Bingkisan

1100 Kata
Rencana besar yang di rancang oleh manusia memang menyenngkan bila terkabul sesuai ekspektasi namun apa jadinya kalau rencana tersebut bertentangna dengan takdir Tuhan? Sebagaimana dengan kisah Brielle yang telah mengenaskan ini, gadis cantik itu telah merancang semua hal tentang kencan. Brielle bahkan sudah menentukan pakaian setiap ia akan bertemu dengan Hans, segala bentuk riasan di pakai oleh Brielle. Namun hingga sore menjelang Hans belum juga datang ke café sebelumnya, Brielle berkali-kali melihat jam tangan yang melingkar sempurna di tangan kirinya. Tetap sosok Hans tiak muncul dari sudut manapun, Brielle mengarahkan pandangannya pada langit yang makin gelap. “Aaah.. kenapa dia belum datang juga ya” gumam Brielle sendiri. Brielle mencoba untuk menelpon Hans namun lelaki tampan itu masih saja tidak mengangkat panggilannya, beberapa kali di coba namun Hans tetap tak menjawab Brielle. “Apa kak Hans lagi sibuk ya, sampai dia nggak sempat buka ponsel?” gumamnya lagi. Brielle tak bisa datang ke rumah sakit hari ini, ia ingat Cassandra akan memeriksakan kandungannya sehingga Brielle harus menghindar. Kalau saja ia bertemu dengan Cassandra, istri kakaknya pasti akan banyak bertanya dan juga Cassandra akan mengadu yang tidak-tidak pada Bryan. "Tidak.. tidak.. aku nggak akan beranjak dari tempat ini sampai kak Hans datang!” gumam Brielle penuh keyakinan kalau Hans akan datang. Jam menunjukkan pukul lima lebih empat puluh namun Hans tetap belum juga muncul, Brielle sedikit kecewa karena hari ini dia tak bisa menemui pujaan hatinya. Riasan tebal yang di kenakan Brielle hari ini pun masih melekjat sempurna di wajahnya. Tak satupun riasan yang luntur, Brielle sengaja mengenakan foundation tebal di wajahnya agar terlihat lebih tahan lama. Namun apa daya, Hans tidak kunjung datang dan membuat semua usahanya merias diri jadi gagal dan makin tak berguna. “Uuh… kak Hans beneran nggak datang..” hampir saja Brielle menangis, namun seseorang datang dan duduk di depan Brielle. “Siapa bilang aku nggak datang?” "Kak Hans!?” teriak Brielle melotot tak percaya. "Iya ini aku, aah panas sekali udaranya hari ini. Sampai sore pun masih terasa panas, aku hampir jadi manusia panggang tadi” Hans meraih minuman ice lemon milik Brielle, ia langsung meneguknya dalam sekali minum, “Aah maaf aku sudah menghabiskan minuman anda, akan aku ganti dengan yang baru” katanya saat menatap wajah Brielle yang terbengong. Brielle masih tak mengerti isi kepala lelaki di depannya ini, “Kak Hans sibuk banget ya hari ini?” Hans melepaskan outer abu-abunya, “Lumayan sih, maaf kalau aku tidak sempat melihat isi pesan anda nona. Tapi setelah membaca pesannya, aku langsung datang kemari hehehe. Aku kira nona sudah pulang, ternyata masih disini” Brielle jadi merasa bersalah sudah mengajak Hans pergi bertemu hari ini, ‘Pasti kak Hans capek banget udah kerja seharian, tapi masih aja belain datang kesini’ Senyuman menawan dari Hans membuat Brielle seketika berseri kembali, Hans yang sebenarnya sudah sangat lelah tetap menunjukkan senyumannya pada Brielle. Mungkin hanya inilah yang bisa dia berikan pada Brielle hari ini, Hans sudah terlalu penat untuk melakukan hal lain. Sekali lagi Brielle begitu takjub dengan pria di depannya ini, Hans masih memperlakukannya dengan sangat baik dalam keadaan apapun. * Brielle berdiri di depan gerbang pintu rumahnya yang mirip seperti istana, seperti biasa Hans membukakan pintu mobil untuk gadis cantik ini. Tak lupa Hans memasang senyum manis untuknya, memang cara yang di gunakan Hans ini sangat ampuh untuk menyenangkan seorang gadis. "Kak Hans, makasi banyak buat hari ini. Maaf aku sudah.. umm, aku sudah mengajak kak Hans bertemu lagi tanpa bertanya kak Hans bisa datang atau tidak” kata Brielle sangat menyesal. Brielle tidak sanggup untuk menatap wajah Hans yang terlampau ganteng itu, walaupun Hans tengah kelelahan namun dia tetap kelihatan manis seperti biasanya. Apa karena kebiasaan melayani pasien Hans jadi selalu bersikap seperti ini? “Nggak apa-apa kok, aku yang minta maaf sudah membuat anda menunggu terlalu lama. Sekali lagi maaflan aku, nona” Brielle tak bisa berkata apapun, bibirnya terlalu kaku jika harus mengeluarkan beberapa kalimat lagi. Tak tahu apa yang harus dia katakan pad pria yang telah mencuri hatinya namun sikap Hans yang terlampau baik ini seakan membius Brielle agar tetap tenang. Brielle menyerahkan sebuah bingkisan yang dia bawa-bawa dari tadi di café, Hans bingung apa isi bingkisan dengan motif bunga-bunga itu. Hans mencoba menimang-nimang bingkisan tersebut, tapi ia enggan melakukannya karena Brielle terus saja menatapnya. “Ini untuk kak Hans, aku sengaja mengajak kakak bertemu untuk menyerahkan ini. Ini nggak seberapa tapi aku harap kak Hans suka” “Hehe aku nggak tahu apa aku pantas menerima kado dari nona, tapi saya sangat berterima kasih pada anda sudah repot-repot memberikan saya bingkisan ini” kata Hans nggak enak. Agak kurang sopan kalau ia memeriksa isi bingkisan di depan pemberinya langsung, Hans kembali menatap Brielle yang agak berbeda dari biasanya. Eh ya, Hans baru menyadari kalau Brielle terlihat berbeda malam ini! “Nona,.. anda kelihatan beda malam ini” ucap Hans tiba-tiba, tak di sangka kalimat itu keluar dari mulutnya, juga dia tak menyangka akan mengatakan hal yang akan menyinggung perasaan adik Bryan ini. "Ooh maafkan saya nona, saya nggak punya maksud untuk mengatakan hal menyakitkan tadi" Brielle tersenyum sangat ramah pada Hans, "Nggak apa-apa kak" ucapnya malu-malu. Hans tersenyum lebar ternyata Brielle sama sekali tidak sakit hati dengan ucapannya yang kelewatan tadi. “Kak Hans keren banget malam ini” gumam Brielle yang bisa di dengar oleh Hans dengan jelas. Hans kembali ke dalam mobil dengan senyuman yang selalu di rindukan oleh Brielle. Sebelum ia kembali pulang, Hans menatap Brielle lagi. "Hari ini anda cukup berbeda dari sebelumnya nona, tapi aku menyukainya. Hahaha, anda punya selera riasan yang cukup baik nona" Brielle terbelalak dengan ucapan Hans, tak di sangka ternyata lelaki di depannya ini memperhatian setiap detail riasannya. "Kak Hans melihatnya ya?" ucap Brielle malu. Ada-ada saja kelakuan Brielle sekarang, dia makin berani menunjukkan ketertarikannya pada Hans secara terang-terangan. * Hans yang sudah kelelahan itu harus mengerjakan beberapa laporan dan di kirimkan malam ini juga. Hans sampai tak sempat untuk mandi dan sekedar ganti baju, dia langsung menyentuh laptop saja. "Akhirnya selesai, besok aku harus menjenguk Elly di villa jadi aku nggak punya waktu untuk menyelesaikan pekerjaanku besok" Hans teringat dengan pemberian Brielle tadi sore, gadis itu mengajaknya bertemu secara mendadak. 'Kak Hans, aku suka cafe malam itu. Apa kak Hans bisa datang bertemu denganku sekarang?' Benar-benar gadis yang aneh, dia mengajaknya keluar saat jam kerja, dia memang sangat unik untuk seorang gadis. Hans sedikit syok dengan isi bingkisan yang di berikan oleh Brielle. Hans menyentuh setelan jas berwarna putih dengan desain sama persis seperti miliknya. Hans baru menyadari Brielle ingin bertemu dan mengganti rugi saat menumpahkan wine di tuksedonya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN