Bab 11

997 Kata
Selamat membaca. Semoga suka ______ "Kamu kenapa diemin aku sih. Ini udah setengah jam Loh" ucap Lucy sambil memeluk lengan Felix mencoba meminta perhatian lelaki itu. Felix menoleh kemudian menghela nafas "Dia ada bilang apa sama kamu?" tanya Felix. "Dia gak bilang banyak. Cuman katanya 'jangan di tempat ramai sendirian nanti kamu bisa jatuh kena senggolan' gitu katanya. Kamu cemburu ya?" Lucy menarik turunkan alisnya menggoda Felix. Lelaki itu menyentuh wajah lucy dengan telapak tangannya "Aku udah bilang kamu jangan dekat-dekat sama dia. Aku gak suka" ucap Felix pelan, lagian dia juga tidak bisa marah pada Lucy. "Sini aku mau peluk tunangan gantengku" Lucy menarik leher felix untuk melingkarkan tangannya di sana. "Aku sama Gama cuman temen kok masa kamu cemburu sama dia. Dia kan gak mau rebut aku dari kamu" lanjut Lucy dalam pelukan Felix. Felix menghembuskan nafas sambil membalas pelukan Lucy. "Pokoknya aku gak mau tau. Kamu jangan dekat-dekat sama Gama apa lagi sampai percaya sama kata-kata cowok itu" Felix sedikit mendorong Lucy agar ia dapat melihat wajah cantik sahabatnya itu. "Kamu ngerti gak malah cengar cengir kayak gurita lapar" Jemari Felix menyentil dahi Lucy, tidak keras tapi mampu membuat gadis itu mengaduh. "Mana bisa gitu. Dia itu customer tetap di butik aku terus kalau aku gak deket-deket sama dia aku kekurangan satu customer ganteng dong" "Aww... Kok aku di cubit sih?" Lucy menatap kesal pada Felix sembari memegangi kedua pipinya. "Ini karena kamu gak mau dengerin aku. Udah di bilangin jangan deket-deket juga masih aja ngotot, aku cium baru tau rasa kamu" "Cium aja. Di sini" Lucy menunjuk pipinya. Felix mendengus. "Ini otak isinya apa sih" Tangannya mendorong kening Lucy dengan jari telunjuk kemudian kembali menarik perempuan itu lagi. "Ayo balik ke pesta, kelamaan di sini kamu bisa bikin aku tambah kesal" "Kesal kenapa? Aku gak ngapa ngapain kok" ucap Lucy dengan cengiran khasnya yang membuat felix tidak bisa berkata-kata lagi. "Jadi aku boleh deket sama Gama kan sebagai penjual dan customer?" "Enggak" "Boleh ya?" "Enggak Lucy" "Pokoknya harus boleh" Felix berhenti melangkah. Lucy pun melakukan hal yang sama. Felix menatap Lucy dengan mata tenang yang meneduhkan. "Aku bilang enggak pokoknya enggak. Plis ya kamu jangan buat aku marah dan dengar apa yang aku bilang" "Marah aja. Aku mau liat kamu marah, selama ini aku gak pernah liar kamu marah juga" katanya sambil tersenyum senang. Felix menepuk dahinya. Ini lucy sebenarnya di jerman di kasi makan apa sih? "Oke fix aku nyerah. Bagaimana pun juga kamu tau aku gak bisa marah sama kamu. Tapi ingat hanya sebatas customer dan pedagang, tidak lebih, awas aja kalau sampai aku tau liat kamu sama Gama mesra-mesraan" "Jadi boleh kan?" Lucy menatap Felix dengan berbinar binar. Felix menghembuskan nafas lalu mengangguk. Lucy menggandeng lengan Felix sambil berjalan kembali ke ballroom. "Felix. Kamu pernah gak manggil seseorang dengan panggilan anak penyu?" Tanya Lucy di sela langkahnya. "Anak penyu? Gak sekalian aja anak kura-kura?" kekeh Felix lalu kembali melanjutkan "Siapa orang i***t menggunakan panggilan seperti itu sama manusia?" Lucy tersenyum "Iya kamu benar juga" sahut Lucy. Tapi aneh nya saat Gama memanggilnya dengan panggilan 'anak penyu' kenapa seperti sangat akrab sekali padahal ia dan Gama baru saja bertemu itupun di bandara. Atau hanya kebetulan dirinya pernah mendengar di suatu tempat lalu tanpa sengaja Gama mengatakan kembali? Tapi tetap saja kenapa otaknya terus berusaha mengingat apa sebagian ingatan yang ia lupakan ada kaitan nya dengan Gama? Itu tidak mungkin. "Ahh..." Lucy merintih sakit pada kepalanya, Felix langsung menahan tubuh Lucy yang akan jatuh ke lantai. "Hei ada apa?" tanya Felix khawatir. "Kepalaku tiba-tiba sakit" Felix berjalan ke arah yang sebaliknya dari ballroom sambil memapah Lucy. "Kalau gitu istirahat aja di kamar ya. Kan udah aku bilang jangan maksain buat berpikir yang terlalu dalam. Kamu susah di omongin sih" Gerutu Felix tapi tetap saja ia sangat khawatir jika Lucy seperti ini. "Udah gak apa-apa mending kita ke tempat pesta. Pusing nya juga bakal hilang sendiri kok" "Diem gak usah protes. Kamu istirahat aja di kamar gak usah mikirin pesta atau apalah. Di sini jauh rumah sakit nanti kalau kamu drop bisa bahaya" Seru Felix kemudian membuka salah satu kamar dengan kunci yang di bawa sebelum membaringkan Lucy ke atas kasur dengan perhatian. "Felix aku gak apa-apa" Lucy beranjak duduk tapi Felix mendorong Lucy untuk tetap dalam posisi berbaring. "Sssttt... Diem dan istirahat aja" Tegur Felix, lelaki itu menarik selimut menutupi sebagian badan Lucy. "Kalau aku sakit kan ada Leon. Bukannya dia dokter juga" protes Lucy menatap Felix yang kini menutup gorden jendela agar tidak banyak cahaya matahari yang masuk. "Leon itu dokter bedah mana bisa dia obatin penyakit saraf" seru Felix namun segera ia sadar dengan ucapannya lalu menatap Lucy yang mengerutkan dahi. Oh ya tuhan. Semoga Lucy tidak mencerna kalimat yang baru saja ia katakan. "Hhh.... Susah ya punya calon suami yang posesif nya kebangetan" Lucy menghela nafas panjang. Felix duduk di samping Lucy berbaring sambil mengusap wajah Lucy yang halus "Aku begini karena sayang sama kamu. Aku gak mau terjadi apa-apa okey. Omong omong emang Leon juga hadir di sini?" Lucy mengangguk "iya. Aku liat dia kalau gak salah sama pacarnya, Ruby, mereka lagi asik kiss kissan pas aku gak sengaja liat mereka" "Di mana?" sahut Felix cepat. "Tadi malam pas di atas kapal. Dia ada berjarak 7 meter dari kita" jawab Lucy. "Kok kamu gak bilang! Wah ini pasti leon yang udah ngitorin pikiran kamu ya?" Tuduh Felix kesal pada Leon, sepupunya itu. Lucy terkekeh pelan "Bercanda kok. Tadi aku liat Leon narik Ruby pas Ruby minta foto sama pengantin perempuan nya" Felix mengacak rambut Lucy "aku pikir beneran. Yaudah kamu tetep istirahat di sini ya, aku mau balik ke sana nanti kalau kamu butuh sesuatu segera hubungi jangan keluyuran sendiri. Paham?" Lucy mengangguk. Felix tersenyum lembut kemudian memberikan kecupan hangat di kening Lucy dan mengusap jejaknya setelah itu felix keluar dari kamar tersebut. Kedua mata Lucy menatap ke depan tepat ke sebuah pintu di mana Felix menghilang di baliknya. Kemudian kembali mengingat apa sebelumnya ia pernah bertemu dengan Gama di suatu tempat sebelum di bandara? Sayangnya ia tidak bisa mengingat apapun, yang ada malah kepalanya semakin pening. "Apa mungkin felix menyembunyikan suatu hal yang tidak ingin aku ketahui?" Gumam Lucy masih  menatap pintu sambil meringis memegangi kepalanya yang berdenyut. _______ Jangan lupa tekan ❤ and komen ya Salam sayang dari sahabat SILAN
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN