Number 13

2612 Kata
"Maaf sebelumnya aku tidak mengenali kalian berdua," ucap gadis itu setelah selesai memulihkan kondisi Perly. Sekarang, mereka sedang berada didalam rumah gadis itu. Perly baru menyadari kalau rumah dan juga daerah pengendali froz juga sama dengan pengendali earth. Perly pikir daerah ini akan penuh dengan es atau pun berhawa dingin, ternyata tidak. Yaa meski memang suhunya sedikit lebih dingin di banding daerah earth. Dan gadis itu berhasil mengingat siapa Marta dan Perly setelah kedua gadis itu menjelaskannya. Dia jadi merasa bersalah karena asal tuduh tadi. "Tidak apa. Aku juga bersalah membuatmu kesal," ucap Perly tersenyum. Gadis itu ikut tersenyum, "Tetaplah di sana, perapian itu akan membantu menghangatkan tubuhmu" ucapnya dan Perly hanya mengangguk mematuhi. "Ah ya. Perkenalkan namaku Befra Rozalia Froz. Kalian bisa memanggilku Befra," ucap Befra mengulurkan tangannya. Perly agak ragu menyambut uluran tangan Befra, bagaimana kalau nanti dia kembali membeku? "Tenang saja. Aku tidak akan mengeluarkan kekuatanku lagi. Kamu tidak akan membeku seperti tadi," ucap Befra yang tau keraguan Perly. Akhirnya Perly membalas uluran itu, "Aku Perly. Ini adalah Marta dan yang di luar itu namanya Tier." Menunjuk Marta dan Tier bergantian. "Kami juga meminta maaf soal Tier. Sepertinya dia sedang sensitif hari ini," ucap Marta. "Ya tak apa," ucap Befra. "Ah ya, kalian sedang apa di sini? Apa ada sesuatu yang kalian cari?" tanya Befra lagi. Perly dan Marta hampir saja lupa dengan tujuan mereka untung saja Befra mengingatkannya. "Soal itu ya ...." Marta menggaruk kepala belakangnya. Bagaimana cara memberitahukannya pada Befra. Kalau Befra bertanya lebih dalam tentang kalung itu bagaimana? Bagaimana kalau Befra mengetahui tentang kalung itu?. "Apakah masih lama? Ayo pergi, aku sudah tidak betah di sini." Tiba-tiba Tier berdiri di ambang pintu dengan melipat tangannya di bawah perut. "Lagi pula siapa yang menyuruhmu untuk berdiri di sana. Ayo masuklah, bukankah kita ke sini untuk mencari barang yang kamu cari?" ucap Perly memerintah. Tier menatap Befra dan berdecak pelan. "Kalau kau tak ingin masuk, tidak usah masuk! Berdiri saja di sana!" hardik Befra yang mendengar Tier berdecak setelah melihatnya. Dirinya merasa tersinggung. "Aku tak ingin bicara padamu," ucap Tier santai dan duduk di samping Marta. Befra hanya memutar bola matanya malas dan kembali fokus pada Perly, "Jadi apa yang ingin kalian sampaikan," tanya Befra lagi. "Itu ... saat kau menabrakku, barang-barang milikku terjatuh dari tas, dan milikmu juga bukan?" tanya Perly dan Befra mengangguk, "Saat aku memeriksa tas, aku kehilangan salah satu barang milikku. Apa mungkin kamu salah memasukkan barang?" lanjutnya berbicara perlahan agar Befra tidak tersinggung. Baru saja Befra ingin membuka mulut akan bicara, Perly kembali menyela, "Tunggu, kamu jangan tersinggung dulu. Aku tidak menuduhmu, aku hanya bertanya soalnya kami sudah mencari barang itu di tempat kita terjatuh tapi kami tidak menemukannya." "Tidak masalah, aku tidak tersinggung," katanya sambil tersenyum, "tapi sepertinya aku tidak memeriksa tasku lagi setelah malam itu. Tunggu sebentar biar kuambil tasku dulu." Befra berdiri dan berjalan menuju kamarnya. "Bisakah kau bersikap lebih baik padanya? Bagaimana kalau dia tersinggung dengan sikapmu?" bisik Marta pada Tier. Pemuda earth itu mendecak pelan, "Dia dulu yang membuat masalah denganku," balasnya. "Sudahlah jangan bertengkar di sini." lerai Perly. "Ini tas yang--" "Befra awas!" Perly bergerak dengan cepat dan membangun pembatas antara Befra dan perapian menggunakan kekuatan Earth yang dia punya. Duk! "Aduh!" Pas sekali, keningnya bertemu dengan dinding tanah yang super keras itu, membuatnya meringis sakit. Perly segera berjalan ke arah Befra, "Apa kau baik-baik saja?" ucap Perly membantu Befra berdiri. Dan gadis itu dibuat terkejut oleh Befra yang tiba-tiba memeluknya, "Terimakasih Perly. Kamu sudah menyelamatkan hidupku. Jantungku bisa mencair kalau terkena api itu kalau saja kamu tidak membuat pembatas ini." Perly mengangguk dan membalas pelukan Befra, "Tidak masalah. Ayo obati luka di keningmu." ucap Perly membawa Befra untuk duduk. Lama Perly mengamati kening Befra, namun dia baru mengetahui kalau dirinya tak bisa mengobati orang, "Marta. Kamu saja yang mengobatinya, aku tidak tau bagaimana caranya," ucap Perly terkekeh menatap Marta. Marta merotasi bola nyatanya malas, kalau begitu untuk apa Perky dengan soknya mengatakan akan mengobati kening Befra? Mendekat ke arah Befra dan memejamkan matanya, begitupun Befra yang juga memejamkan matanya. Marta menutup kening Befra yang berdarah menggunakan satu tangannya dan menjentikkan jarinya setelah itu. "Aku hanya menghilangkan bekas dan darahnya, tapi itu masih akan terasa sakit." ucap Marta setelah selesai. Befra mengangguk, "Ya tidak apa. Terimakasih," ucap Befra tersenyum. Tak lama setelah itu, tiba-tiba punggung jari Perly mengeluarkan cahaya berwarna biru tua membuat Perly menutup matanya. Perly kembali membukanya saat cahaya itu sudah hilang, namun meninggalkan bekas, yaitu sebuah lambang es di sana. "Perly, itu ...." tunjuk Befra menatap punggung jari Perly. "Befra ..." Belum sempat Befra melanjutkan kata-katanya tapi Tier sudah lebih dulu memanggilnya. Tier mengangkat dua buah kalung di tangannya. "Apakah ini milikmu?" tanya Satu dengan lambang earth berwarna coklat dan satunya lagi dengan lambang froz berwarna biru tua. Tier menemukan itu di dalam tas milik Befra saat tadi Befra menjatuhkan tasnya. Awalnya dia hanya melihat kalung miliknya, namun benda berwarna biru itu ikut menarik perhatiannya. "Befra, apa kamu juga kesatria itu?" tanya Marta. "Kalian tau tentang kesatria itu?" Befra balik bertanya. Tanpa menjawab apa-apa lagi, Marta dan Tier langsung sedikit menekuk lututnya dan menunduk, keduanya serentak saat mengatakan, "Salam Tuan Putri." "Kenapa kalian tau identitasku?" tanya Befra semakin bingung. "Ini adalah milikku," ucap Tier mengangkat kalung miliknya. "Pangeran Earth?" Tier mengangguk pelan dan tersenyum. Giliran Befra yang melakukan apa yang Marta dan Tier lakukan barusan, "Salamku Pangeran." "Lalu Perly?" tanya Befra setelah itu. Perly hanya menunjukkan punggung tangannya dan menggerakkan jari-jarinya di mana ada dua lambang yang sudah tampak di sana. Mata Befra melotot melihatnya, "Kamu penyelamat itu?" tanya Befra semangat. Perly hanya mengangguk. Dan Befra langsung memeluk Perly erat. "Kami sudah menanti kedatanganmu selama bertahun-tahun dan akhirnya kamu datang juga," ucapnya senang, sangat senang malah. Namun tidak dengan Perly. Melihat rasa senang yang Befra tunjukkan membuatnya semakin takut. Bagaimana kalau nanti dia tidak bisa mewujudkan keinginan mereka untuk sebuah kemenangan? Bagaimana kalau dia hanya menyebabkan kehancuran seperti apa yang pendahulu itu pernah katakan padanya? "Apa kamu pernah mendengar tentang Perlynska Nurea Pearl?" tanya Perly tiba-tiba menatap Befra. Kening Befra mengerut, "Bukankah itu nama pendahulu yang menulis buku takdir?" Tanyanya, sekedar memastikan. "Kamu juga tau?" tanya Marta membuat Befra mengalihkan perhatiannya pada Marta. Befra mengangguk, "Ya, itu yang tertulis di buku takdir milikku," jawab Befra. "Tapi kenapa kamu mengetahuinya? Bukankah sebelum ini kamu tinggal di dunia manusia?" tanya Befra pada Perly. "Aku yang memberitahukannya," jawab Tier. Befra mengangguk kecil sebelum ucapan Perly membuatnya melotot kaget, "Dan juga, namaku adalah Perlynska Nurea." "Benarkah? Kenapa bisa begitu?" katanya bergumam. Kening Perly mengernyit mendengarnya. Itu adalah pertanyaan yang pantas untuk dirinya ajukan, kenapa jadi Befra yang bertanya? "Kalian tidak tau? Bukankah kalian memiliki buku takdir?" tanya Perly. "Ya kami memang memilikinya. Tapi namamu tidak tertulis di sana. Hanya ada nama pendahulu itu, itu pun hanya nama tak ada penjelasan lain selain itu," jelas Tier di angguki Befra dan Marta. "Ya, di buku milikku juga seperti itu," timpal Befra. Marta ikut menambahkan, "Bahkan di bukuku tidak ada di jelaskan siapa pendahulu itu." Perly menghembuskan nafasnya panjang. Kalau saja ada penjelasan tentang pendahulu itu, Perly tidak memikirkan tentang gadis itu lagi. "Sudahlah. Memangnya untuk apa juga kamu memikirkan itu? Saat ini yang harus kita lakukan adalah mencari lima kesatria lainnya," ucap Marta tersenyum. Andai saja Marta tau apa yang membebani pikirannya saat ini. "Eh, tunggu dulu. Bagaimana kalau kita lanjutkan besok saja, ini sudah hampir malam. Bermalamlah dulu di rumahku," ucap Befra memberi tawaran. "Befra benar. Daripada terjadi apa-apa, lebih baik kita bermalam dulu di sini," timpal Tier. "Aku pikir kalian masih bertengkar. Rupanya kalian juga cepat berbaikan," goda Marta. Befra dan Tier sama-sama bertatapan dan tersenyum canggung setelah itu. "Maafkan sikapku tadi. Aku hanya kesal padamu," ucap Tier. Befra tersenyum, "Tidak masalah. Aku pun juga bersikap buruk padamu, maafkan aku juga," ucap Befra. Senyum lebar di wajah Perly terpancar begitu saja, "Kalian persis seperti cerita di buku n****+ yang penahku baca," ucap Perly tiba-tiba. "n****+? Buku apa itu?" tanya Marta dengan nada bingung. Perly menatapnya, "Buku cerita. Cerita yang ditulis oleh seseorang, yang pastinya itu tidaklah nyata, hanya karangan dari penulisnya," jelas Perly. "Lalu hubungannya dengan aku dan Befra apa?" tanya Tier. "Ya tentu saja ada. Kisah kalian berawal dari benci menjadi cinta," goda Perly menaikturunkan alis matanya. Tier mengusap kasar wajah Perly membuat Perly cemberut, "Kamu terlalu banyak membaca hal-hal yang bersifat hayalan. Jangan dibawa ke dalam dunia nyata." "Yasudah kalau tidak percaya. Aku bertaruh kalau suatu saat hal itu akan terjadi. Kau tau takdir? Nah, itu adalah takdir yang aku ucapkan, " ucap Perly percaya diri. Befra menggeleng-gelengkan kepalanya, "Dasar manusia. Penuh dengan hayalan," gumamnya. "Aku ke luar. Kalian tidurlah, aku akan berjaga di luar," ucap Tier berjalan keluar. Nasib menjadi laki-laki yang harus tinggal dengan banyak perempuan ya seperti Tier ini. • Berbalik ke kanan lalu ke kiri dan kembali lagi menatap langit-langit rumah. Itulah yang sedari tadi Perly lakukan. Dia sama sekali tidak bisa tidur. Matanya memang sudah terpejam namun tetap saja pikirannya masih tertuju pada gadis yang menyerupainya itu, gadis yang katanya pendahulu yang sudah menulis buku takdir itu. Entahlah, tapi kata-katanya sangat membebani pikirannya. Sungguh, sedari tadi hanya itulah yang dia pikirkan. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus memberitahukannya pada Tier, Befra dan Marta? Atau dia harus tetap diam dan memikirkannya sendiri? Menanggung beban itu sendiri? Tapi dia tidak bisa berfikir. Dia sama sekali tidak mengetahui apapun tentang dua dunia ini, mencari petunjuk pun mau ke mana? Dia sama sekali tidak memiliki petunjuk tentang gadis itu. Siapapun tolong dia. Beritahu apa sebenarnya hubungan dia dan gadis itu? Itu tidak mungkin hanya sebuah kebetulan bukan? Ya itu tidak mungkin, pasti ada penyebabnya dan ada cerita di balik itu semua. "Arrkkhh ... apa yang harus aku lakukan!" erangnya pelan mengacak-acak rambutnya. Erangan itu berhasil membuat Marta terganggu dari tidur cantiknya, dengan mata tertutup dia berkata, "Perly, tidurlah. Ini sudah larut malam." Lengkap dengan suara serak. Perly tak menanggapi, dia terus saja memikirkan hal itu. Bahkan mungkin gadis itu tak mendengar ucapan Marta. Tak mendapat respon membuat Marta akhirnya membuka matanya dan melihat Perly sudah terduduk di tempatnya dengan kepala yang disembunyikan pada lipatan tangan yang memeluk lututnya. Sedangkan Befra masih tidur dengan pulas di samping Perly. "Ada apa denganmu? Kau bermimpi lagi?" Marta ikut duduk di samping Perly mengusap-usap matanya pelan. Perly tampak terkejut saat Marta menyentuh bahunya, "Eh kenapa kamu bangun? Tidurlah lagi, aku tidak bermimpi apa-apa," ucap Perly. Marta melihat Perly penuh curiga. Di wajah Perly jelas terdapat ekspresi bingung dan terlihat ada yang sedang dia pikirkan. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Marta lagi. Kini kantuknya benar-benar hilang karena ekspresi kebingungan Perly. Perly menatap Marta sekilas lalu kembali menatap lurus ke depan. Tak berniat menjawab. Dirinya masih bimbang akan bercerita atau tidak. "Ada apa? Kenapa kalian terbangun?" Giliran Befra yang terbangun, ikut terduduk dengan mata yang masih terkantuk-kantuk.. "Sepertinya Perly tidak bisa tidur. Aku rasa dia sedang memikirkan sesuatu," jawab Marta jujur. Jika hanya dirinya saja yang mendesak gadis itu, Perly tak akan mau cerita padanya. Rasanya kantuk Befra langsung hilang mendengarnya. Befra pernah berada di posisi Perly, di saat dia sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting dan sangat ingin dia ketahui sampai dia tidak bisa tidur. Pasti itu juga yang sedang Perly alami sekarang. "Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Pertanyaan yang terdengar seperti pernyataan keluar dari mulut Befra. Lagi, Perly masih tak menjawab membuat Befra menggenggam satu tangan Perly, "Berceritalah, kami siap mendengarkannya," ucapnya tersenyum diikuti Marta yang juga memasang senyum. "Apakah sebelum ini ada pengendali yang membuat kesalahan besar yang tidak sengaja dia perbuat?" tanya Perly tiba-tiba menatap Marta dan Befra bergantian. Meski bingung kenapa Perly tiba-tiba bertanya seperti itu, Marta tetap menjawab, "Sepertinya aku pernah mendengar cerita itu dari ayahku." Katanya. Perly bersemangat, akhirnya dirinya akan mendapat sedikit petunjuk, "Benarkah? Ceritakanlah, aku ingin tau." Perly mengubah posisi duduknya seakan siap mendengar cerita Marta. Marta mengangguk, siap bercerita. "Dulu ada seorang pengendali tertinggi dari elemen Froz yang salah paham terhadap adiknya sendiri. Ini terjadi sebelum lahirnya Pengendali Dark, di mana dua dunia ini masih aman, tentram dan damai. Dia mengira kalau adiknya ini telah menyukai gadis yang dia cintai, karena dia pernah melihat adiknya sedang bermesraan dengan wanita yang dia cintai, yang ternyata adalah kembaran dari wanita yang dia cintai. Dan dia sama sekali tidak mengetahui kalau mereka kembar." Menjeda sejenak untuk dirinya mengambil nafas. "Sampai ketika wanita yang dia cintai menghampirinya untuk memberitahu kabar gembira, bahwa mereka akan segera dinikahkan. Namun takdir berkata lain, sang Pengendali Froz itu sudah terbakar api cemburu dan tidak sengaja menembakkan es abadi tepat di jantung wanita itu. Sesaat setelah pengendali itu melakukannya, kembaran wanita itu datang membuat pengendali itu terkejut." Tepat saat Marta mengatakan itu, tangan Perly secara otomatis menekan dadanya. Ada rasa nyeri di jantungnya kala itu, entah karena apa. Apa mungkin karena es dari Befra sebelumnya? "Kau kenapa?" tanya Befra cepat yang menyadari gelagat Perly. Gadis itu menggeleng dan tersenyum, "Aku hanya membayangkan betapa sakitnya jantung wanita itu," jawabnya membuat Befra hanya mengangguk. Marta kembali melanjutkan, "Seberapa besar usaha mereka untuk mengobatinya tetap saja gadis itu sudah membeku karena jantungnya sudah membeku. Kembaran wanita itu tentu saja tidak terima dan sangat marah, sampai dia mengucapkan sebuah kutukan dan sumpah yang akhirnya berdampak pada terbentuknya Pengendali Dark. Dia juga menyesalinya, tapi itu percuma karena sebuah kutukan dari amarah pengendali dan sumpah yang dia ucapkan dari hatinya, itu pasti akan terjadi." Marta menyudahi ceritanya. Perly kembali terdiam mendengarnya. Begitu besar dampak yang ditimbulkan karena kesalahpahaman seseorang. Bagaimana kalau nanti dia juga melakukan hal yang sama? Dampak buruk apa lagi yang akan dia timbulkan? "Itulah kenapa kamu langsung melemah saat Befra mengalirkan kekuatannya padamu tadi. Karena es dari kekuatan Befra hampir saja menyelubungi jantungmu," lanjut Marta. Membuat Perly kembali menekan dadanya. "Ah, untuk yang itu aku sangat minta maaf. Itu keluar begitu saja tanpa aku menyadarinya. Kau tau tentang gerak refleks saat ingin mempertahankan diri? Begitulah kira-kira yang aku lakukan tadi," ucap Befra menyesal. "Aku sudah tidak mempermasalahkan itu. Tenang saja," ucap Perly tersenyum. "Jadi ...." Marta menggantung ucapannya untuk menarik atensi kedua gadis itu, "Apakah cerita itu bisa membantu menenangkan pikiranmu?" tanya Marta. Perly terdiam. Sebenarnya sedikit banyaknya itu membantu, tapi ..., "Masih ada yang ingin aku tanyakan," ucap Perly. "Tanyakanlah," ucap Befra. "Apa semua itu ada kaitannya dengan aku yang menjalani takdirku di sini?" tanyanya menatap mereka bergantian. • "Dia adalah orang yang tepat," ucap seorang gadis pada gadis lain di sebelahnya. Gadis di sebelahnya, yang semuanya yang melekat di tubuh berwarna emas, tersenyum, "Semua orang memang berpikiran seperti itu." Katanya, seolah dia tak sependapat dengan kebanyakan orang. "Kamu mempunyai firasat lain?" tanya gadis yang sebelumnya. "Dia adalah aku. Dia adalah wujudku di kehidupan yang sekarang. Kepribadianku juga dia miliki sepenuhnya, apa kau berpikir aku tidak akan memikirkan hal lain?" Gadis emas bertanya menatap gadis yang tadi bertanya padanya, si gadis perak. "Tapi kamu sudah memperingatinya, aku yakin dia bisa mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan untuk semua pengendali nantinya," ucap gadis perak. Si gadis emas menghela nafas panjang, "Kakak, tidak ingatkah kamu? Dulu semua orang juga berfikir begitu padaku? Tapi lihatlah sekarang, aku membuat keturunan kita berada dalam ambang kehancuran," ucap gadis emas itu. "Semuanya bisa berubah, termasuk dirimu pada kehidupan sekarang. Kamu yang mengatakan kalau semuanya akan berakhir ketika dirimu sendiri yang mengakhirinya. Lihatlah, dia sudah datang dan sedang berjuang," ucap gadis perak tersenyum pada adiknya, sang gadis emas. "Kakak percaya padamu. Baik kamu di kehidupan sebelumnya, pun di kehidupan sekarang adalah sebuah keajaiban yang nantinya akan menjadi cerita paling menarik untuk keturunan selanjutnya." Gadis emas itu tersenyum dan mengangguk. Dia berharap begitu. Dia berharap masih ada banyak keturunan di generasi berikutnya. Gadis emas itu menyapukan tangannya di udara dan bayangan itu hilang meninggalkan kerlap kerlip emas miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN