Chapter 41

1126 Kata
"Ke toilet." jawab Grace.  Edward tersenyum ketika Grace mengeluarkan suara.  "Biar ku antar."  Grace langsung melangkah terburu-buru. Saat di koridor menuju toilet air matanya telah menetes. Ia segera mengusapnya agar Edward yang sedang berjalan dibelakangnya tidak melihat dia menangis. "Kemari."  Edward langsung menarik lengan Grace ketika melihat Grace justru berjalan lurus, padahal seharusnya mereka berbelok.  Grace hanya menurut. Ia membutuhkan tempat sepi untuk menumpahkan air matanya saat ini juga.  Grace dengan segera memasuki toilet dan menguncinya. Ia langsung terduduk bersimpuh. Ia membiarkan air matanya menetes. Grace menangis dalam diam. Seandainya ada yang bisa Grace lakukan untuk mengurangi rasa sakit hatinya, ia pasti sudah melakukan itu. Sayangnya tidak ada yang bisa Grace lakukan. Ia hanya bisa menangis.  Edward menunggu dengan gelisah di depan pintu. Ia menatap jam tangannya. "Acaranya sudah mulai." ucapnya pada diri sendiri. Ia ingin mengetuk pintu toilet dan memberitahu Grace bahwa acara telah dimulai. Namun Edward mengurungkan niatnya.  "Ah, biarkan saja." pikir Edward. Ia hanya menerka pasti saat ini Daddynya tengah melakukan pidato diatas podium. Dan ia juga tidak enak jika harus mengganggu acara Grace di dalam toilet.                              ---- Lima belas menit sudah Edward menanti Grace. Namun wanita itu tidak juga keluar.  "Apa yang dia lakukan didalam." ucap Edward. Pasalnya tidak mungkin wanita itu hanya buang air kecil. Jika pun Grace buang air besar pasti tidak menghabiskan waktu selama ini.  Edward mulai panik. Ia takut terjadi apa-apa pada Grace didalam. Edward mulai mengetuk pintu toilet "Acaranya telah dimulai, Grace." ujar Edward sembari mengetuk pintu.  "Grace, apa kau baik-baik saja." Edward mulai panik ketika tidak mendengar balasan apa-apa dari Grace. "Grace, apa kau baik-baik saja?" Pintu toilet terbuka lalu munculah Grace. Edward bernapas lega.  "Acaranya sudah dimulai. Ayo." ajak Edward. Ia ingin menggandeng tangan Grace, namun Grace menepis tangan Edward. Edward berusaha sabar. Setidaknya sebentar lagi mereka akan menikah dan Edward akan bebas melakukan apapun pada Grace.                                ---- "Saya juga akan mengumumkan kabar bahagia. Ini mengenai persatuan dua keluarga." ujar Ludwig. Semua hadirin tampak menatapnya serius. Begitu pula Grace yang baru saja masuk. Grace segera mengambil posisi duduk. Diikuti Edward yang duduk di sebelahnya. "Dengan bangga. Saya akan mengumumkan pernikahan putra saya, Edward Jacob dengan Grace Dominica putri dari Federico Dominic. Respsi akan dilaksanakan empat hari lagi." tepuk tangan riuh menggema. Grace merasa tersambar petir mendengar apa yang baru saja diucapkan Ludwig. Ia tidak percaya bahwa pria yang dijodohkan dengannya adalah Edward. Pria paling b******k yang pernah ia kenal. Ia merasa lemas. Tiba-tiba kepalanya terasa berat. Ia merasa semuanya gelap. Setelah itu, Grace tidak mengingat apapun. Ia pingsan dan ambruk ke badan Edward yang kebetulan duduk disebelahnya. ----- Angelina menepuk-nepuk pipi Grace dengan lembut. Sedangkan Edward masih belum bisa menghilangkan rasa khawatirnya. Ia tadi terkejut ketika Grace jatuh dengan lemas. Edward seketika langsung membawa Grace menuju kamarnya. Kejadian ini membuat Ludwig yang sedang berbicara diatas podium juga merasa terkejut. Acara masih tetap berlanjut meskipun kini Edward, Alex dan Angelina tengah menangani Grace yang masih belum sadarkan diri. "Dia memang terlihat lemas dari tadi ." ucap Angelina. "Benar mrs. Tadi saat aku bersama dengannya. Wajahnya juga terlihat pucat." ucap Edward. "Sepertinya dia kelelahan karena bekerja." sahut Alex. Angelina menganggukkan kepalanya. "Bagaimana keadaan Grace?" Stefani muncul. Ia baru selesai dengan para tamunya.  "Dia masih belum sadar." ujar Angelina.  Stefani langsung duduk ditepi ranjang dan mengusap kening Grace. "Oh astaga. Sepertinya calon menantuku ini kurang sehat. Apa sudah memanggil dokter?" tanya Stefani.  "Tadi dokter Anya sudah memeriksanya, kebetulan dia hadir dan langsung ikut kemari ketika melihat Grace pingsan." sahut Alex.  "Lalu apa katanya?" "Grace hanya kelelahan. Dia juga belum mengisi perutnya dari tadi. Itu sebabnya ia menjadi lemas dan pingsan." jawab Angelina. Stefani menganggukkan kepalanya. "Dia sudah sadar." ucap Angelina ketika melihat Grace mengerjapkan matanya. Edward segera mendekat. Ia bernapas lega ketika Melihat Grace membuka matanya. Grace tersadar. Ia mengingat semuanya. Tentang Leo yang ia lihat bersama ayahnya. Tentang dirinya yang menangis di toilet. Dan tentang pernikahannya dengan Edward yang akan dilangsungkan empat hari lagi.  "Apa.." Grace langsung terbangun dengan terkejut ketika mengingat opsi yang terakhir.  "Ada apa sayang?" tanya Angelina. "Bu. Aku tidak mau dijodohkan, Bu. Aku tidak mau menikah dengan Edward." ucap Grace.  "Ada apa sayang?" tanya Stefani.  "Bukankah kalian sangat dekat." sambungnya. Grace merasa lidahnya kelu. Ternyata diruangan ini bukan hanya ada dirinya dan sang Ibu. Melainkan juga ada Alex, Stefani dan Edward.  Sedangkan kini Edward menatapnya dengan tatapan dingin. "Em. Aku." Grace merasa tidak enak pada Stefani. Jika saja tidak ada Stefani disini. Pasti Grace akan mengeluarkan keluh kesannya meskipun sebenarnya ia masih terlalu lemah saat ini. "Sudah , Grace. Kau masih terlalu lemah. Sebaiknya kau istirahat saja." ucap Angelina. Ia sendiri merasa malu mendengar Grace berkata seperti itu. Meskipun Angelina tahu mengenai perasaan Grace yang tidak menyukai Edward. Tetap saja ia mendukung perjodohan ini. Karena baginya Edward adalah pria yang tepat untuk Grace. "Tapi, Bu."  "Sudah. Sekarang kau tidur saja." ucap Angelina.  Grace menurut. Ia mulai memejamkan matanya.  "Kalau begitu, sekarang lebih baik kita keluar. Biarkan Grace beristirahat." ucap Stefani.  Semuanya keluar dari kamar tersebut. Sedangkan Edward masih belum beranjak dari posisinya. Ia menatap datar kearah Grace yang memejamkan matanya. Grace yang sebenarnya hanya berpura-pura tidur merasa suasana mulai sepi. Ia membuka kembali matanya dan terkejut mendapati Edward masih berdiri menatapnya. "Kau kenapa masih disini?" tanya Grace. "Tidurlah. Kau butuh banyak istirahat. Aku tidak ingin calon istriku jatuh sakit." ujar Edward . Ia melangkah meninggalkan Grace. "Aku bukan calon istrimu. Aku tidak mau menikah denganmu." ujar Grace. Edward menghentikan langkahnya. Lalu ia berbalik. "Sudah kubilang. Kau harus tidur. Kau butuh istirahat!" ujar Edward.  "Aku akan tidur. Tetapi di rumah, di kamarku." ujar Grace. Ia bangun. Namun gerakannya terhenti saat Edward berbicara. "Aku tau kau tidak menerima perintah. Tapi kali ini saja. Istirahatlah. Besok pagi kau bisa pulang ke rumahmu. Lagipula ini sudah malam. Kau hanya akan merepotkan saja jika pingsan lagi di perjalanan." Grace terdiam. Setelah itu, Edward melangkah keluar kamar dan menutup pintu. Dan kali ini, Grace menuruti Edward. ---- Grace terbangun di pagi hari. Ia baru sadar jika ia tidak berada di kamarnya. Ia masih berada di hotel. "Selamat pagi, Grace." ucap Edward.  "Kau. Apa yang kau lakukan disini?" tanya Grace. "Sariawanmu sudah sembuh rupanya." Edward terkekeh. "Hotel ini milikku. Apa salah jika aku ada disini?" Grace menyesal karena telah melontarkan pertanyaan seperti tadi. Ia baru ingat ini hotel milik Edward. Dan betapa cerdasnya dia telah menginap di hotel milik Edward. Seandainya semalam ia tidak menuruti ucapan Edward, pasti sekarang ia terbangun di kamarnya dan tidak akan mendapat sambutan seperti ini dari Edward. "Kita akan segera menikah. Dan kau harus terbiasa terbangun dengan mendengar suaraku." Grace turun dari kasur. Ia bergegas pulang. Dan lihatlah, dia masih mengenakan gaun semalam. Kostum yang sangat lucu dipagi hari yang menyebalkan seperti ini. Sedangkan Edward, dia tampak sangat nyaman dengan kaos hitamnya. "Aku akan pulang." 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN