Chapter 36

1117 Kata
Grace melangkah dengan malas menuju mobil. Ia benar-benar tidak bisa tidur selama perjalanan. Saat berada di jet, Grace hanya mematung mendengarkan celotehan Alex yang menceritakan-memuji tentang Edward. Alex yang asik berbicara hanya dibalas anggukan atau sebatas kata 'oh' dari Grace. Kemudian setelah membicarakan Edward, pria itu beralih topik membicarakan Devani. Grace memang orang yang sangat tertutup. Selain Karena Alex adalah orang asing baginya, topik yang dibicarakan Alex juga adalah topik yang membuat mood Grace menjadi turun, akibatnya. Grace hanya diam seribu bahasa ketika diajak mengobrol. "kau akan pergi ke hotel nona Dominica. Mr.Federico dan Edward sudah menanti disana." ucap Alex ketika memasuki mobil dan duduk disebelah Grace.  Tak bisa dipungkiri, kantuk Grace semakin tak tertahankan. 'Entah pukul berapa sekarang, aku baru merasa mengantuk' batin Grace. Tanpa sadar , Grace secara perlahan mulai menutup matanya dan terlelap selama perjalanan menuju hotel. ---- Mereka telah sampai didepan Vinre's Hotel.  Alex menoleh kearah Grace yang terlelap. Ia menjadi tak tega untuk membangunkannya. Tidak ada cara lain selain menggendong wanita itu ke kamarnya. Sejurus kemudian Alex tersenyum. Ia mengambil ponselnya. Lalu segera menghubungi Edward. "ada apa? Menganggu tidurku saja." sahut Edward diseberang sana. Sepertinya ia baru terbangun dari tidur. "Aku sudah sampai. Aku baru saja ingin memberitahu jika Grace tertidur didalam mobil dan aku tak tega membangunkannya. Tapi karena kau merasa tidurmu terganggu, sebaiknya aku saja yang menggendong Grace menuju kamarnya." "tunggu di situ!" dan setelah itu , sambungan telepon diakhiri secara sepihak. Alex terkekeh.  "Ed, sikapmu itu tak pernah berubah." ujar Alex geleng-geleng kepala. Alex menoleh kearah Grace yang terlelap. Wajah wanita itu jelas sekali menunjukkan bahwa ia sangat kelelahan, dan juga tertekan?.  "kasihan juga nona Dominica. Seandainya kau tidak menolak Edward. Tentu langkahmu tidak akan dipersulit seperti ini." ucap Alex. Tak lama kemudian. Pintu mobil terbuka dan munculah Edward dengan penampilan yang.. cukup berantakan. Benar-benar menggambarkan bahwa Edward baru terbangun dari tidurnya.  "Kau gila. Mengajaknya terbang dari New York malam-malam."  "ini perintah mr.Federico, aku hanya menjalankan tugas." ujar Alex mengangkat bahu. "Lihatlah, dia sangat kelelahan! Bagaimana jika dia sakit?" ucap Edward terdengar emosi-khawatir. "sudahlah. Cepat bawa dia. Aku juga sangat mengantuk dan lelah." ucap Alex. Ia lalu keluar melalui pintu mobil lainnya. Edward segera menggendong Grace ala bridal style.  Sebenarnya ia sangat mengantuk ketika Alex menelpon. Namun mendengar nama Grace membuat matanya langsung terbuka begitu lebar. Ia mengira Alex akan datang bersama Grace tadi sore ataupun besok. Bukan tengah malam menjelang pagi seperti ini. Edward memasuki lift, disusul Alex.  "Aku juga tidak mengerti. Mengapa Mr.Federico menyuruhku menjemput putrinya malam-malam. Tapi sepertinya mr.Federico tidak main-main dengan rencana perjodohan ini." ucap Alex. "diamlah!" titah Edward.  Alex hanya menghela napas.  Tak lama, lift terbuka dan mereka telah sampai dilantai 24.  Edward kemudian memasuki kamar nomor 1356. Kamar yang sudah disiapkan Federico untuk Grace.  Dengan perlahan, Edward menidurkan Grace diatas kasur. Lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Grace agar tidak kedinginan. "Lihatlah dirimu sekarang." ujar Edward menyeringai. "itulah akibat kau menolak Edward Jacob. Itu juga karena sikapmu yang terlalu arogan. Kau menantangku! Kau bermain-main dengan api. Dan sekarang, nikmatilah permainan yang kau mulai." ucap Edward. Edward kemudian mengelus rambut Grace. Dia hanya kesal, wanita yang sedang tertidur di hadapannya ini selalu saja menolaknya. "selamat malam, my future wife." ujar Edward . Ia sempat melirik kearah bibir Grace yang merah merekah. Namun kemudian ia mengecup kening Grace. Cukup lama, karena Edward melampiaskan kekesalan dan kasih sayangnya.                           ---- Grace membuka matanya  dan langsung menggeliat ketika merasakan hangatnya sinar matahari menembus diantara celah-celah jendela. Ia terbangun dari tidurnya. Dan merasa sedikit terkejut ketika menyadari bahwa ia telah berada di sebuah kamar. Dengan spontan ia meraba tubuhnya. Pakaiannya, masih lengkap. Kemudian ia bernapas lega. Tunggu, kenapa aku bisa ada disini? Grace mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi semalam. Terakhir yang ia ingat adalah ia mendengar Alex mengucapkan kata hotel dan setelah itu ia tidak ingat lagi karena dirinya sudah tertidur. Lalu siapa yang membawanya kesini? Grace mengambil kesimpulan bahwa Alex yang membawanya kemari, mungkin dengan menggendongnya. Ah Grace tidak peduli. Toh Alex adalah pria baik-baik dan ia sudah mencintai Devani. Tidak mungkin pria seperti Alex mempunyai niat buruk padanya. Grace meregangkan otot-ototnya.  "kita akan menghadiri rapat dengan Vinre Corp. Bergegaslah." ucap Federico yang tiba-tiba muncul membuat Grace kaget. "Ayah." pekik Grace "Ayah mengagetkanku saja." tuturnya. Federico hanya terdiam.  "cepatlah!" titah Federico, kemudian ia melangkah keluar . Sebenarnya Grace ingin sekali mengeluarkan kekesalannnya. Ia ingin sekali menanyakan Ayahnya berbagai macam pertanyaan yang tanpa sadar telah tersusun di otaknya. Namun segalanya harus ia pendam kembali mengingat ia harus menjalankan rapat dadakan dipagi hari. Mungkin itu alasan ayahnya menyuruhnya pergi Dari New York menuju Italia semalam.                        ----- Kekesalan Grace menjadi berlipat ganda ketika mengetahui Edward juga mengikuti rapat dadakan dengan Vinre Corp. Dan parahnya selama rapat berlangsung. Edward terus saja menatap Grace dengan senyum menawannya. Membuat Grace tidak tenang, dan salah tingkah. Edward keluar dari ruang rapat. Jam tangannya menunjukkan pukul 09.13 . Ia berencana mengajak Grace untuk makan bersama. Bukan sarapan ataupun makan siang jika dilihat dari waktunya. Hanya makan bersama. Sekaligus ia berniat mengenalkan Grace dengan Leo. Edward melangkah sembari menempelkan ponsel di telinganya. Ia sedang menghubungi Leo. Sambil menanti Leo mengangkat telepon , ia tetap melangkah agar jaraknya tidak terlalu jauh dengan Grace.  Tanpa perlu menunggu lama, telepon terjawab. "Halo." "Halo, Ed. Ada apa?" ujar Leo diseberang sana. "Apa kau sibuk?" tanya Edward. "tidak. Aku sudah selesai membereskan beberapa barang-barangku. Saat ini aku sedang bersantai di rumah . memangnya kenapa?" "baguslah kalau begitu. Aku berencana mengajakmu makan bersama. Sesuai janjiku kemarin. Aku juga ingin mengenalkanmu dengan calon istriku." ucap Edward . "makan siang?" tanya Leo dengan nada yang terdengar ragu akan ucapan Edward. Edward terkekeh lalu berkata "bukan. Sudah kusebut ini acara makan bersama." "owh baiklah, dimana? Jam berapa?" tanya Leo. "nanti akan kukirimkan alamatnya. Saat ini juga." ujar Edward. "Aku punya usul. Bagaimana jika kita pergi ke restoran tempat aku bekerja dulu " usul Leo. "Ah, ide yang bagus. Kalau begitu segera kirimkan alamatnya." ujar Edward. "Baiklah. Kalau begitu akan segera ku kirimkan. Dan aku juga akan berangkat sekarang." ucap Leo. "Oke." Edward kemudian mengakhiri telepon.  Kini tinggal ia mengajak-memaksa Grace untuk mau makan bersamanya. Dengan segera Edward melangkah menyusul Grace. Wanita Itu berjalannya cukup cepat. Dan Edward harus sedikit berlari agar ia bisa mengejar Grace.  "Grace, tunggu." ujar Edward meraih lengan Grace dan otomatis menghentikan langkah Grace.  Grace membalikkan tubuhnya. "apa?" tanyanya dingin, ia terlihat tidak bersemangat untuk meladeni Edward. "aku ingin mengajakmu makan bersama." ucap Edward. Grace menaikkan satu alisnya. "Jam sarapan sudah berlalu sejak tiga jam yang lalu Ed. Dan makan siang, sekarang masih terlalu pagi untuk disebut makan siang." ujar Grace. "aku menyebutnya dengan makan bersama. Ayolah. Memangnya kapan lagi kau bisa makan bersama denganku di Italia setelah rapat dadakan seperti ini." 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN