BAB : 22

1164 Kata

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, saat Lova selesai mandi. Fokus mengeringkan rambut, ponselnya tiba-tiba berdering, ternyata yang meneleponnya adalah Andine. "Ya, Ndine?" "Lov ... tahu, nggak gue barusan habis kenapa?" "Ya mana gue tahu, lo di sana gue di sini?" "Masa iya gue mimpiin Pak Farel. Gila banget, kan?" "Kok bisa?" "Entahlah," jawab Andine. "Dan gilanya di dalam mimpi itu gue malah dicium," tambahnya menerangkan. Lova yang mendengarnya tentu saja langsung tertawa. Membuat Andine di seberang sana menggerutu dengan sikapnya. "Lo mikirin apa, sih, sebelum tidur? Apa karena tadi kita ngebahas itu guru, makanya jadi kebawa mimpi lo? Tapi, masa iya sampe mikirnya, ciuman?" "Ish ... tau ah, gue. Ini aja masih berasa banget di bibir. Kayak nyata banget." "Gampang, sih ...

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN