Chapter 7

1359 Kata
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Grace saat mereka selesai makan. Sedari tadi mereka hanya saling diam dengan kesibukan masing-masing. Grace terlihat sangat sibuk dengan tab nya. Oh tidak, ia hanya pura-pura sibuk dan enggan berbicara karena ia masih malu. Sedangkan Edward menatap serius kearah Grace yang lihai memainkan jarinya diatas tab. Ditambah dengan perubahan ekspresinya beberapa kali yang membuat Edward gemas ingin mencium Grace saat itu juga.  "Ayahku mengundang keluargamu untuk makan malam bersama di mansion kami." ucap Edward. Sedari tadi matanya tidak berpaling dari Grace.  Sedangkan Grace sama sekali tidak menatapnya. Grace merasa terpukul akan kenyataan bahwa pria ini hanya membicarakan perihal sepele yang bahkan sudah Grace ketahui dari ayahnya. "Hanya itu? Aku sudah tahu" ucap Grace tidak berselera. Ia mengira Edward akan membicarakan hal penting yang benar-benar berpengaruh bagi kehidupannya. "Berdandanlah yang cantik. Aku akan menunggumu" ucap Edward yang membuat Grace tidak menatapnya sedari tadi. Kini justru memperhatikan Edward dengan tatapan penuh tanda tanya. ------- "Bagaimana penampilanku?" tanya Edward pada Alex. Kini ia sedang sibuk menatap pantulan dirinya di cermin. "Kau tampan. Grace pasti akan tersihir pada pesonamu" ucap Alex sejujurnya. "Kau benar. Apa aku sudah melengkapi kriteria yang disebutkan oleh kekasihmu itu?" tanya Edward kini memasang jam tangan mahal di ditangan kirinya. "Kau sudah melengkapi semuanya, Ed. Ayo. Daddy dan Mommy sudah menunggu dibawah. Sebentar lagi keluarga Dominic akan segera tiba. Keduanya pun turun dari kamar Edward yang terletak dilantai dua. "Kalian sangat tampan" ucap Stefani ketika melihat Edward dan Alex yang begitu tampan malam ini. "Keluarga Dominic telah tiba, ayo cepat" Ludwig yang baru saja menatap layar ponselnya segera menuju ruang tamu, diikuti Edward ,Alex dan Stefani. ---- "Selamat datang Mr.Federico" sambut Ludwig langsung berpelukan ala lelaki. Dan Stefani langsung menyambut Angelina, keduanya bercipika cipiki. Sedangkan Edward dan Grace. Keduanya hanya terdiam saling tersenyum. Saling terhipnotis dan terpesona. Grace yang mengenakan dress berwarna hitam yang simple dan cukup sopan,membuat ia terlihat semakin cantik dan menggoda dimata Edward. Sedangkan Grace merasa takjub akan ketampanan Edward yang mengenakan jas. Terlalu formal untuk acara makan malam keluarga. Namun Edward tetap tampan. Grace juga menyempatkan melirik kearah tangan kiri Edward yang ternyata memakai jam. 'He's perfect" gumam Grace. Entah tidak fokus atau terlalu memperhatikan Edward. Grace tidak sadar jika kini ia sudah melangkah menuju meja makan. Bahkan tadi ketika Stefani memuji kecantikannya, Grace hanya terdiam seperti orang bodoh sambil menatap Edward. ---- Mansion keluarga Jacob memang mewah, seperti mansionnya. Tetapi mungkin karena baru pertama kali dan merasakan suasana berbeda, Grace tetap terkagum-kagum akan kemegahan mansion keluarga Jacob. Grace hanya menunduk ketika ia mendapati Edward yang duduk dihadapannya terus menatap dan tersenyum. Kedua orang tua mereka sibuk membicarakan hal yang berbeda. Sedangkan Alex sudah undur diri sejak tadi karena tidak ingin menganggu acara malam ini. Lebih tepatnya, acara Edward. "Dimana putri bungsumu? Dia tidak ikut?" tanya Ludwig ketika baru menyadari ada yang kurang. "Gabriella? Dia ada pesta dirumah temannya. Kami meminta maaf ia tidak bisa ikut, " jawab Federico "Tidak masalah. Lagi pula dia terlalu kecil untuk diajak berbicara mengenai bisnis. Benar bukan, Grace?" ucap Ludwig yang membuat Grace mengangkat kepalanya karena merasa dipanggil. Ia yang tidak tahu apa yang dibicarakan hanya mengangguk lemah. Acara makan malam pun dimulai, tentu dengan pandangan Edward yang tidak pernah lepas pada Grace. ----- "Edward. Lebih baik kau mengajak Grace ke taman." ucap Ludwig. Ia sangat menyadari keadaan kedua manusia tersebut yang hanya bisa saling menatap dalam diam, mereka lebih terlihat seperti ingin berdua. Tapi bagus. Memang itu yang Ludwig inginkan. Edward mengangguk dan beranjak dari kursi, namun suara Grace membuatnya langsung terhenti. "Maaf, mr.Ludwig. Tapi ada beberapa hal yang ingin saya bahas dengan anda. Ini mengenai proyek perhot-" "Bukan sekarang saatnya, Grace. Ayo, lebih baik kau ikuti Edward ketaman" potong Ludwig cepat. 'Bukannya makan malam ini untuk membicarakan bisnis' gerutu Grace dalam hati. Ia tidak ingin hanya berdua bersama Edward. Ia terlalu canggung. Dan akan selalu canggung untuk berdua bersama pria tampan. Siapapun itu. "Ayo" Edward menarik Grace dengan lembut membuat Grace terpaksa tersenyum kikuk dan mengikutinya. Sedangkan kedua orang tua mereka tersenyum puas. ----- Grace terbelalak kaget ketika Edward membawanya ketaman. Bahkan ini sangat indah. Ada kolam kecil yang ditengahnya terdapat gazebo. Serta bunga-bunga cantik yang tertanam rapi terlihat sangat indah karena bermekaran. Bunga, Grace sangat menyukai bunga. Terutama bunga berwarna merah. Karena Grace sangat menyukai warna merah. "Indah bukan. Mommyku sangat menyukai bunga. Jadi dia membuat taman dan menanam banyak bunga." ucap Edward.  Grace hanya terdiam. Dia ingin sekali berteriak dan langsung memetik semua bunga itu dan membawanya pulang. Namun ia sangat canggung. Nyali yang selalu ia gunakan untuk presentasi dan mengatasi debat dengan klien serta orang-orang pentingnya. Nyali itu kini hilang seketika. Ia benar-benar merasa canggung. "Ayo duduk disana" ajak Edward. Keduanya kini melangkah kearah gazebo ditengah kolam. ---- "Kau sangat cantik" gumam Edward namun masih dapat di dengar oleh Grace.  "Terimakasih" Grace hanya mengucapkan itu. Ia baru bersuara sedari tadi. Edward menjadi tersenyum mendengarnya. "Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Grace kemudian.  "Tentu saja. Bertanyalah" Edward dengan senang hati akan menjawab segala pertanyaan Grace. "Alex tinggal disini?" tanya Grace yang menimbulkan sedikit rasa kecewa. Mengapa harus menanyakan soal Alex. "Iya" jawab Edward singkat, mendadak Edward kehilangan bahan untuk berbicara. Begitupula Grace yang merasa benar-benar canggung. "Apa kau menyukainya?" tanya Edward tiba-tiba membuat Grace menoleh. "Hah? Alex. Tidak." Grace menggelengkan kepalanya. "Maksudku, pemandangan disini." ucap Edward. Ia bahkan tidak menyadari bahwa Grace akan salah memaknai perkataannya barusan. Tetapi syukurlah, setidaknya bisa menjadi keuntungan bagi Edward. Mengetahui bahwa Grace tidak menyukai Alex. "Oh. Iya . Disini indah" ucap Grace Udara tiba-tiba terasa begitu dingin. Entah mengapa . Grace menggosok-gosokan kedua lengannya. Meskipun ia mengenakan gaun cukup tertutup kali ini . Tetapi dinginnya udara malam dapat menembus kain yang ia gunakan. "Kau kedinginan?" tanya Edward ketika memperhatikan Grace yang terlihat berusaha menghangatkan tubuhnya. Tanpa menunggu jawaban, Edward segera melepas jas yang ia kenakan. Menampilkan kemeja putih tipis yang jelas mencetak tubuh indahnya. "Pakai ini" ucap Edward. Grace menoleh. "Kau saja yang memakainya" Edward justru langsung memakaikan jas nya pada Grace, membuat Grace semakin terkejut akan perlakuan Edward . Apalagi kini posisi mereka sangat dekat. "Aku tidak ingin kau kedinginan." ucap Edward "Terima kasih." "Grace ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." ucap Edward kini terlihat serius. "Katakanlah"  Dengan satu tarikan napas, Edward mengatakannya dengan mantap. "Aku menyukaimu. Maukah kau menjadi kekasihku?" tanya Edward . Grace melebarkan mulutnya. Masih tidak percaya akan semua ini. Ia memang sering diminta untuk menjadi kekasih, bahkan dilamar oleh para CEO muda. Bahkan ia pernah diminta untuk menjadi simpanan pengusaha kaya yang sudah beristri. Semuanya ia tolak. Dan dulu begitu mudah ia menolak semua pernyataan cinta untuknya. Namun mengapa malam ini sangat sulit untuk berkata tidak. "Aku..aku" Grace masih bingung ingin bicara apa. Sedangkan Edward menatapnya lekat-lekat, menanti jawaban. "Aku sudah punya kekasih" ujar Grace, membuat Edward menjadi tercengang. Namun secepat mungkin, Edward tersenyum. "Kau menipuku Grace. Kau berbohong." ucap Edward dengan senyum manisnya. Grace pun merasa tertohok akan perkataan Edward. Selama ini hanya itu jurus andalannya untuk menolak setiap pria yang mendekatinya. Dan berhasil. Namun kali ini, setelah susah payah ia ucapkan. Justru gagal, dan Edward mengetahuinya berbohong. "Aku. Aku-" "Aku tahu semuanya Grace. Tentang dirimu." ucap Edward menatap tepat dimanik mata Grace. Membuat jantung Grace berdebar begitu cepat. "Kau. Bagaimana kau tahu?" tanya Grace. Ia sebenarnya tidak bisa berbohong. Dan saat kebohongannya diketahui. Grace tidak akan bisa beralasan untuk mengelak. "Karena aku menyukaimu. Aku mencintaimu" Edward mengucapkan dengan penuh penegasan disetiap katanya. "Aku sudah memiliki kekas-" Grace tidak dapat melanjutkan ucapannya. Karena bibir Edward membungkam bibir Grace. Iya, Edward mencium Grace. Membuat Grace terkejut, dan merasa seperti disengat listrik. Logikanya menolak, namun tubuhnya berkata lain. Grace tidak siap dan tidak bisa bernapas. Karena cukup lama Edward mencium Grace. Edward menarik tengkuk Grace, untuk memperdalam ciumannya. Kehabisan napas, Grace memukul-mukul d**a Edward agar melepasnya. Namun tidak berhasil. Ia benar-benar butuh oksigen sekarang. Selain itu, Grace masih shock karena Edward telah mengambil ciuman pertamanya. Hingga Edward mengakhiri ciuman mereka. Dan langsung dihadiahi tamparan dari Grace. Plakkk "You're Jerk!" pekik Grace menahan amarahnya. Grace berdiri dan melempar jas kepada Edward.  Ia segera berlari.  "Grace, ck!." Edward mendengus frustasi dan memanggil Grace serta berusaha mengejarnya. Namun langkah Grace begitu cepat. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN