Alea menatap rumah tempat tinggalnya selama menikah dengan Adrian. Seharusnya ia merasa senang akan segera pergi dari sana dan pindah ke tempat yang lebih ramai agar dia bisa dengan mudah bertemu orang lain. Tapi entah mengapa ada perasaan berat di hati Alea ketika menatap bangunan itu, ada perasaan sedih di hatinya seperti berpisah dengan seseorang. Jendela dan pintu rumah itu seolah menatap sedih kepergiannya. Alea menggelengkan kepalanya cepat, mungkin ini perasaannya saja atau hormon kehamilanlah yang membuatnya mudah merasa sedih dan terharu. "Kenapa?" tanya Adrian yang melihat Alea tak kunjung naik ke mobilnya. "Rumahnya nggak di jual kan walaupun kita pindah?" "Tidak, Alea." "Kalau aku kangen, main kesini boleh?" "Boleh, asal sama saya." Alea mengangguk lalu naik ke mobil mi