmu Marin. Yang benar saja. Tidak berbahay darimana."gerutu Yumi sarkaris. Ini mengerikan apa dia sudah salah tinggal di kota ini. sepertinya dia harus kembali kota yang jauh lebih aman. "Karena mereka memang tidak melakukan pemburuan seperti menghisap darah dengan sesuka hati, hanya untuk memuaskan hasrat mereka dalam meminum darah. Lagi pula, setiap orang yang mati. Mereka semua adalah orang yang mempunyai kasus, seperti mencuri, pembunuh, dll. Semua itu terjadi hanya pada saat bulan purnama, terjadi pada 6bln sekali. Kau tidak usah khawatirkan itu. Yumi menghela nafasnya gusar, kepalanya pusing, dengan semua percakapan tak masuk akal ini. "Dimana-mana kau seharusnya panik. bagaimana bisa aku tidak panik ketika predator pembunuh manusia, pemburu manusia berada di sekelilingku."ucap Yumi heboh. "percayalah. Kau tetap bisa hidup dengan nyaman, selama kau bukan orang jahat."seru Marin. "Apa kau bisa membedakannya, antara manusia dan vampir?!."Marin nampak berpikir sebentar. Lalu ia mengendikan bahunya."Aku tidak tahu, jujur saja melihat Vampire saja aku tidak pernah, bagaimana bisa aku membedakannya." "Tapi dari yang aku dengar dari legenda ini, mereka memiliki lensa kontak yang gelap saat berburu, dan berubah terang saat tidak berburu, sangat tampan dan cantik bagi wanita, memiliki gerak yang cepat, meminum darah, mereka tidak makan seperti kita. Memiliki taring, dan tatapan yang menusuk." Yumi nampak begitu fokus mendengarkan apa yang Marin katakan padanya. "Kau akan mendapati dua lubang pada leher mayat, yang dihisap darahnya oleh seorang vampire." *** Yumi memposisikan dirinya menyamping ke arah Yogi, wanita ini seakan sedang mendeskripsikan apa yang digambari Marin tentang vampir pada sosok Yogi, yang kini sedang berada tepat di sampingnya. Yumi tidak yakin jika Yogi adalah vampire, tapi jika dilihat-lihat betapa sempurnanya pria itu Yumi merasa jika ia mirip, sedikit. "Kenapa kau melihatku seperti itu, terpesona dengan ketampananku nona. Matamu akan berlari keluar kalau 5 menit lagi kau terus menatapku seperti itu."ucap Yogi seraya mengemudi. Menatap fokus pada jalanan. "Apa kau pakai lensa kontak, kenapa lensamu terang sekali."Kalau Yumi memperhatikan detil, tubuh Yogi sedikit menegang tadi. Sayangnya wanita itu kurang memperhatikan dengan teliti. "Hanya perasaanmu saja, jangan berlebihan. Itu efek kau terus melihatku seperti itu, terpesona dan membuat imaginasimu mucul begitu saja" Yumi mendecih. Bola matanya berputar malas.Yumi kembali memposisikan duduknya dengan benar.Kembali duduk menatap lurus, lalu tiba-tiba matanya memincing. kepalanya bergerak miring, menatap bingung pada beberapa orang yang terlihat berkumpul di sebuah pinggir sungai. Yumi terkejut ketika mendapati seorang gadis yang tengah berbaring dan menunjukan sebuah dua lubang pada lehernya. Mata Yumi melebar, Yumi dapat melihatnya dengan jelas saat beberapa kedua petugas rumah sakit memasukannya pada sebuah mobil ambulance, dan Yumi dapat melihatnya dengan jelas saat mobil Yogi melewatinya. Yumi menegang, tubuhnya bersandar pada bangku yang didudukinya. Ucapan Marin kembali terngiang di kepalanya."Apa yang kau pikirkan!."tanya Yogi saat pria itu mendapati wajah Yumi yang menegang. Yumi menoleh ke arah Yogi, pria itu sedang menatap nya. Yogi dapat merasakan ketegangan menyelimuti Yumi. Wanita itu hanya diam tak mengatakan apapun. "Dia digigit ular, jangan berpikiran yang aneh-aneh."ucap Yogi ketika Yumi ingin mengatakan sesuatu. Yumi terdiam, pikirannya masih berkelut pada bayang-bayang mayat wanita tadi. *** Yumi sudah selesai mandi, ia merasakan perutnya bergetar karena lapar. ia memutuskan untuk turun ke bawah dan memakan sesuatu. ketika ia membuka pintu Yogi sudah berada tepat di hadapannya. "Kau mengejutkanku." "Aku sudah memesan makanan, sudah ada di atas meja makan. Makanlah."ucap Yogi yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Yumi tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "So sweet sekali."godanya seraya terenyum senang. Yumi bergegas turun ke lantai bawah dan berjalan menuju pantry, dengan Yogi yang mengekorinya. Di sana, terdapat lasagna. Terlihat menggugah selera, asap mengepul yang menandakan betapa hangatnya makanan itu yang akan meleleh di mulutnya. Yumi mendudukan dirinya di salah satu kursi di sana, tangannya meraih sebuah sendok lalu menyuapkannya kedalam mulutnya."Ahh... ini enak." Yumi kembali menyendokan sesendok lasagna ke dalam mulutnya. Yumi sedikit membusung saat sedikit kesulitan menyendokan makanan ke mulutnya. "Kau suka?." Deg! Yumi mendongkak, matanya membulat sempurna ketika sudah mendapati Yogi duduk tepat di hadapannya, dengan pakaian yang berganti. Cepat sekali. Bagaimana bisa. "Ya ampun, kenapa kau suka sekali membuatku terkejut!."gerutu Yumi terkejut, saking terkejutnya, tubuhnya hingga terdorong ke belakang, hampir saja dirinya terbanting ke lantai kalau saja Yogi tidak menahannya saat ini. Tunggu Yogi sudah berada di belakangnya, menahan bangkunya. "Bisakah kau hati-hati, jangan bertindak ceroboh."omelnya. "Tu.....tut... tunggu. Ba... ba...bagaimana bisa, tadi kau atas, lalu... lalu kau di sini... dan..  lalu kau.... kau." Yumi terdiam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Bagaimana Yogi bisa secepat itu. Bagaimana mungkin. Yogi kembali duduk ditempatnya. Kini matanya menatap Yumi. Wanita itu masih terus terdiam.. "Sepertinya aku baru saja melakukan kesalahan"batin Yogi. Yumi menarik duduknya lebih dekat, kedua tangannya terlipat di atas meja. Matanya beralih menatap Yogi sendu. "Yogi, apa kau seorang vampire!"Pertanyaan bodoh dan begitu menusuk. Yogi menegang seketika. Matanya menatap lekat gadis yang berada di hadapannya. "Kau percaya cerita bodoh itu!."ucapnya tiba-tiba. Yumi menghembuskan nafasnya kasar, mengubah posisinya menjadi bersandar. "Aku hanya menebak. Kau ter....--" "Terlihat seperti vampire, --kau bercanda."sela Yogi cepat. "Jangan percaya kata-kata temanmu itu, dia tidak tahu apa-apa. Lagi pula, ini tahun berapa kau percaya vampire berada disekelilingmu. Semua itu hanya cerita fiktif. Jangan memikirkan itu. Makan saja makananmu. Dan jangan keluar malam ini. Tetap di rumah kau mengerti!"perintahnya dengan bangkit dari duduknya . "Kau mau kemana?."Yogi menolehkan kepalanya ke arah Yumi. "Ada urusan. Ini privasiku --ingat. Jangan keluar kau dengar." Yogi berjalan keluar dari rumahnya, meninggalkan Yumi yang masih terpaku ditempatnya.Yumi diam menatap punggung Yogi yang menghilang dibalik pintu rumah milik mereka. "Benar, jangan berpikir yang tidak-tidak. Semua itu hanyalah legenda dan cerita fiktif. Yumi percayalah pada Yogi. Vampire itu tidak ada." Yumi menggendikan bahunya, lantas kembali menjejalkan sesendok lasagna ke dalam mulutnya. *** Kini Yumi sedang menatap TV layar flat berwarna hitam miliknya. Terlihat bosan, beberapa kali ia mengganti channel tv tanpa arah. Lalu ia bangkit berdiri, kakinya melangkah menuju kulkas. Mencoba mencari sesuatu untuk dikunyah. Rasanya akan menyenangkan memakan cemilan seraya menonton tv. "Aishh... aku lupa, kami belum belanja." "Haruskah aku keluar malam ini!." "Tapi Yogi tidak memperbolehkan ku untuk keluar." "Aku harus bagaimana sekarang."   TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN