BAB 5 (Bismillahirrahmanirrahim Allahumma shali’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad)

1928 Kata
Udara pagi masih terasa dingin, sayup-sayup suara kokok ayam terdengar merdu menandakan bahwa malaikat-malaikat Allah sedang turun ke bumi untuk menyaksikan hamba-hamba Allah beribadah fajr dan subuh. Hana baru saja melaksanakan shalat sunnah fajr dan subuh. Mulai hari ini Hana bertekad untuk melupakan perasaannya pada Lutfi. Hana tidak mau terus bersedih. Sudah cukup nangis-nangis dan patah hatinya. Saatnya Hana bangkit menata masa depannya.  Hana  bertekad untuk memperbaiki diri, fokus mengembangkan bisnisnya, lebih mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampun atas kesalahan-kesalahannya selama ini. Soal jodoh, biar nanti Allah yang datangkan buat Hana. Aamiin.Hari Ahad ini, Hana bersiap-siap untuk menghadiri undangan walimah teman semasa kuliahnya. Ia menggunakan gamis dengan kombinasi warna merah muda dan putih dipadukan dengan jilbab bercorak abstrak berwarna senada dengan gamisnya. Tak lupa ia mengoleskan sedikit bedak dan lipstick tipis agar tidak terlalu terlihat pucat. Setelah dirasa penampilannya oke, Hana pun berangkat menggunakan kendaraan online. Ia memutuskan untuk berangkat seorang diri, ya maklumlah jomblo. Biasanya Hana enggan pergi sendirian menghadiri undangan, karena menurutnya jomblo akan terlihat paling menyedihkan ketika pergi sendirian ke undangan, itu yang ada dalam benak Hana. Tapi, ia sedang ingin menikmati kesendiriannya saat ini. Setelah tiba ditempat walimah, Hana pun segera masuk. Walimah temannya ini diadakan di sebuah restoran yang halamannya luas, sehingga cocok untuk pasangan yang ingin mengusung tema pernikahan outdoor. Warna yang dominan dalam tema pernikahan temannya ini adalah putih dan gold. Meja dan kursi disusun sedemikian rupa agar para tamu nyaman dan tidak berdiri saat makan. Bagus sekali, pikir Hana. Hana mengira temanya akan standing party, karena dia sering kebingungan jika akan minum dan makan, masa makan dan minum sambil berdiri? Rasulullah SAW, mengajarkan umatnya untuk duduk saat makan dan minum. Hana bertekad akan menyediakan banyak kursi saat resepsi pernikahannya nanti. Hana pun bergabung, menyapa teman-temannya yang sudah datang terlebih dahulu. Banyak teman-teman Hana yang terkejut melihat penampilan Hana saat ini, pasalnya Hana zaman kuliah itu gendut, gak bisa dandan, gak menarik lah pokoknya. Beda dengan sekarang, badannya tinggi berisi, dan sudah biasa dandan walaupun hanya make up tipis. “Lo, Hana?” ucap Riana teman kuliah Hana dengan sedikit ragu. “Ya Allah, bener ini Hana?” ucap temannya yang lain yang bernama Risa. “Ya Allah, Riana, Risa! Udah lama banget gak ketemu! Iya ini gue, Hana,” ucap Hana sambil salaman dan cipika cipiki dengan kedua temannya itu. “Kurusan lo Han, tambah cantik deh,” ucap Risa. “Iya tau kurusan, lebih cantikkan gini.” “Hehe, bisa aja kalian mah,” ucap Hana sambil tersipu. “Kok bisa siih jadi begini? Dulu waktu kuliah penampilan lo biasa aja, sekarang kenapa jadi cantik begini?” tanya Risa setengah tak percaya melihat perubahan pada diri Hana. “Alhamdulillah ... iya gue diet soalnya sambil olahraga juga. Syukur kalo udah keliatan hasilnya,” jelas Hana sambil tersenyum. “Oh ya, mana temen-temen yang lain?” tanya Hana “Tuh, lagi pada di garden yang belakang, pada kumpul disana,” ucap Risa sambil memakan kue cokelat yang ia ambil tadi. “Lo ke sini sama siapa, Hana?” tanya Riana. “Ya sendiri lah, Ri. Gue kan belum nikah, belum ada pasangannya.” “Ya gak harus udah nikah juga kali, Say. Gue kira lo dateng sama ibu lo kek, keponakan atau anggota keluarga yang lain gitu,” ucap Riana. “Nggak, gue datang sendiri, lagi malas ngajak orang,” Hana beralasan. “Ya sudah, ayo temenin gue kesana,” ajak Hana sambil menggandeng Riana dan Risa. Sama seperti Riana dan Risa, teman-teman kuliah Hana yang lain pun kaget ketika melihat penampilan Hana yang baru. Hana hanya bisa mengucap syukur Alhamdulillah dalam hati. Setelah bersalam-salaman dengan kedua pengantin ia pun bersama Risa mengambil makanan prasmanan karena perutnya sudah lapar minta diisi. Makanan yang diisediakan katering cukup lengkap. Untuk makanan berat, para tamu disediakan nasi putih, daging teriyaki, gurame tepung asam manis, tumis capcay, kimlo, sambal dan kerupuk udang, sedangkan untuk makanan gubugan para tamu disediakan stand siomay, sate ayam plus lontong, zuppa soup, aneka pasta, aneka puding, buah potong, dan es krim. Hana memillih mengambil capcay dan gurame asam manis sebagai makan siangnya. Hana lebih memilih mengurangi porsi nasi dalam makanannya. Setelah mengambil makanannya, Hana dan Risa duduk pada kursi yang telah disediakan untuk tamu. “Hana, kapan lo nyebar undangan?” tanya Risa sambil menyendokkan nasi ke piringnya. Hana hanya tertawa miris mendengar pertanyaan sahabatnya. “Belum tau say, doain aja ya biar segera,” jawab Hana. “Iya, aamiin. Gue doain semoga cepet menemukan pendamping yang cocok dan segera akad ya,” ucap Risa mendoakan Hana. “Aamiin. Lo sendiri kapan, Sa?” tanya Hana. “Gue mah mau fokus beresin tesis gue dulu, cin, pusing pala Barbie.” Hana pun hanya terkekeh melihat tingkah temannya yang satu itu. Hana pun kembali menyantap makanan di piringnya yang tinggal setengah. Sesekali ia juga mengamati sekelilingnya. Siapa tahu ada lagi teman kuliahnya yang harus ia sapa. Tiba-tiba pandangan Hana tertuju pada sosok seorang perempuan bersama pasangannya. “Eh itu kan Diana ya? Kok gak sama Adam, Sa?” ucap Hana sambil mengarahkan matanya ke arah Diana dan pasangannya. “Eh, lo mah ketinggalan gosip, Han. Diana sama Adam udah putus kali dari lama,” ucap Risa. Adam adalah salah satu teman kuliah Hana. Hana pernah beberapa kali satu kelompok dengan Adam saat kuliah dulu. Meski tidak terlallu akrab, Hana sedikit tahu mengenai track record Adam di kampus.           Adam adalah sosok lelaki yang tampan di kampusnya, terutama di jurusannya. Tak heran, kaum Hawa pun banyak mengaguminya. Ia tergolong mahasiswa yang cerdas meski kelihatannya ia acuh pada setiap mata kuliah. Ia sempat mendapatkan nilai tertinggi pada beberapa mata kuliah. Namun, yang tidak disukai Hana dari Adam adalah ia sering bergonta-ganti pacar. Mungkkin sebagian orang menganggap itu adalah hal yang wajar mengingat Adam adalah lelaki yang tampan dan perempuan mana pun akan bersedia bertekuk lutut. Kabar terakhir yang Hana ketahui dulu adalah Adam sedang berpacaran dengan mahasiswi berbeda jurusan yang bernama Diana. Tak jarang Hana menemukan kebersamaan Adam dan Diana di kampus. Hana tahu Diana melalui gosip teman satu jurusannya, tetapi Diana tidak tahu Hana, bahkan tidak kenal sama sekali. Hana hanya bisa membulatkan mulutnya membentuk huruf O,tanda ia paham. “Terus si Adam belum keliatan dari tadi, gak datang tuh anak?” tanya Hana. “Gak tau juga deh, kan dia masih beresin tesis sama kaya gue. Masih repot ngurusin penelitiannya mungkin.” Adam dan Risa memang sedang menyelesaikan studi S-2. Meskipun terkenal seorang yang playboy, Adam tetap fokus pada pendidikannya. Setelah merasa perutnya kenyang dan cukup bersilaturahmi dengan teman-temannya. Hana pun memutuskan untuk segera pulang. Setelah berpamitan pada beberapa teman yang dekat dengannya, Hana memesan ojek online untuk pulang ke rumahnya. Saat sedang asyik mengotak-atik ponsel untuk memesan ojol, Hana seperti merasa bajunya ditarik-tarik oleh seseorang. “Siapa nih yang narik-narik baju?” ucap Hana. “Ate Hanaaa,” ucap seorang bocah kecil berumur lima tahun sambil tersenyum menampilkan gigi ompongnya. “Eh, Rama. Kok kamu bisa di sini, Sayang? Mana ayah sama bunda kamu?” Rama adalah anak tetangga Hana dulu. Rumah Hana dan orang tua Rama Hanya berjarak lima rumah.  Tiga bulan yang lalu Rama dan keluarganya pindah rumah dan sudah tidak berkomunikasi dengan Hana. Padahal waktu masih jadi tetangga, Hana sangat senang bermain dengan Rama. Menurut Hana, Rama adalah bocah yang pintar dan lucu plus gemesin. Pipinya itu loh, over load, tumpah-tumpah, jadi pengen dicubitin. Karena belum bisa mengucap jelas kata “tante” maka hingga kini Rama kebiasaan memanggil Hana dengan sebutan ate meskipun bicaranya sudah agak lancar. “Aku kesini sama Om, Ate,” jawab Rama. “Terus mana Om kamu? Nanti om kamu nyariin kamu.” “Itu lagi di dalam. Aku panas jadi keluar, Om juga lagi asik ngobrol ma temen-temennya.” “Ya udah ayo ate anterin ke Om kamu, nanti dia nyariin,” ajak Hana sambil menggandeng tangan Rama. Rama pun menyambut ajakan Hana. Baru berjalan sebentar, tak lama seorang laki-laki dengan wajah cemas menghampiri Hana dan Rama. “Rama!” “Om Adam!” “Kamu kemana aja sih? Om cariin dari tadi. Nanti om kena omel bunda kamu loh,” ucap lelaki yang bernama Adam. Hana pun terkejut mengetahui fakta bahwa Rama adalah keponakan Adam. “Loh Adam? Jadi Rama keponakan kamu?” tanya Hana. Adam pun melihat perempuan yang berdiri di sebelah Rama. Ia sedikit terkejut melihat penampilan Hana saat ini. Adam menyadari perbedaan penampilan Hana saat ini dengan dulu sewaktu kuliah. Hana yang sekarang lebih cantik menurut Adam. “Lo…Ha-na?” tanya Adam agak ragu. “Iya ini gue, Hana. Kenapa?” Hana menyadari tatapan terkejut yang diperlihatkan Adam kepadanya, persis seperti teman-temannya tadi. Hana pun menjadi sediikit risih ditatap seperti itu oleh Adam.  “Biasa aja dong ngeliatnya. Ada yang aneh sama tampang gue?” “Eh ... nggak, gak ada yang aneh kok,” jawab Adam. “Om, ayo pulang aku bosen di sini. Ate Hana bareng kita ya Om, boleh kan?” tanya Rama. “Eh, oh itu ... “ Adam jadi sedikit salah tingkah, “ ... tanya sama ate nya aja, Sayang,” jawab Adam gugup. “Ate, bareng kita ya, nanti Rama anterin sampe rumah. Sekalian rama pengen ketemu enin, kangen,” ucap Rama. Enin adalah panggilan Rama untuk ibunya Hana. Rama sudah menganggap ibunya Hana seperti neneknya sendiri. Hana agak bingung menerima ajakan Rama. “Eh, ate udah pesen ojek, Sayang, kasian kalo dibatalin.” “Udah cancel aja Han, gak apa-apa. Bareng sama kita aja, udah ayo!” ajak Adam sambil menggendong Rama dan berjalan ke mobil mereka. “Ntar, cewek lo marah lagi, Dam,” ucap Hana. Ya, Hana tak mau cari masalah jika ketahuan pulang bersama dengan Adam. Ia tak ingin terjadi salah paham antara Adam dan kekasihnya. “Nggak, gue gak punya cewek, sekarang gue masih sendiri.” Apa? Seorang Adam Rizki Pratama jomblo? Gak punya pacar? Dulu saat kuliah, tak lama putus dari pacarnya, Adam pasti sudah mempunyai pacar baru. Kenapa sekarang belum? Ah sudahlah, bukan urusan Hana juga. “Ck, bilang aja jomblo elah.” ledek Hana “Eh, jomblo itu nasib, kalo single itu prinsip,” elak Adam “Oh, jadi sendirian lo sekarang prinsip nih, bukan nasib diputusin cewek?” “Iyalah prinsip. Kalo gue mau juga gue bisa punya cewek sepuluh!” “Ya Allah, sombongnya. Iya..iya percaya.” Hana pun terpaksa menuruti ajakan Adam dan Rama. Sepanjang perjalanan, Rama banyak berceloteh tentang sekolah dan teman-temannya. Hal itu membuat Hana tertawa senang melupakan masalahnya. "Gue gak nyangka kalau lo itu omnya Rama. Kok gue gak pernah lihat lo di rumahnya ya?" tanya Hana penasaran. "Iya. Gue emang jarang ke sana sih. Lebih banyak mereka yang ke rumah nyokap gue. Kalau pun gue ke rumah Rama, paling pas malam. Jadi ya gak ketemu sama lo." Hana hanya menganggukkan kepalanya. Meski rumahnya berdekatan dan sering berkunjung, memang takdirnya baru sekarang ia harus tahu jika Adam adalah om dari bocah lelaki itu. Tak terasa, mereka pun tiba di rumah Hana. Ibu Hana yang mendengar suara mobil di depan rumahnya langsung membuka pintu. “Assalamu’alaikum, Enin!” teriak Rama sambil berlari ke arah rumah Hana dan langsung merentangkan tangannya tanda minta di gendong oleh ibu Hana. “Wa’alaikumussalam, eh Rama! Aduh, enin kangen banget sama kamu, tambah gembil aja kamu ya sekarang,” ucap ibu Hana sambil menggendong dan mengelus pipi Rama.  “Kamu kok bisa di sini?” tanya ibu Hana heran. Belum sempat Rama menjawab, Hana sudah terlebih dulu mengucap salam. “Assalamu’alaikum, Bu,” ucap Hana. “Wa’alaikumussalam, Rama bareng kamu, Han?” “Iya Bu, tadi ketemu di undangan temen. Oh iya bu, kenalin ini Omnya Rama, temen aku juga pas kuliah, namanya Adam,” jelas Hana. “Saya Adam Bu, omnya Rama.”ucap Adam sambil mencium tangan ibu Hana. Ibu Hana pun menyambut kedatangan Rama dan Adam dengan senang hati. Rama diajak oleh ibu Hana ke dapur melihat kue bikinannya. Hana dan Adam pun jadi ngobrol berdua. “Sibuk apa lo sekarang, Han?” tanya Adam sambil meminum teh buatan ibu Hana. “Sibuk jualan kue, gue mau bisnis aja, hehe. Lo sendiri sibuk apa, Dam?” “Lagi beresin tesis, sama gw juga lagi bisnis kok, ya walaupun nerusin bisnis orang tua.” “Iyalah, kasian ibu bapak lo gak ada yang bantuin. Orang tua bisnis kalo bukan buat anak, ya buat siapa lagi, iya kan?” “Gak ada niatan lanjut S-2, Han? Secara lo kan pinter pas waktu kuliah?” tanya Adam. “Kayanya kalo buat saat ini belum deh. Masih pengen ngembangin bisnis. Nanti kalo system bisnis gue udah stabil, mungkin bakal gue pertimbangin buat ambil S-2.” Hana dan Adam pun ngobrol banyak tentang kesibukan mereka saat ini. Tak terasa waktu sudah semakin sore. Adam dan Rama pun pamit pulang karena takut Rama dicari oleh ayah bundanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN