Arsene melepas kemeja hitam yang membalut tubuhnya lalu melemparkan ke sembarang arah. Dadaa pria itu tampak kembang kempis seakan tengah menahan seganap emosi. Mengangkat wajahnya, mata Arsene tak lama memejam. Pikirannya kembali menerawang, teringat peristiwa memalukan yang beberapa jam lalu ia lewati bersama Olivia. "Olivia, maukah maukah kau menjadi kekasihku yang sesungguhnya?" Lama, Olivia bergeming ketika suara lembut itu menyapa indra pendengarannya. Bibirnya yang mungil seketika mengulas senyum menawan. Cahaya redup dari lampu ruangan menerpa tepat di atas kepalanya. Membuat rambutnya yang tergerai nampak sekali berkilau. Kecantikan Olivia malam ini benar-benar terpancar jelas. Walaupun sulit sekali untuk mengakui, tapi jauh di dalam hati Arsene, ia memang terpukau ketika meli