"Jangan!" cegah Marta cepat.
"Kamu belum bisa mengendalikan kekuatanmu. Itu akan membuat keadaan semakin buruk. Percaya saja padaku, tunggulah di sini." Marta menoleh ke belakang, Tier masih bertarung di sana dan kembali menoleh pada Perly yang menampakkan raut tak percayanya, "Lakukan ini demi dunia mermaid dan fairy. Berjanjilah padaku jika kau akan tetap di sini," ucap Marta lagi dan langsung pergi dari hadapan Perly.
"Flagellum terram!" Setelah mengucapkan mantra itu, sebuah cambuk sudah berada digenggamannya.
Marta ikut bergabung dengan Tier untuk mengalahkan pengendali dark itu. Walaupun sejatinya pengendali earth memang lebih sempurna kekuatannya daripada pengendali dark, tapi saat ini mereka sedang bertarung di atas darat, di mana pengendali dark memiliki kekuatan lebih berkat sayap yang masih mereka miliki, berbeda dengan pengendali earth yang sudah tidak memiliki sayap.
"Bagaimana ini? Aku tidak mungkin diam saja melihat mereka bertarung. Marta dan Tier akan kalah," gumam Perly resah melihat Marta dan Tier mulai melemah. Perly meremat jari-jarinya, "Ayo Perly, pikirkan bagaimana cara mengalahkan pengendali Dark itu," ucapnya lagi pada dirinya sendiri, memaksa otaknya untuk berpikir.
Sreekk!
Perly menoleh saat mendengar sayatan itu dan melototkan matanya, "Marta!" teriak Perly melihat Marta yang terkena cakaran pengendali dark.
Perly menggeram marah melihat Marta mengerang kesakitan. Tangannya terkepal kuat dan menatap tajam pada pengendali dark yang kini sedang berusaha mengalahkan Tier.
Perly tak tau yang dia rasakan saat ini. Rasanya semua emosi kini bercampur dalam dirinya, kinerja otaknya tiba-tiba diambil alih oleh suatu tak kasat mata yang mendorongnya untuk menadahkan tangan ke atas, mengikuti instingnya sendiri.
"Gladius terrae!" teriak Perly dan sebuah pedang kini sudah berada di tangan kanannya.
Jika di tanya apakah sebelumnya dirinya sudah pernah memegang senjata? Jawabannya pernah, sebuah pistol, milik sang papa. Tapi ini adalah sebuah pedang, yang beratnya tak main-main. Dan dirinya dengan santai mengayunnya seperti tak ada beban. Sungguh, hati kecilnya merasa terkejut, ini bukan dirinya.
Trang!
Pedang yang Perly bawa berhasil menahan pedang pengendali dark yang ingin melukai tubuh Tier.
"Pergi dan obati saja Marta. Biar aku yang menanganinya." ucap Perly masih menatap tajam pada pengendali dark. Matanya menyalah, sirat akan amarah.
Perly kembali melancarkan serangan pada pengendali dark. Dan sekali lagi, dirinya benar-benar tak pernah memegang pedang sebelumnya, tak tau caranya bagaimana memegang pedang dengan baik dan benar, dan lihatlah sekarang.
Sreekk!
"Arrgghh ...!" teriak pemuda dark itu saat Perly berhasil menyayat tubuh bagian depannya.
Pengendali dark itu tertunduk dengan pedangnya sebagai tumpuan. Dan entah apa yang membuat seorang Perly tersenyum miring saat otaknya berpikir ini adalah kesempatannya untuk menghabisi pria itu.
Dan lagi, Perly tak tau apa yang membuatnya berteriak, "Musnahlah kau!" Sambil berlari ke arah pemuda itu.
Sreekk!
"ARRRGGGHHH ...!" teriak pemuda itu panjang saat pedang Perly berhasil memotong kedua sayapnya.
Pemuda itu terjatuh tersungkur ke tanah dan tak lama setelah itu tubuhnya hancur menyatu dengan tanah.
Nafas Perly terengah-engah, dan terduduk di tanah begitupun dengan pedangnya yang tiba-tiba menghilang.
"Perly, kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" tanya Marta menghampiri Perly. Perly mengangkat wajahnya bersitatap dengan raut khawatir Marta, "Apa lukamu tidak apa-apa?" Perly balik bertanya dan memegang lengan kanan Marta.
"Lukanya tidak dalam. Aku sudah mengobatinya," jawab Tier membuat Perly bernafas lega.
Satu yang tak Tier mengerti, Marta berkata seolah-olah Perly adalah gadis yang sama sekali tak bisa menggunakan kekuatannya, tapi lihat ini, Perly bahkan menyelamatkan mereka berdua dan membunuh seorang dark. Kurang apa lagi itu?
"Perly bagaimana kamu melakukan itu?" tanya Marta lagi pada Perly. Perly menggeleng, menatap kedua telapak tangannya bergantian, "Aku tidak tau. Semuanya terjadi begitu saja. Tubuhku bereaksi secara tiba-tiba melihat kalian berdua melemah. I-itu tadi bukan diriku, Marta," jawab Perly pelan menatap Marta lelah.
Sepertinya, Perly kehabisan tenaga.
"Sudahlah, kita bahas itu di rumah. Kita harus segera pulang, sebelum pengendali Dark lainnya menyerang kita lagi," ucap Tier yang hanya diangguki oleh mereka berdua.
Marta membantu Perly berdiri, begitupun dengan Tier yang juga ikut memapah Perly untuk berjalan.
•
"Huh ... huh ... huh ...."
Mereka, Perly, Marta dan Tier terengah-engah saat sampai di rumah Tier.
"Rasanya badanku remuk." ucap Perly memilih bersandar di dinding setelah mendudukkan diri di kursi depan rumah Tier.
"Itu karena kau mengeluarkan hampir semua kekuatanmu. Apalagi tadi kamu memakai senjata." jawab Tier.
Kening Perly mengernyit, "Kau dan Marta juga memakai senjata, tapi kalian tampak tidak terlalu lelah," ucapnya.
"Kekuatan kita tidak lagi sempurna seperti dulu. Dengan menggunakan senjata pengendali, itu akan menyerap kekuatan jika kamu mengeluarkannya terlalu banyak," jawab Tier memejamkan matanya. Namun sedetik kemudian kembali terbuka, dengan cepat menatap Perly, "Tunggu, kau tak tau itu?" tanyanya heran, menunjuk Perly.
"Ah, bukan begitu, Perly memang sedikit mengalami masalah dengan ingatannya, kau tau hal semacam itu bukan?" ucap Marta cepat yang untungnya di sambut anggukan mengerti oleh Tier.
Perly beralih menatap Marta dengan tatapan datar. Bisa-bisanya dia tidak memberitahu hal penting itu padanya.
"Maaf, aku lupa memberitahumu tentang itu," bisiknya pada Perly.
Perly yang ingin membalas ucapan Marta menjadi terhenti saat punggung jari telunjuknya mengeluarkan sinar berwarna coklat.
Atensi keduanya tertarik untuk menatap punggung jari Perly yang bercahaya, sedangkan si pemilik jari sudah menatap takut pada jarinya. Takut terjadi hal buruk lagi.
"A-a-da apa dengan jariku?" ucapnya terbata-bata sambil mengangkat tangannya.
Tak berlangsung lama, sinar itu hilang seketika dan meninggalkan sesuatu di punggung jari telunjuk Perly, "Apa ini?" tanya Perly menatap sebuah tanda berwarna coklat, tempat munculnya cahaya tadi. Tapi tunggu, dia merasa tak asing dengan tanda ini. Dan dirinya benar-benar yakin jika ini merupakan lambang yang ada di punggung jarinya.
Mata Tier tak beralih dari telunjuk Perly, pemuda itu dengan cepat meraih tangan Perly dan menatap tanda itu.
Tier menatap Perly penuh arti, "Perly ... kamu ..." ucapnya menggantung menatap Perly dengan tatapan tak percaya.
Marta yang mengerti dengan situasinya, langsung menarik tangan Perly untuk menyembunyikannya di belakang, namun tak mengurangi atensi penuh Tier menatap Perly.
"Itu adalah tanda lahirnya. Wajar bukan jika seseorang memiliki tanda lahir," ucap Marta cepat, namun Tier tetap tak bergeming, "Aku sudah mengantuk, dan Perly juga terlihat sangat lelah. Kami berdua permisi ke dalam. Kamu juga tidurlah, bukankah besok kamu harus kembali berlatih?" lanjutnya.
Setelah berucap seperti itu, Marta langsung menarik Perly masuk ke dalam. Namun baru saja akan membuka pintu, mereka berdua terhenti mendengar ucapan Tier.
"Salamku Tuan Putri,"
Tak ada yang bersuara, membuat Marta dan Perly perlahan memutar tubuh, melihat Tier yang membungkuk pada Perly. Tier kemudian menegakkan kembali tubuhnya lengkap dengan senyum tampan yang terpatri di wajahnya.
"Perkenalkan, aku Pangeran Earth, Tieros Ralzi Earth," ucapnya.
•
Seperti apa yang Tier katakan bahwa seluruh pengendali akan mengadakan festival penyambutan penyelamat dua dunia. Dan sekaranglah saatnya. Setelah hampir 1 minggu berlatih untuk tampil di festival akhirnya hari ini Tier benar-benar akan menampilkan hasil kerja kerasnya.
Di depan sang penyelamat itu sendiri.
Suatu kebanggaan baginya, bisa bersama-sama, bahkan dia juga mengajarkan banyak hal tentang dua dunia ini pada seorang penyelamat yang di takdirkan untuk menyelamatkan dunianya. Bahkan senyumnya tak ingin lepas semenjak mengetahui hal itu. Sungguh, dirinya benar-benar merasa sangat bangga akan hal itu. Bukankah diantara semua kesatria, dirinyalah yang paling beruntung?
"Pantas saja aku merasa aneh saat kamu mengatakan kamu baru pertama kali ke dunia fairy. Tentu saja itu sangat tidak mungkin, rupanya kaulah orangnya," ucap Tier sembari memperbaiki tatanan busananya.
"Aku juga tidak menyangka kalau kamu adalah kesatria yang aku cari," jawab Perly juga bersiap-siap.
"Aku merasa terhormat karena akulah yang pertama kali kau temukan."
Perly dan Marta terkekeh mendengarnya.
"Apa kita akan pergi sekarang?" tanya Marta.
"Tidak. Kita masih mempunyai banyak waktu untuk bersiap-siap," jawab Tier membuat Marta mengangguk.
"Sebenarnya aku masih bingung." ucap Perly tiba-tiba, dia menatap Tier, "Kenapa kamu ada di sini? Maksud ku, bukankah dulu kau memperkenalkan diri sebagai seorang pangeran? Seharusnya kau berada di istana bukan?" tanya Perly.
"Kamu sudah tau tentang buku takdir?" tanya Tier dan Perly hanya menganggukkan kepalanya.
"Di dalam buku itu, kehidupan para queen dan king pengendali sudah tertulis di sana. Termasuk tentang kelahiran kita dan kehidupan kita setelah lahir." Tier melanjutkan, "Sama halnya dengan yang kau alami, aku juga dititipkan di tempat ini dengan seorang penjaga yang menjagaku sampai aku berumur sepuluh tahun. Tak hanya aku, kesatria yang lainnya juga merupakan seorang pangeran dan putri kerajaan yang dititipkan di suatu tempat yang sesuai dengan elemen pengendalinya."
Tier menjeda sejenak, melihat bagaimana seriusnya Perly mendengar penjelasannya, "Bedanya dengan dirimu, kau dititipkan pada keluarga manusia, itulah sebabnya kamu sama sekali tidak memiliki memori tentang dunia kita. Kekuatanmu, bahkan identitasmu dihapuskan agar pengendali Dark tidak bisa menemukanmu," jelas Tier lagi.
"Lalu bagaimana dengan kalian? Apa pengendali Dark juga tidak bisa menemukan kalian?" tanya Perly lagi.
"Tidak. Kalung yang ada pada kami adalah pelindung sementara sebelum kau datang menemui kami."
"Ah begitu. Baguslah," Perly mengangguk mengerti.
"Apa aku masih bisa bertanya?" tanya Perly lagi.
"kau terlalu banyak bertanya." Bukan Tier, tapi Marta yang menjawabnya membuat Perly menatap sinis padanya, "Yang penting aku tak bertanya padamu. Jadi, kau diam saja," ucapnya membuat Tier terkekeh melihat tingkah mereka.
"Tak apa, selagi aku bisa menjawabnya." Dan Perly merasa menang dengan jawaban Tier, memberi cibiran lidah pada Marta.
"Marta bilang, buku takdir yang kamu sebutkan tadi ditulis oleh para pendahulu kita, siapa orangnya? Apa kalian tau?" tanya Perly menatap Marta dan Tier bergantian.
"Aku tidak terlalu mengetahuinya. Di buku milikku hanya tertulis, pengendali tertinggi," jawab Marta. Perly beralih menatap Tier, mencari jawaban.
"Kau mau tau siapa namanya?" tanya Tier disambut anggukan dari Perly. Dan Tier melanjutkan, "Nama pendahulu yang menulis buku takdir adalah, Perlynska Nurea Pearl."
•
"Aku?" tunjuk Perly pada dirinya sendiri.
Tak hanya Perly yang dibuat bingung, tapi Marta juga terkejut mendengarnya, pasalnya dia sama sekali tidak mengetahuinya. Ayahnya juga tidak pernah menceritakan apapun padanya.
"Ya, itu nama pendahulu yang menulis buku ini. Dari pengendali Pearl," jawab Tier.
"Tapi bagaimana bisa?" gumam Perly pelan masih dalam keadaan tidak percaya. Dan Tier mendengar itu, katanya sambil tersenyum, "Semuanya bisa terjadi Perly."
Kening Perly mengernyit bingung, "Tunggu dulu." Perly menatap mereka berdua bergantian, "Kalian sama-sama mempunyai buku takdir, tapi kenapa Marta tidak tau tentang pendahulu itu?" tanya Perly lagi.
Sepertinya makin ke sini Perly akan menanyakan banyak pertanyaan kepada mereka.
"Ya kami memang mempunyai buku yang sama. Namun isi yang ada didalamnya berbeda. Seperti punyaku, hanyalah tentang bagaimana kehidupan para pengendali, para queen dan king terdahulu, dan tentang kamu dan para kesatria itu," jawab Marta kemudian menatap Tier. "Sedangkan buku yang dimiliki Tier dan kesatria lainnya itu lebih lengkap dibanding dengan punyaku, karena mereka merupakan keturunan kerajaan," lanjutnya yang diangguki oleh Tier.
Perly menggaruk kepala bagian belakangnya, bingung tentu saja, dunia ini terlalu banyak teori dan teka-teki pikirnya, "Aku semakin pusing dengan duniaku sendiri. Begitu banyak cerita yang harus aku simpan. Aku tak yakin apakah kapasitas otakku bisa menyimpannya," ucapnya membuat Marta dan Tier terkekeh.
"Ayo kita keluar. Sepertinya pengendali yang lainnya sudah berangkat," ucap Tier dijawab anggukan oleh Perly dan Marta.
Tier yang berjalan di belakang Perly, kemudian mempercepat langkah untuk meraih pergelangan gadis itu, "Perly, tunggu sebentar," ucapnya. Tier memegang bahu Perly dan menutup matanya.
Setelah membaca mantra yang Perly tidak tau itu mantra apa, kemudian Tier menjentikkan jarinya. Seketika, rambut dan bola mata Perly berubah menjadi warna coklat, seperti dia dan Marta.
Pertanyaan sangat kentara di mata Perly, maka Tier segera menjelaskan, "Supaya tidak ada yang mencurigaimu. Kamu juga tidak boleh berbicara kepada sembarang orang," ucap Tier.
Marta menganggu menyetujui, "Ya betul. Kau juga tidak boleh menjauh dari kami berdua, nanti kalau kau hilang, kau akan menyulitkan kami," sambungnya.
Perly memutar bola matanya malas mendengar ocehan mereka berdua.
"Dan sekarang, aku mempunyai dua kakak yang sama-sama menyebalkan," ucapnya berjalan lebih dulu.
Marta dan Tier hanya tertawa melihat wajah kesal Perly. Tier pikir, lucu juga mengerjai Perly. Gadis itu mempunyai banyak ekspresi yang lucu.
Perly dan semua pengendali earth, termasuk Marta dan Tier, sama-sama berjalan menuju bukit fairy untuk mengadakan festival. Andai saja mereka masih mempunyai sayap, pasti itu akan lebih mudah.
Bukit fairy bukanlah seperti bukit pada umumnya di mana ada tanah tinggi yang membuat semuanya tampak rendah jika berdiri di sana. Bukit itu hanyalah sebuah lapangan yang sangat luas. Dinamakan bukit, karena posisinya berada di tengah-tengah daerah pengendali yang ada di fairy sehingga semua letak daerah bisa dilihat dari bukit itu.
Setiap kali mereka mengadakan festival, mereka pasti melakukannya di bukit itu. Selain tempatnya yang memang dekat dari semua daerah pengendali, tempat itu juga cukup untuk menampung semua pengendali yang ada di dua dunia itu.
Bayangkan saja betapa luasnya bukit itu.
Perly menatap kesekelilingnya, kemudian berkomentar, "Ini sudah seperti satu provinsi di dunia manusia." Marta menatapnya bingung, "Provinsi?"
"Iya. Jika aku jelaskan itu akan sangat panjang. Tapi intinya, itu sama saja gabungan dari banyak daerah besar," ucap Perly masih menatap di sekitarnya. Dan Marta hanya mengangguk mengerti.
"Ayo ikut aku." Intruksi dari Tier membuat Perly mengalihkan perhatiannya. Tier melanjutkan, "Sebentar lagi festival akan dimulai. Kalian tunggulah di sini dan lihat bagaimana mempesonanya penampilanku nanti," ucap Tier bangga.
Perly masih fokus melihat-lihat hanya mengibaskan tangannya pada Tier, "Ya ya. Sana pergilah, kau mengganggu fokusku saja, ucapnya acuh membuat Marta terkekeh melihat wajah kesal Tier.
Tak lama setelah Tier pergi, pertunjukan di festival pun dimulai.
Yang menarik perhatian Perly adalah, ada delapan bendera dengan warna yang sama dengan warna masing-masing pengendali. Di bendera itu terdapat sebuah gambar, apalagi kalau bukan gambar dari lambang masing-masing pengendali.
Dan yang lebih menarik adalah, kuda yang dibawa oleh beberapa orang yang membawa bendera itu juga mempunyai lambang pengendali di bagian kepalanya. Hanya saja semua kudanya berwarna putih.
"Apakah semua hewan juga memiliki lambang seperti kuda-kuda itu?" tanya Perly berbisik pada Marta.
Marta mengalihkan pandangan pada arah tunjuk Perly, "Tidak semuanya, hanya hewan yang mendapat keistimewaan saja yang mempunyai lambang pengendali," jawab Marta. Gadis itu menunjuk salah satu kuda yang terlihat memiliki luka sayatan di wajahnya, sayatan menyamping di hidung hingga pipi kuda, "Kuda-kuda itu adalah kuda yang ikut berperang. Karena itulah mereka diberi keistimewaan. Mereka juga mempunyai sayap, sama seperti fairy," kata Marta.
"Benarkah? Wah! Aku ingin sekali melihat mereka terbang." ucap Perly antusias.
Marta hanya geleng-geleng kepala melihat Perly lalu kembali fokus pada pertunjukan di depannya.
"Itu Tier!" pekik Perly setelahnya saat melihat Tier yang sedang beradu pedang dengan pengendali lainnya.
"Wah mereka keren sekali," ucapnya lagi. Raut antusiasnya tiba-tiba berubah, "Eh. Tunggu. Kenapa mereka jadi menari?" tanyanya bingung.
"Itu adalah persembahan kemenangan. Biasanya dipertunjukkan ketika para pengendali menang berperang," ucap Marta tersenyum menjawab kebingungan Perly.
"Lalu ini?"
"Ini secara tidak langsung ditujukan untukmu Perly. Kamulah yang nanti akan membawa kemenangan pada mereka, mereka sedang menyambutmu saat ini," ucap Marta masih dengan senyuman.
"Aku?" tanya Perly menunjuk dirinya sendiri dan menatap tak percaya pada Marta.
Tepuk tangan bergemuruh saat mereka selesai menunjukkan pertunjukkannya, membuat Perly merubah arah fokusnya.
Tier dan pengendali lainnya kembali ke tempatnya masing-masing. Dan tak lama setelah itu, delapan orang dari pengendali berbeda tiba-tiba sudah berdiri di depan dengan membawa satu bendera di masing-masing tangannya.
Mereka menancapkan bendera itu di atas tanah kemudian memejamkan matanya.
"Mereka sedang apa?" bisik Perly pada Marta.
"Bisa dibilang mereka adalah tetua di setiap pengendali. Mereka sedang mengadakan ritual pemanggilan pendahulu," bukan Marta, tapi Tier lah yang menjawabnya.
"Wahai semua pengendali! Salam hormat kepada pendahulu." ucap kedelapan orang itu serentak sambil menekuk satu lututnya, menumpu tangan dan menundukkan kepalanya.
"Salam kami pendahulu," semua pengendali dengan serentak mengucapkan nya dan melakukan hal yang sama dengan yang orang-orang tadi lakukan.
Perly gelagapan dan mengikuti apa yang dilakukan oleh pengendali itu.
"Salamku para pengendali." Suara itu terdengar menggema di tempat yang luas itu.
Tapi bukan itu yang menjadi fokus Perly, tapi, "Itu suaraku," gumamnya pelan.