THE LEGEND 22

1213 Kata
Xiu Zuan memberontak, sungguh ia sangat takut saat ini. Bayangan Xiumin menyetubuhi dirinya dengan kasar, masih terngiang jelas di dalam otaknya. Ia hendak melawan sebelum tiba-tiba Xiumin menarik kedua tangannya ke atas kepala. Xiumin mencium dan menjilat telinga Xiu Zuan, hingga menuruni dagu wanita tersebut. Xiu Zuan sudah mati-matian menahan desahannya agar tidak keluar. Menggigit bibir bawahnya. Namun Xiumin tiba-tiba memasukan dua jarinya ke dalam mulut Xiu Zuan dan menggrilia lidahnya agar Xiu Zuan mendesah. Xiumin mengeluarkan jarinya dari mulut Xiu Zuan hingga menyisakan juntaian saliva di dagu wanita tersebut. Xiumin tersenyum,  tatapan kedua matanya tertuju pada onyx hitam sang wanita. Xiumin menurunkan kepalanya, meraba p****g mencuat Xiu Zuan dan menghisapnya. Tangan kananya yang terbebas mengelus perut buncit wanita tersebut. Xiu Zuan membekap mulutnya menahan desahan laknat. Xiumin tentu tak suka akan hal itu. Ia melepaskan tangan Xiu Zuan. Mendesahlah Xiu Zuan ... "Ngghhh ... Xiuminnhh ... hentikanhh!!" Xiu Zuan merutuki bibir laknatnya, yang tiba-tiba mendesah kenikmatan. Xiumin berseringai, ia kembali melepas semua pakaian Xiu Zuan, hingga sang empu full naked. Sungguh Xiu Zuan sangat malu, bagaimana bisa dia membuka kedua kakinya di depan Xiumin. Xiumin mengundurkan dirinya. Dan melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Hingga dirinya full naked, sama halnya dengan Xiu Zuan. Xiu Zuan membolakan kedua matanya, ini adalah kali pertama Xiumin melepas semua pakaiannya saat akan bercinta. Biasanya ia tak melepas bajunya dan langsung menyerang Xiu Zuan layaknya jalaang murahan. Xiumin meraba lubang kenikmatan milik Xiu Zuan. Membuat sang wanita mendongakkan kepala, merasakan sensasi getaran didadanya. Layani aku Xiu Zuan ... Lagi-lagi Xiu Zuan mengingat kata-kata Zhen untuk menyuruhnya patuh.  Akhirnya ia hanya bisa mengikuti permainan Xiumin. Xiu Zuan mencengkram bahu Xiumin ketika dua jari besar pemuda itu melesat masuk kedalam lubangnya. Dan tangan satunya memijit dan memilin ujung p****g mencuatnya. Xiumin semakin cepat memainkan lubang Xiu Zuan dengan jari-jari besarnya. Dan mengulum p****g berwarna pink milik-Xiu Zuan. "Ngghh ... ah ... ah, Xiuminnhh..." Xiu Zuan semakin menggeliat erotis dengan desahan-desahan manja. Yang keluar dari mulutnya. Ia tak pernah merasakan kenikmatan saat bercinta seperti saat ini. Biasanya hanya ada rasa sakit. Dan o*****e saja. Kali ini Xiumin mempercepat permainannya, mengulum p****g mungil Xiu Zuan. Hingga wanita itu mencapai titik putihnya. Di jemari Xiumin. Tanpa jijik Xiumin menjilat dan menelan semua cairan putih sang istri. Xiu Zuan tertegun ia menyembunyikan wajahnya di bahu Xiumin dengan isakan kecil. Ya! Ia menangis, karena malu begitu menikmati permainan Xiumin. "Sekarang giliranmu,  memuaskankku, Sayan ...," suara husky Xiumin mampu membuat d**a Xiu Zuan berdetak tak karuan. Kegiatan panas mereka berdua berlanjut hingga 5 ronde lamanya. Xiu Zuan benar-benar merasakan kenikmatan surga dunia. Begitu juga dengan Xiumin, pemuda itu pun merasakan hal yang sama,  biasanya ia hanya akan menyetubuhi setiap pasangannya dengan kasar. Namun kali ini berbeda, Xiu Zuan mampu membuatnya melayang merasakan kenikmatan yang luar biasa. *** Xiumin terbangun dan melihat ke samping, lebih tepatnya ke arah sosok imut yang masih mendusel di bahunya, mencari kehangatan. Xiumin tersenyum lembut dan mengecup surai Xiu Zuan penuh kasih sayang. Xiumin kembali mengingat kegiatan panas semalam yang begitu menakjubkan. Xiu Zuan menggeliat dan tanpa sengaja membuka selimut yang menutupi dadanya. Ah! Sial, lagi-lagi Xiumin kembali terangsang melihat kemulusan tubuh istrinya. Kali ini dia tak boleh egois. Ia sudah bahagia melihat Xiu Zuan yang menurut padanya. Dan tak akan pernah membuat bocah imut itu merasa ketakutan kembali. Xiumin menarik tangannya yang menjadi bantalan Xiu Zuan, pelan. Dan mencium pipi gembil sang istri. Seraya menyelimutinya kembali, agar ia kembali terlelap. Xiumin segera beranjak ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya. Beserta membersihkan diri dari bau cairan yang begitu menyengat, namun ia sangat menyukainya. Xiumin selesai dengan acaranya di kamar mandi. Betapa terkejutnya ia mendapati Xiu Zuan yang terduduk di pinggiran ranjang, memeluk perut besarnya. Dan menangis sesenggukan. "Kau kenapa?" Xiumin segera berlari menghampiri Xiu Zuan dan mengelus perut besar wanita tersebut, takut terjadi apa-apa pada calon penerusnya. "Aku mencintai anakku ... sangat mencintainya. Aku menyayanginya ... hik ... hik, Xiumi ... kau tau, aku begitu mengharapkan anak kita." Xiu Zuan menangis, namun di iringi dengan senyuman dan binar mata yang menggambarkan kebahagiaan. "Kau mencintainya, Xiu Zuan? Kau bisa menerima anak kita?" gumam Xiumin, sedikit bingung. Namun jujur ia sangat bahagia. Mimpi Xiu Zuan yang membuatnya bisa menerima anak dalam kandunganya. Xiu Zuan terbangun di suatu tempat aneh. Seperti gua remang-remang.  Hanya ada pencahayaan obor.  Kedua matanya terus menelisik ke sekeliling.  "Xiu-er ...," suara yang begitu lembut membuyarkan atensinya.  Dengan cepat ia mencari sumber suara itu. Xiu Zuan berhenti di depan sebuah sangkar emas.  Ia melihat sosok burung Phoenix di dalamnya.  Dengan ekor panjang dan berwarna keemasan. "Kau ... Phoenix?" "Ya ... Xiumin sialan itu yang mengurungku disini. Sewaktu aku mengajakmu untuk pergi jauh dahulu." "Emm ... maafkan aku ... " ujar Xiu Zuan.  "Aku memanggilmu ke sini untuk memberi suatu gambaran ilusi, tentang bayi yang kau kandung. Bisa kau tutup mata sebentar?!" Xiu Zuan pun menuruti ucapan Phoenix itu. "Dan sekarang bukalah!" Xiu Zuan membuka kedua matanya.  Dan melihat cahaya biru.  Di dalamnya terdapat sosok bayi laki-laki mungil terlihat sedang menghisap jempolnya. "Apa dia anakku?" tanya Xiu Zuan dengan raut wajah bahagia. "Ya! Dia anakmu! Dia akan menjadi seorang pangeran yang kuat seperti ayahnya.  Ah!  Sial ada satu Xiumin saja sudah membuatku repot di tambah satu lagi." keluh Phoenix. Xiu Zuan hanya terkekeh mendengar cicitan Phoenix itu. "Dia sangat sehat ... aku jatuh cinta pada anakku." Xiu Zuan mengelus perut besarnya. "Tapi ... persalinanmu kelak tidak akan mudah, Xiu-er," tutur Phoenix itu serius.  Xiu Zuan pun berbalik ke arah Phoenix tersebut. "Apa aku akan mati?" tanya Xiu Zuan dengan aura tenang. "Kemungkinan besar,  karena saat itu, aku hanya bisa menjaga anakmu,  aku tidak bisa menjagamu." ucap sosok Phoenix itu sendu. "Tidak apa ... memang seharusnya begitu kan?  Xiumin hanya menginginkan anak ini," lirih Xiu Zuan, miris. "Bocah ... kenapa kau begitu tenang?  Kalau kau mati. Aku juga akan mati bodoh!" geram Phoenix. "Kalau begitu kita mati sama-sama, temanku." ucap Xiu Zuan dengan senyum manisnya. "Astaga itu benar ... Kita sudah menjadi teman." kekeh Phoenix itu kemudian. Satu bulan kemudian. Xiumin selesai dari tugas negaranya.  Ia ingin cepat-cepat pulang dan segera bertemu dengan kelinci manisnya.  Begitulah keseharian Xiumin, ingatannya sekarang dipenuhi dengan bayangan Xiu Zuan. Seakan sudah mejadi candunya. Hari ini tepat di mana musim semi berganti. Xiumin berniat untuk memberi kejutan pada istri manisnya. Sesampainya di kamar. Xiumin melihat Xiu Zuan yang berdiri di dekat jendela.  Ia segera menghampirinya dan memeluknya dari belakang. "Kau melamun, hm?" "Ah, Xiumin ... kau sudah kembali? Apa kau ingin mandi?" "Tidak! Ayo ikut aku sebentar." Xiu Zuan pun hanya menuruti kemauan Xiumin. Ya! Sejak kejadian malam itu sifat arogan Xiumin berubah total. Minus dengan sifat memerintahnya.  Dia begitu terlihat berwibawa. Xiumin mengajak Xiu Zuan ke halaman belakang. Hamparan bunga lili bermekaran,  bergoyang tertiup angin. Xiu Zuan merentangkan kedua tanganya.  Menghirup udara segar di taman itu. Dengan senyum merekah. Xiumin ikut tersenyum.  Entah mengapa senyuman istrinya ini mampu memporak porandakan hatinya. "Kau suka, Xiu-er?" "Emm ... aku sangattt ... menyukainya. Terima kasih." "Apa pun untukmu, Sayang." "Apa, Xiumin?" Xiu Zuan memiringkan kepalanya.  Ia harap tak salah dengar,  ini baru pertama kalinya Xiumin memanggilnya dengan sebutan yang begitu manis. "Ah, tidak apa-apa." ucap Xiumin kikuk. Xiu Zuan mendengus kecewa.  Mungkin ia hanya salah dengar saja.  Walau ia sebenarnya sangat berharap jika Xiumin memanggilnya dengan sebutan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN