1. Sebuah awal baru

1030 Kata
Pov Kirana "Apa hari ini aku kelihatan cantik bibi?" Tanyaku pada salah satu pelayan tua yang sudah bekerja di rumahku sejak aku kecil, namanya bibi Rose, dia sungguh baik dan selalu berada di sampingku dalam susah dan senang, disaat aku kehilangan kedua orang tuaku karena sebuah perampokan bibi Rose selalu menyemangati diriku dan menghiburku. "Nona selalu cantik" pujinya dan aku tertawa menanggapinya, bibi memang selalu memujiku "terima kasih bibi, hari ini aku ingin bermain main ke dekat sungai," rumahku memang terletak di sebuah dataran tinggi sehingga membuat kawasan disini begitu asri, kedua orang tuaku memang tidak menyukai suasana perkotaan, menurut mereka disana tidak baik dan juga banyak polusi udara. Aku sangat jarang sekali pergi ke kota bahkan bisa dihitung dengan jari, kedua orang tuaku juga tidak membiarkan aku untuk bersekolah, aku hanya belajar di rumah saja dengan seorang guru privat, pernah sekali aku meminta untuk bersekolah kepada ayahku akan tetapi bukan persetujuan yang aku dapatkan tetapi malah amarah dari kedua orang tuaku. Aku tahu penyebab orang tuaku tidak ingin aku pergi ke kota, dulu aku memiliki seorang kakak perempuan, kakakku itu hidup mandiri di sebuah kota, tapi pada suatu hari dia dikabarkan diperkosa oleh tiga orang pria secara bersamaan dan setelah pemerkosaan itu kakakku menjadi gila, hingga pada suatu hari kakak ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di sebuah pohon besar, dia gantung diri. Sejak saat itu kedua orang tuaku selalu membatasi kebebasanku dengan alasan mereka tidak mau kehilangan diriku sama seperti disaat mereka kehilangan kakak, aku sebenarnya berharap mereka tidak menyamakan aku dengan kakak tetapi aku tidak tahu cara mengatakan isi hatiku ini, hingga kedua orang tuaku terbunuh dan hanya menyisakan diriku. Hidupku memang bergelimang harta tetapi aku sangat merasa hampa karena aku tidak memiliki teman satu pun, kekayaan yang aku miliki hanya sebuah sarana agar segala kebutuhanku terpenuhi, tapi kebutuhan batinku tidak pernah terpenuhi sejak kedua orang tuaku meninggal. Aku lebih memilih miskin tetapi aku dapat berkumpul dengan keluargaku, itu sudah cukup bagiku, hampir setiap bulan selalu ada pria yang ingin melamarku dengan rayuan- rayuan menjijikkan mereka kepadaku, sampai saat ini tidak ada satu pun lamaran yang aku terima karena aku masih belum siap untuk menikah apa lagi dengan seorang pria yang hanya menginginkan tubuh dan hartaku. "Apa nona akan pergi sendiri ke sungai?" Pertanyaan bibi Rose membuyarkan lamunanku "ya aku akan pergi sendiri bibi, aku ingin mendapatkan ketenangan disana," saat ini aku berada di dapur dan sebentar lagi aku akan pergi ke sungai tempat dimana aku berdiam diri. "Baiklah, tapi kenapa nona memakai baju berwarna putih, nanti baju nona akan kotor," ucapan bibi Rose memang benar akan tetapi aku sedang ingin memakai baju ini jadi ya sudah "aku sedang ingin bibi," senyum terpatri di bibirku, walaupun aku sedih aku selalu mengusahakan agar diriku tetap tersenyum karena aku tidak mau orang lain ikut merasakan kesedihanku. "Ohh jadi begitu." "Baiklah bi aku akan pergi dulu," kucium pipi bibi Rose dan pergi dari dapur sambil membawa keranjang makanan, aku akan berada disungai sampai sore jadi aku membawa bekal makanan yang akan aku makan nantinya. Kulangkahkan kakiku dengan sedikit bersenandung lagu - lagu yang kusuka, dalam perjalananku aku bertemu dengan beberapa petani yang akan pergi berladang, aku menyapa mereka semua dan mereka juga menyapa diriku, saat sudah sampai disungai yang memang sangat sepi aku mencari pohon yang rindang, setelah aku menemukannya aku duduk di bawah pohon itu dengan tikar kecil sebagai alasnya, semilir angin membuat aku benar - benar merasa tenang, hingga aku mendengar seseorang yang meminta tolong. "Tolonggggg ...... tolongggg," aku mencari cari asal dari suara minta tolong itu, kurasa suara itu berasal dari dalam hutan, aku mengikuti asal suara itu, aku terus mencari dan akhirnya aku menemukan seseorang yang kakinya tertimpa pohon berukuran besar, aku tidak sempat melihat wajah orang yang kakinya tertimpa pohon besar ini karena aku langsung berusaha menggeser pohon itu. "Bersabarlah aku akan berusaha menggeser pohon ini karena aku yakin aku tidak akan bisa mengangkatnya," kataku tanpa melihat orang yang sekarang sedang meringis kesakitan, aku mencoba beberapa kali menggeser pohon ini tetapi aku tidak berhasil menggesernya. Untuk terakhir kalinya aku mencoba menggesernya dan syukurlah kali ini aku berhasil menggeser sedikit pohon yang menimpa kaki orang ini, setidaknya kaki dari orang yang tertimpa pohon ini sudah berhasil selamat, saat aku mau menolehkan wajahku untuk melihat siapa orang yang sudah aku tolong, aku dibuat ketakutan dan secara refleks aku berteriak sambil  menutup mataku dengan tanganku. "Akkkkkhhhhhhh,” wajah orang yang kutolong penuh dengan jahitan dan begitu menakutkan, tubuhku menggigil karena saking takutnya, aku semakin menegang disaat ada sebuah tangan kasar yang memegang tanganku "jangan takut," bahkan suaranya menakutkan, bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan? "Perrr gi.. menjauh dar...iku." "Jangan takut wife, aku tidak akan menyakiti dirimu jika kau tidak melawanku." "Aku bukan istrimu," kataku dengan mata yang tertutup erat, berani sekali dia mengatakan aku istrinya "kau adalah istriku sejak kau berumur sepuluh tahun, aku selalu melihatmu dari kejauhan dan sekarang kau datang ke hadapanku dengan sendirinya, penantianku selama dua belas tahun tidak sia – sia," dengan perlahan aku membuka mataku yang sudah berkaca - kaca. Makhluk didepanku ini benar - benar mengerikan, aku tidak pernah melihat seseorang yang sangat jelek seperti dirinya, wajahnya sangat hancur ditambah dengan banyak bekas jahitan di sekeliling wajahnya dan juga lehernya. "Jangan bicara omong kosong berengsek!" Plakkk Pipiku terasa sakit karena dia menamparku, aku menundukkan kepalaku sambil menangis, aku berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya tetapi tidak bisa "kauuu jahatt hiks hiks," tangisku semakin nyaring didalam keheningan hutan ini, aku dapat merasakan kalau ujung bibirku sedikit robek karena tamparan pria laknat ini. "Tidak seharusnya kau berkata kasar kepadaku, aku sudah menunggumu bertahun - tahun dan sekarang kau malah melawanku wife, agar kau benar - benar menjadi milikku kita akan menikah satu minggu lagi." "Aku tidak mau!" "KAU HARUS MAU, karena jika kau tidak mau aku akan merusak wajah cantikmu itu sama seperti wajahku," aku menggigil ketakutan apa lagi saat dia menggendongku didepan dadanya, aku hanya bisa menangis karena aku tidak mau pria yang tidak aku ketahui namanya ini menyakiti aku. "Jadilah istri yang baik sayang." "Kau hiks sangat.... sangat jahatttt hiks hiks." "Aku tahu sayang, sekarang diamlah dan turuti semua perintahku." ***** Semoga kalian suka ya guys dan jangan lupa Vote, Comment and Share
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN