Eps 1 Kabur Dari Rumah
Siang itu Kalina pulang dari sekolahnya, ini adalah hari kelulusannya. Dia bahagia bahkan sangat bahagia, sebab saat ini Kalina sepertinya mencium aroma kebebasan yang sekian lama dinantinya.
Ya Tuhan.. Kali ini biarkan aku bebas, lancarkanlah rencanaku.. Aku ingin segera bebas dari belenggu ini, aku tidak sudi terus menuruti kemauan omku, aku lelah terus melakukan hal menjijikan ini. Gumam Kalina , sebab Omnya (Ruman) sudah berjanji ketika Kalina lulus SMA dia akan mengirimnya ke Jakarta, dan membiarkan Kalina bekerja sesuai keinginannya. Kalina berjanji pada diri sendiri jika Om Ruman berbohong maka malam ini juga Kalina akan kabur dari rumah.
Kemana orang tua Kalina? Jawabannya, sudah meninggal saat Kalina baru kelas 1 SMA karena kecelakaan mobil. Seminggu setelah kematian orang tua Kalina, Ruman mulai menjual Kalina pada laki-laki hidung belang, tapi Ruman berjanji dia tidak akan benar-benar menjual Kalina. Karena yang Kalina lakukan hanyalah menemani karaoke , menuangkan minuman , walaupun seringkali ia mendapat perlakuan tidak mengenakan dari para pelanggan tempat karaoke tersebut. Tapi Kalina bisa apa? Pemandu karaoke di tempat karaoke itu semuanya bekerja sedemikian menjijikan. Hanya Tika yang membuat Kalina bertahan di rumah sialan itu, Tika sangat menyayangi Kalina tapi dia tidak bisa membelanya karena Ruman adalah pria yang kasar, ia kerap main tangan saat Kalina menolak berangkat melakukan pekerjaannya sebagai pemandu karaoke.
"Sudah pulang nak?" Tanya Tika
"Sudah tante" Kalina mencium punggung tangan wanita yang ia sebut tante
"Kalau dilihat dari wajahnya sih tante gak perlu nanya ya kamu lulus atau enggak" goda Tika mencubit kecil pipi Kalina
"Tanya dong tante, pura-pura aja. hehehe" Kalina terkekeh
"Gimana nak? lulus?"
"Masih perlu aku jawab ya tan? hahahaha" Kalina terbahak melenggang pergi meninggalkan tantenya.
"Dasar bocah, semoga saja mas Ruman menepati janjinya setelah ini" batin Tika
Kalina berjalan masuk ke kamarnya, melepaskan baju sekolahnya kemudian dimasukannya kedalam keranjang pakaian kotor yang ada di kamarnya, Kalina memilih setelan baju tidur untuk menemani santainya siang itu, dan merebahkan tubuhnya ke ranjang kecil yang biasa ia pakai tidur.
******
Terdengar suara ketukan pintu kamar. Kalina baru selesai mengganti pakaiannya setelah mandi sore. Saat itu waktu sudah menunjukan pukul 17.30 karena Kalina bangun terlalu senja, Kalina hanya menggunakan dress tidur berwarna putih tulang dengan lengan panjang roknya hanya sebatas bawah lutut saja
Kalina membuka pintu kamar, ia terkesiap saat dirinya ditarik paksa keluar oleh Ruman.
"Kalina dengar! Ini terakhir kalinya kamu bekerja, di luar ada Bos Agus kamu temani dia ke hotel, uangnya sudah di transfer ke rekening om ! Kamu tau gak ? Berapa?" Kalina hanya menggeleng takut
"200juta ! Kamu harus mau tidur dengannya, uang ini sangat banyak. Kita bisa beli mobil setelah ini, jangan mengecewakan Om. Om minta tolong ! Sekali lagi saja" Tegasnya tidak mau tahu
"Om aku takut" Kalina menatap sendu seakan memohon belas kasihan pada pamannya itu
"Gak papa, gak bakal sakit tenang aja" ucap Ruman meyakinkan
"Aaaah aku harus gimana? lebih baik aku pura-pura setuju, urusan kabur belakangan. Tuhan tolong lindungi aku malam ini" Batin Kalina
"Aku ganti baju dulu ya Om"
"Gak gak usah, nanti lama" Ruman meraih ponsel Kalina diatas meja belajarnya "Bawa ini aja udah"
Kalina mengangguk pasrah, Ruman mengantarkannya sampai masuk ke mobil Agus dan langsung meninggalkannya begitu saja.
Kalina memperhatikan pria bernama Agus itu dari atas sampai bawah, benar-benar menjijikan! bagaimana mungkin gadis secantik Kalina melayani pria tua sepertinya.
Aku harus bisa kabur! gumam Kalina menyemangati diri sendiri , bagaimana tidak? Melihat wajahnya saja sudah ingin muntah, apalagi harus melayani nafsu bejatnya.
Agus mengendus rambut Kalina dan memujinya Cantik, wangi, sexy bahkan ia mengecupi pipi Kalina. Kalina harus tetap bersikap manis supaya tidak mencurigakan, pikirnya.
Rumah Kalina menuju hotel lumayan jauh harus melewati banyak bukit dan juga hutan.
"Om ? Sampai depan sana berhenti dulu ya, Aku pengen pipis" Ujar Kalina
"Gak bisa ditahan sayang?" Agus mengelus lembut puncak kepala Kalina
"Om mau? Jok mobil om jadi bau gara-gara aku pipis?"
"Oke, tapi kamu jangan macam-macam ya!" Hardik Agus
Sampai di sebuah spbu kecil Kalina langsung turun dan lari, benar-benar lari sekencang-kencangnya hingga Agus yang melihatnya langsung naik darah. Dia mencoba mengejar Kalina, terus mengejarnya sampai akhirnya Kalina terjatuh dan Agus menggapai rambut panjangnya gadis cantik itu.
"Heh brengs*k dengar ya! Saya sudah bayar mahal sama om kamu !"
Plakkkkkkk satu tamparan keras mendarat di pipi Kalina hingga darah segar terlihat di ujung bibirnya, Agus mengusapnya dan menjilat darah dari ujung bibir Kalina itu kemudian berkata "Manis" lalu tersenyum devil
Kalina langsung meludahi wajahnya
Cuiiiih "Maniskan? Itu manis katamu?"
Bugggggg , Buggggg
Agus meninju wajah dan d**a Kalina tanpa melepas cengkramannya di rambut Kalina.
"Berani sekali kamu jal*ng !!!!"
"Om mau aku teriak?"
"Silahkan teriak! Siapa yang akan mendengarmu gadis bodoh? Lihatlah !!!! Hahahahaha" Agus tertawa mengejek karena Kalina baru sadar kalau mereka sudah berada di jalan sepi tengah hutan.
Memang itu satu-satunya jalan menuju kota, tapi malam-malam begini siapa yang mau lewat ? Kunti ? Atau Tuyul ?
Kalina mencoba menenangkan Agus supaya mau melepas cengkramannya itu
"Om maafin Kalina ya, Kalina takut soalnya belum pernah melakukannya" ucap Kalina mengiba , bodohnya Agus langsung luluh dan melonggarkan cengkramannya. Ketika Agus lengah, Kalina kembali berlari kali ini lebih kencang dan hati-hati, dia yakin Agus tidak akan bisa mengejarnya karena tubuh Agus yang seperti karung beras tidak mungkin berlari secepat Kalina.
Agus berlari ke arah mobilnya berharap lebih cepat mengejar Kalina.
Kalina terus berlari tanpa peduli gelapnya hutan malam hari itu. Sampai akhirnya Kalina menemukan sebuah pohon besar, ia berpikiran untuk bersembunyi di baliknya. Beberapa menit setelah mobil Agus melewatinya , Kalina tidak langsung keluar karena takut kalau-kalau Agus kembali lagi mencarinya di sekitar situ.
Hampir 2 Jam Kalina berada dalam kegelapan, hanya bermodalkan senter hp yang sudah retak layarnya, Kalina memberanikan diri keluar dari hutan, lalu berjalan menyusuri jalan kecil yang hanya muat untuk 1 mobil saja.
Ini perjalanan jauh yang pertama kali Kalina tempuh, tiba-tiba
Citttttt... Sebuah sedan mewah nyaris menabrak tubuh Kalina, seketika Wajah kalina langsung memucat saking terkejutnya.
"Mau mati ya kamu !" Teriak Pria yang baru keluar dari kursi penumpang dan dia adalah Reyno
Kalina merasa lututnya gemetaran, bahkan kepalanya terasa sedikit sakit.
Brakkk , tubuh Kalina terhempas ke tanah.
"Bos bagaimana ini? gadis itu pingsan" Teriak sekertarisnya.
"Ya Tuhan Merepotkan saja ! Bawa !" perintah Reyno lalu sekertarisnya yang bernama Sammy itu langsung merebahkan Kalina pada kursi penumpang.
Dalam perjalanannya Reyno terus mengumpat kesal
"Lagi capek-capek kenapa harus ketiban sial"
"Dia manusia bukan sih? Pakai gaun putih ditengah hutan ! Kalau tadi aku sendiri aku pasti lari "
"Pingsan segala , ketabrak juga enggak ! Bangs*t "
"Bos tapi wajahnya memar, ada darah di mulutnya dan memar di mata kirinya" Ujar Sammy
"Kita ke rumah sakit sekarang" Reyno mengusap wajahnya kasar
"Kita ke sini kan diam-diam.. Kalau sampai ada yang melihat jadi repot harus klarifikasi segala nantinya"
"Ya sudah, mau gak mau kita bawa pulang. Panggil Gilsha kerumah"
9 Jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Reyno, rumah yang sangat megah dan besar bak istana
Reyno memerintahkan Sammy agar membawa gadis itu ke kamar tamu dan segera menghubungi Gilsha (Dokter keluarga, sekaligus teman baiknya) selang 15 menit Dokter pun datang dan memeriksa keadaan Kalina.
"Gimana sha?" Tanya Reyno
"Dia hanya syok dan kelelahan Rey, ini obatnya dan suruh banyak minum kalau sudah siuman nanti" Jelas dokter Gilsha "Ngomong-ngomong dia siapa?" Gilsha mengisyaratkan dengan bahasa tubuhnya apakah Kalina wanita-wanita yang biasa dibawa Reyno bermalam atau bukan , Reyno hanya menggeleng.
"Nemu di Jalan tadi" Jawab Reyno singkat kemudian memalingkan wajahnya
"Kasihan, cantik tapi sepertinya malang nasibnya" Kata Gilsha sambil membereskan alat kesehatannya.
"Tahu darimana malang?" Tanya Reyno penasaran
"Itu memarnya gak cuma di wajah Rey, sekitar dadanya juga ada, kayaknya abis di pukulin deh" Gilsha mencoba menjelaskan, dan langsung beranjak keluar berpamitan.
"Makasih ya hati-hati di jalan sha" Reyno masuk kembali ke kamar tamu yang ditempati Kalina
Reyno memandangi Kalina lekat, siapa sebenarnya gadis ini? darimana datangnya? kenapa malam-malam ada di hutan?