bc

3600 Hours

book_age12+
44
IKUTI
1K
BACA
revenge
dark
self-improved
student
bxg
scary
icy
highschool
crime
school
like
intro-logo
Uraian

Warning : cerita ini mengandung konflik psikologis dan juga k*******n**.

Apa itu kejahatan? Kejahatan adalah sesuatu yang terbentuk dari kelemahan, sifat lemah membuat manusia membuat pilihan antara tetap menjadi baik atau menjadi jahat.

Mara itu berarti pahit dalam bahasa Ibrani, dan benar saja, seperti namanya kehidupannya benar-benar pahit, bahkan lebih pahit daripada kata pahit itu sendiri.

“Di-Dia memperkosaku lagi!” teriakku kepada Polisi yang sedang bertugas di Kantor Kepolisian.

Semuanya semu, aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi, Tuhan tidak pernah mendengarkan aku apalagi menolong aku, atau bahkan, mungkin Dia hanya mendengarkan semua rintihan permintaan untuk segera ditolong dan enggan menolong aku di sini. Terlintas di kepalaku untuk pergi ke Kantor Polisi, tapi apa mereka akan benar-benar membantu?

Memang tidak tidak ada salahnya berharap, meski harapan adalah sesuatu yang tidak bisa diperpegangi, karena harapan adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak nyata adanya, aku benci itu, aku sangat benci.

Tapi aku berharap, karena hanya itu yang aku miliki sekarang.

Meski akan pupus, meski akan hilang, dan meski akan pergi. Aku akan terus berharap sampai harapan itu berharap kepada diriku.

chap-preview
Pratinjau gratis
Terikat dengan Mimpi Buruk
 Semua yang mata lihat adalah pengelihatan, semua yang telinga dengar adalah pendengaran, semua hasil kinerja otak adalah pemikiran dan semua hasil gerakan badan adalah perlakuan. Jadi dimana letak kebenaran? Dari penglihatan? Dari pendengaran? Dari pemikiran? Dari perlakuan? Jangan salah, tidak yang namanya kebenaran. Kebenaran yang semu milik manusia hanyalah keinginan untuk terus bertahan hidup dan memperoleh apa yang mereka inginkan, karena itulah jika kebenaran itu benar-benar ada beritahu aku, aku ingin mencicipinya sekali saja. ***   Mara dirawat di Rumah Sakit Jiwa membuatnya semakin menderita dan tidak bisa berpikir dengan jelas, ini sudah hari ketiga sejak ia berada di sini. Di setiap malam hanya diisi dengan teriakan Mara yang sedang bermimpi buruk, dan saat dalam keadaan bangun Mara selalu memberontak ingin dikeluarkan dari sini.   Para Petugas kewalahan menahan Mara yang kadang sangat labil itu membuat Mara disuntik paksa dengan obat penenang agar Mara dapat tenang dan tidak memberontak lagi, bahkan Mara jika tidak diikat ia selalu merusak bantal yang berisikan kapuk, merobeknya hingga kapuk itu beterbangan pelan di udara di ruangan itu, Mara mencakar, menggigit pokoknya semua hal itu ia lakukan untuk melampiaskan kekesalannya dalam dirinya, kadang Mara juga memukul-mukul dirinya sendiri, melihat hal itu Petugas pun hanya bisa membuat Mara tenang dengan suntikan obat penenang, kemudian mengikat Mara. Dan ini sudah hari ketiga saat Mara diikat, Mara yang sudah terikat juga masih seperti biasa mengamuk dan berteriak-teriak sampai suaranya habis, bahkan parau.   Mara sangat lebih membenci dunia ini sekarang, jika ada yang lebih gelap dari gelapnya malam yang sunyi dan mencekam, maka itu adalah kebencian Mara kepada dunia, semua ini salah semesta, semua ini salah Tuhan, semua ini salah, salah, salah, salah, salah, salah. Di kepala Mara terus keluar banyak pemikiran untuk bagaimana cara untuk membunuh dirinya selanjutnya yang bisa membuatnya benar-benar mati, jika tidak mati maka itu hanya akan menyusahkan dirinya sendiri saja.   “PAHIT!” teriak Mara dengan keadaan tangan dan kaki terikat di kasur tempat tidurnya di Rumah Sakit Jiwa itu, satu kata itu keluar dari mulut Mara dari sekian juta kata di kepala Mara yang tidak mampu ia tahan dan kemudian meledak. “Mara ... kamu belum minum obat, apa yang pahit?” ucap salah satu Perawat yang tiba-tiba masuk ke ruangan putih tempat Mara dirawat, tapi tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Mara selain tatapan yang lengkap dengan aura intimidasi Mara yang membuat Perawat itu membungkam mulutnya sendiri yang ingin bertanya lagi itu, dan langsung keluar dari ruangan Mara, karena saat ini menurutnya Mara sudah sangat begitu mengerikan dan mencekam.   Saat malam tiba bukannya yang terdengar suara jam berdetik karena sunyi, kini Rumah Sakit Jiwa itu dihiasi dengan suara teriakan Mara karena terus bermimpi buruk membuat para Perawat dan Petugas di sana melakukan suntik paksa kepada Mara lagi dan lagi,berharap agar Mara bisa tenang saat tidur, dan nyatanya itu berhasil, membuat Petugas dan Perawat itu tidak kewalahan saat menjaga Mara yang bisa tiba-bisa mengamuk dan berteriak-teriak seakan dia ingin pergi dari dunia ini jauh dan jika semua itu terjadi Petugas dan Perawat itu akan berkali-laki membuat Mara tidur paksa dengan efek obat penenang.   Supaya lebih aman Mara juga diikat kaki dan tangannya, semua yang Mara jalani di Rumah Sakit Jiwa itu semakin membuat kepalanya terasa pusing dan sakit, setiap kali dia menatap langit-langit di kasurnya dia terasa ingin kembali melakukan percobaan bunuh diri.   Petugas dan Perawat setiap hari melihat Mara seperti ini sangat prihatin, kenapa bisa seorang anak yang masih sangat muda ini bisa sampai semenderita ini? Semuanya terus berputar seakan bumi yang bulat yang berotasi di matahari, tapi dunianya Mara sudah berhenti berputar pada rotasi Ibunya, seperti terjadi oleh waktu, penderitaan, rasa sakit, dan kemalangan sekaligus kepahitan dikemas khusus untuk anak yang sekarang berusia 18 tahun yang bernama Mara ini.   “Mara hari ini mau mandi?” ucap salah satu Perawat perempuan yang mendekati Mara dengan lemah lembut mengajak, sedangkan Mara dengan tatapan mata kosongnya menatap mata Perawat perempuan itu dan mengatakan “Apa mandi itu penting untuk orang yang sudah mati?” tanya Mara sambil mengerutkan satu alisnya.   Perawat perempuan itu terkejut mendengar jawaban dari Mara atas ajakannya, dan hanya bisa langsung pamit dan keluar dari ruangan perawatan Mara dengan berjalan kaku karena sangat syok dengan apa yang baru ia dengar barusan, kata-kata seperti itu seharusnya tidak dikatakan oleh seorang gadis yang berumur 18 tahun, karena 18 tahun itu masa-masa ceria dan bahagia, sedangkan Mara dengan mata sayunya yang kosong bisa mengatakan hal yang berhubungan dengan kematian itu dengan mudah.   Dan yang paling membuat para Petugas dan Perawat tidak ingin terlalu mengurus Mara adalah karena saat Mara diberi makan dan disuapi selalu saja Mara menyemburkan makanan yang sudah masuk ke mulutnya itu ke wajah orang yang merawatnya.   “Mara sudah waktunya makan, hari ini menu kita seperti biasa bubur, Mara,” ucap salah satu Petugas yang hari ini bertugas untuk memberi makan Mara, para Petugas dan Perawat sepakat melakukan undian siapa yang akan memberi Mara makan secara bergantian, karena semua Perawat dan Perawat tidak ada yang mau untuk memberi Mara makan dan menyuapinya karena perlakuan Mara yang sangat semena-mena itu kepada mereka.   Saat Petugas itu duduk di samping kasur Mara dengan Mara yang masih dalam keadaan diikat itu kemudian ingin menyuapkan satu sendok bubur itu ke mulut Mara, bibir Mara terlihat begitu kering, pipinya mulai tirus, dan tubuhnya mengurus, dengan perlahan dan pelan Petugas itu mengarahkan sendok supaya tepat masuk ke mulutnya Mara, Mara hanya diam dan sedikit membuka mulutnya, dengan pandangan yang sama seperti saat dia baru masuk ruangan ini yaitu dengan tatapan mata yang kosong, seakan sudah tidak ada roh lagi di tubuhnya itu.   Satu sendok bubur itu masuk ke dalam mulut Mara seketika Mara langsung menyemburkan bubur itu ke muka petugas, dan Mara tertawa-tawa girang setelahnya, Petugas itu hanya bisa diam dan sabar karena ia tahu yang sekarang ia rawat adalah seorang pasien yang jiwanya terganggu.   “HAHAHA!!!!” Melihat Mara yang tertawa keras membuatnya semakin bingung harus berbuat apa, tiba-tiba Mara diam lagi dengan mukanya yang seperti semula yaitu sendu dan sayu,Petugas itu pun menanyai Mara “Mara mau lanjut, makan?” tanyanya dengan senyuman terpaksa yang selalu harus ditunjukkan kepada pasien.   Mara tidak menjawab dan matanya mulai menatap dalam mata Petugas itu dengan aura yang sedikit mencekam, petugas itu ketakutan dan minta bantuan temannya untuk memberi makan Mara yang sudah tiga hari tidak makan dengan baik.   Teman Perawatnya pun datang dan memberi bantuan kepadanya, kini ada dua orang di ruangan Mara, yaitu Petugas dan Perawat, Mara seperti biasa hanya diam sambil memandangi langit-langit tempat ia dirawat itu, sesekali ia mengucap nama “Ibu Hani” yang dengan tidak sadar ia sebut dari mulutnya.   Petugas dan Perawat itu pun langsung ingin memberi pertanyaan untuk Mara “Mara hari ini mau makan apa?” tanya Perawat kepada Mara, tapi tidak ada jawaban dari pertanyaan itu sejurus dengan Petugas yang kembali memberi pernyataan “Oh, pasti Mara saat ini ingin makan bubur ya, kan?”  tanya Petugas itu, tapi sama saja masih tidak ada jawaban dari Mara.   Bahkan Mara sama sekali tidak memandang mereka berdua, mereka berdua seakan berbicara kepada tubuh yang tak berjiwa, sampai tiba-tiba Mara kejang-kejang dan berteriak-teriak tidak jelas, membuat Petugas dan Perawat ini semakin bingung sampai akhirnya Petugas itu memegangi tubuh Mara, agar tubuhnya tidak memberontak ke mana-mana, sedangkan Perawat itu memberikan suntikan yang isinya obat penenang.   Obat penenang itu lagi-lagi membuat sekujur tubuh Mara mati rasa dan kemudian tertidur, Petugas dan Perawat itu saling pandang dan kemudian merapikan ruangan itu karena bubur yang tadinya mereka bawa terjatuh dan berserakan di lantai karena terkejut dengan Mara yang tiba-tiba berteriak histeris.   “Mara sudah benar-benar mulai rusak kejiwaannya,” ucap Perawat itu kepada Petugas yang menyelimuti tubuh Mara dengan selimut.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

DENTA

read
18.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
204.0K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
287.2K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.8K
bc

Head Over Heels

read
16.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
220.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook