"Dokter! Dokterrrr!" Suara teriakan Wilson memenuhi lobi rumah sakit. Pria itu menggendong tubuh Ruby di kedua tangannya seraya berlari dengan bersusah payah menuju ruang gawat darurat. Peluh mengalir di keningnya. Kekhawatiran mendalam terpatri jelas di wajahnya. Para perawat berbondong-bondong membantu Wilson dan meletakkan tubuh Ruby di atas brankar. Seorang perawat menahan langkah Wilson dan memintanya untuk melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Pikiran Wilson begitu kalut. Ia mendudukkan tubuhnya di bangku ruang tunggu. Kedua tangannya yang masih bergetar hebat itu mengusap wajahnya dengan kasar. Dipejamkan matanya dengan erat dan tanpa terasa setitik cairan kristal menuruni wajahnya. Pria itu benar-benar merasa sangat takut dan menyesal. Takut kehilangan istrinya dan calon buah