Bab 9

1275 Kata
Selamat membaca dan semoga kalian suka ________ Lucy dan Felix berjalan masuk ke sebuah kapal pesiar di mana owner Russel Grup mengadakan acara mewahnya. Banyak tamu yang hadir, tak hanya puluhan tapi ratusan atau mungkin lebih dari apa yang di perkirakan. "Kita akan di sini selama lima hari?" Tanya Lucy begitu mereka masuk ke sana dan seseorang berpakaian putih hitam berdasi kupu kupu hitam mengarahkan dia dan Felix ke sebuah kamar sesuai dengan nomor undangan yang mereka terima. Felix tersenyum sembari merangkul pinggang Lucy "Acara akan di adakan besok. Sekarang baru penerimaan para tamu dan kapal akan berlayar di lautan saat malam hari" jawabnya. Felix menerima kunci yang pelayan tadi berikan padanya kemudian dia dan Lucy masuk ke kamar bersama. "Ternyata kapal juga memiliki kamar kayak hotel ya?" Lucy melihat dekorasi kamar dan begitu takjub saat jendela kamar ternyata menghadap langsung ke laut. "Ini sangat indah" katanya mencoba mengagumi apa yang di lihatnya. Felix tersenyum sambil melepaskan dua kancing teratas  kemejanya sebelum menghampiri Lucy lalu mereka melihat lautan dari jendela kamar itu bersama. Lucy berbalik hingga posisi nya tepat berhadapan dengan Felix, Lucy mendongak melihat wajah tunangannya itu. Felix sedikit menunduk dan mata mereka saling bertemu. "Aku penasaran bagaimana cantik dan tampannya calon pengantin nya nanti. Mereka pasti di berkati tuhan hingga bisa bersama dan menjalani pernikahan untuk hidup bersama" Lucy mengalungkan tangan di leher Felix sambil tersenyum dengan manisnya. Felix terkekeb geli "Apa kamu ingin memajukan tanggal pernikahan kita juga?" godanya. Lucy cemberut tapi kepalanya justru mengangguk. Felix kembali tertawa. "Sayangnya tidak bisa. Kita akan menikah tetap pada jadwal yang sudah di tentukan di awal. Tidak ada kata di undur apalagi di percepat. Apa kamu mengerti?" Tangannya mencubit hidung Lucy gemas. Perempuan itu mendorong Felix pelan untuk memberi jarak. "Ya! aku tau apapun yang sudah kamu rencanakan pasti sulit untuk aku gagalkan" Lucy berjalan melewati Felix untuk membuka isi lemari, menyusun beberapa baju yang di bawanya ke sana. Felix memeluk pinggang Lucy dari belakang membuat Lucy menghentikan kegiatannya sejenak. "Apa kamu akan membenciku suatu saat nanti?" tanya Felix. Lucy mengerutkan dahi, dia memutar badan hingga kembali berhadapan dengan Felix. "Apa yang membuatku harus membencimu. Kamu tidak salah apapun" "Apa kamu mencintaiku?" tanya Felix lagi. Lucy terusenyum "Tentu saja. Bukannya kita akan menikah?" "Tapi bagaimana jika ternyata kamu justru mencintai pria lain?" sahut Felix "Kenapa kamu bicara seperti ini? Kamu meragukan cintaku?" Lucy menatap tidak suka ke wajah felix. Bukan Felix tidak suka jika Lucy mencintainya. Tapi untuk posisi nya sekarang Lucy sama sekali tidak mengingat mengenai memori yang pernah dia lupakan. Felix tersenyum hambar berusaha kembali tenang sambil mencubit kedua pipi Lucy. "Bercanda ih. Masa kamu anggap serius" kekehnya yang langsung dapat cubitan dari lucy di lengannya. "Sana pergi cari kamar lain. Aku mau istirahat di sini dan beres beres" usir Lucy pada Felix. Felix menggeleng dan semakin memeluk erat Lucy. Dia tidak mau kehilangan sahabat sekaligus tunangannya ini. Bagi Felix sejak mengenal Lucy hidupnya lebih berwarna, dirinya bahkan tidak bisa membayangkan di masa depan Lucy akan membencinya karena merahasiakan kenyataan jika ternyata cinta Lucy selalu untuk Gama. "Gak ada kamar lain. Kita akan tinggal di sini setidaknya untuk lima malam" "Honeymoon dong!" Celetuk Lucy. Entah kenapa tiba-tiba rasa cemas yang felix rasakan langsung hilang dan malah tersedak oleh salivanya sendiri begitu mendengar kalimat Lucy. "Minum dulu" Lucy memberikan sebotol air mineral untuk Felix dan cowok itu meneguknya hingga sisa setengah kemudian menatap horor ke arah Lucy. "Honeymoon apaan!? Kita cuman nginep doang gak ada honeymoon atau apalah itu sebelum kita nikah. Kamu paham gak sih apa yang aku maksud kemarin?" Felix menyentil dahi Lucy sebelum cowok itu keluar meninggalkan Lucy sendirian di dalam kamar. Tapi Lucy justru melompat girang "Gak nyangka calon suamiku sesabar ini" katanya senang kemudian bersenandung merapikan baju ke dalam lemari kecil yang sudah di sediakan di sana. ______ "Hei mau kemana lagi. Kapal udah mau berangkat noh!" Seru Bian sambil menarik baju bagian belakang Gama seperti menarik anak kecil agar tidak pergi bermain. Gama berbalik menepis tangan Bian dari bajunya. "Bentar lagi. Masih ada yang harus aku urus sebelum pergi ke sana" jawab Gama sambil berjalan meninggalkan Bian. "Kapal akan berangkat jam tujuh dan ini sudah setengah enam. Belum lagi perjalanan yang bakalan macet" Seru Bian lagi mencoba mengingatkan. "Diem aja bentar gak usah banyak protes" timpal Gama. Bian berdecak kesal sambil melihat ke arah arloji tangannya. "Ini orang kok susah banget sih di ingetinnya" gerutu Bian. Tak lama Gama kembali. Tatapan Bian sangat tidak bisa di ajak bersahabat kali ini. Dia marah dengan Gama karena cowok itu tiba-tiba melemparkan helm pada Bian. "Gila. Lo mau naik motor ke sana?" "Kenapa enggak? Naik motorkan lebih cepet" jawab Gama. Bukan Bian tidak mau naik motor tapi jika yang mengemudikan adalah Gama maka jangan di tanyakan lagi. Bian masih ingin hidup dan menikah lalu hidup bahagia. "Pokoknya naik mobil Gam!. Lo gila apa! Lo kan baru selesai lewatin masa sekarat dan sekarang mau naik motor?" Bian menggeleng kuat lalu meletakkan helm di kursi. "Gue gak ikut kalo lo milih naik motor" katanya. Gama meraih baju Bian lalu menarik cowok itu tak lupa mengambil helmnya lagi. "Elah gak usah protes. Ikut aja napa sih kok ribet amat. Cuman naik motor doang kok" jawab Gama. Bian melotot begitu Gama menariknya dan memaksanya naik ke motor. Bian sedikit was was. "Aku yang bonceng ya?" saran Bian yang di jawab golengan kepala oleh Gama. "Udah gue aja yang nyetir. Pasti bakalan cepet sampai nanti" "Sampai akhirat maksud lo!" maki Bian kesal. Gama terkekeh pelan. Mau tidak mau akhirnya Bian naik ke boncengan Gama dengan terpaksa. Gama pun mulai melaju pelan sampai Bian berteriak kaget begitu Gama mempercepat laju kendaraan. "Woy sableng!" Gama hanya tersenyum miring dan terus menarik gas motornya hingga dalam waktu kurang dari satu jam mereka sampai di pelabuhan. Bian turun dengan wajah pias. Badannya mengeluarkan keringat dingin karena baru saja nyawanya hampir di cabut paksa oleh Gama. "Kayak gak biasa balapan aja Bi?" ejek Gama. Bian menatap tajam ke arah Gama. "Balapan mah sering tapi kalo elu yang ngebonceng berasa mau mati gue!" Gama memberikan helm pada Bian "Sampai sini lo mau ikutan masuk gak?" "Ogah!" Menyambar helm di tangan Gama lalu segera pergi menggunakan motor Gama untuk mencari tempat penjual air minum agar jiwanya kembali ke raga. Gama berjalan ke kapal pesiar megah. Seseorang langsung mengantarnya ke sebuah deretan kamar tamu untuk istirahat sembari menunggu acara di gelar. Setelah tau ada di nomor berapa kamarnya berada Gama tidak langsung masuk. Cowok itu berjalan ke arah atap kapal di mana biasanya sore sore seperti ini pasti sunset akan terlihat sangat indah. Namun langkahnya berhenti begitu matanya bertatapan dengan sepasang mata Felix yang menatapnya tajam. "Ternyata lo di undang juga ya?" Felix berdecih pelan. Alis Gama terangkat sebelah "Lalu kenapa? Apa kamu takut jika tunanganmu akan berpaling denganku karena selama lima hari ini akan sering bertemu lagi?" tantang Gama. Felix mencengkeram kerah baju Gama "Sekali lagi gue liat lo buat Lucy meneteskan air mata jangan salahin gua kalau nanti gak bakalan kasih lo kehidupan buat bernafas lagi" ancamnya. Gama menepis kuat tangan Felix dari bajunya "Bukan berarti Lucy itu tunanganmu terus gue gak bisa rebut dia dari lo. Bahkan saat kalian menikah pun gue bakal rebut dia dari lo" ucap Gama tenang. Felix tertawa geli namun lebih terkesan tawa mengejek "Merebut? Lo masih waras kan?" lalu menatap tajam ke arah Gama. "Selama ini yang lo lakuin itu cuman buat dia sengsara. Sadar dong!" Felix menunjuk d**a Gama dan mendorongnya. "Niat mau rebut dia dan buat dia nangis lagi, jangan harap gue bakal tinggal diam" Kemudian Felix berjalan melewati Gama. Rasa cemas nya kembali timbul, bukan karena ancaman Gama barusan untuk merebut Lucy. Tapi rasa cemasnya lebih ke arah jika Lucy tiba-tiba mengingat semuanya dan pendarahan itu kembali lagi. Itu adalah mimpi buruk yang tidak pernah Felix harapkan. ___________ Hayoo Gama mulai belajar nikung nih.. Kalian Masih tim FELIX atau GAMA Komenan kalian loh yang always ku nanti Semakin banyak komen aku bakal usahain apdet sesering mungkin ✌✌✌ Udah liat video galucy #1 di i********: belum? Instagram : Vio.hil
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN