Kamu Gak Sendirian

2189 Kata
Hari baru telah kembali menyinari langkah Nagara dan Naraya untuk kembali memulai aktifitasnya di sekolah, Nagara tau hari ini akan terasa berat lebih dari kemarin tapi Nagara tak boleh kalah oleh orang-orang yang menginginkan dirinya jatuh. Naraya yang mendapat pesan dari mamahnya pun mengenggam tangan Nagara kuat, kembarannya akan melewati hal baru dan hanya dirinya yang bisa menguatkan Nagara di saat seperti ini. Nagara yang di genggam Naraya pun tersenyum lembut, melihat senyum keduanya membuat Nagara dan Naraya teringat pesan mamahnya. "Seberat apapun hari yang kalian jalanin, jangan lupa saling berbagi dan saling nguatin ya. Karena kalian lahir kedunia itu barengan berarti tandanya kalo setiap masalah yang terjadi kalian harus saling bantu dan saling support ok? Kalian harus janji sama mamah buat jangan pernah ngerasa kalo kamu itu sendirian. Gak! Anak-anak mamah itu gak sendirian tapi saling melengkapi. Inget ya Nagara Naraya," pesan Gioraya lembut. Merasa ada keyakinan dan kekuatan di hati Nagara, membuat Nagara dan Naraya bersiap memasuki kelasnya masing-masing. Sebelum Nagara masuk ke kelasnya, ia melihat Naraya tersenyum lembut ke arah. Naraya mencoba menguatkan Nagara sebisanya. Sementara Nagara yang melihat Naraya tersenyum membuat Nagara balas tersenyum juga, mereka memang tidak tau seperti apa hari ini akan berjalan tetapi mereka perlu saling menguatkan agar ketika mereka tak baik-baik saja mereka tak terpuruk dan berdiam seperti kemarin. Sesampainya di kelas barunya Nagara menundukkan kepalanya sopan dan mencoba mencari tempat duduknya sendiri tapi Bintang langsung menuntun Nagara ke kursi di sampingnya, sementara beberapa orang mulai membicarakan tindakan yang Bintang lakukan. Rasanya Nagara ingin memarahi orang-orang yang membicarakannya dan menolak pertolongan Bintang padanya, tapi mamah bilang jangan tolak kebaikan orang lain dan jangan biarkan orang lain menguasai kemarahanmu. Mengingat hal itu membuat Nagara mengatur emosinya dan mengikuti petunjuk Bintang yang berusaha membantunya, Nagara tau semakin dirinya mengikuti kebaikan Bintang maka semakin membenarkan rumor yang beredar tapi menolak kebaikan Bintang justru semakin membuat Nagara di nilai buruk karena tak tau caranya berterima kasih. Bintang yang melihat Nagara berusaha keras agar tidak mencari masalah pun membuatnya menepuk bahu Nagara lembut, untuk itulah dirinya di sini bersama Nagara demi melindunginya dan menjadi teman di kelasnya karena guru BK khawatir bila Nagara tak dekat dengan orang lain justru membuatnya jadi kehilangan pentingnya bersosialisasi. Sementara Nagara yang bahunya di tepuk lembut pun mengerutkan dahinya bingung, Nagara tak mengerti mengapa orang di sampingnya ini bersikap seakan mereka teman akrab. Bintang yang di tatap sinis pun mencoba mengajak Nagara mengobrol, karena canggung rasanya jika terus berdiam seperti ini tanpa adanya obrolan ringan. "Gi mana kelas barunya Nagara? Nyaman?" tanya Bintang bingung. Nagara yang di ajak mengobrol pun menghela nafasnya kasar, jika dirinya tak mengingat pesan mamahnya mungkin Nagara akan kembali meledak-ledak sekarang. Tenang Nagara tenang! Tak ada salahnya menjawab pertanyaan orang, karena bagaimana pun juga Bintang hanya bersikap layaknya teman sekelas dan itu bukan satu kesalahan kan?. "Menurut lu? Nyaman banget sampe rasanya gak ada bedanya sama kelas lama. Rasanya gue pengen pergi tapi gak bisa," ujar Nagara datar. Mendengar ucapan datar Nagara membuat Bintang tersenyum tipis, kelasnya memang bukan kelas baik-baik tetap saja ada yang menganggap orang lain sebelah mata. Tapi setidaknya sekarang Nagara memiliki Bintang di sampingnya, kita tidak bisa membuat orang lain menerima segala hal terburuk yang kita miliki. Namun meski begitu kita masih bisa menerima segala hal buruk diri kita dan penilaian buruk orang lain, lagipula jika kita tak bisa membuat orang lain menerima diri kita maka kita bisa menerima segala keburukan yang tak mereka sadari. Kadang manusia sering melupakan segala yang ada pada diri mereka karena terlalu sibuk mencari segala hal yang di miliki orang lain, tapi meski begitu bukan tugas kita ikut melakukan kebodohan yang sama jika kita tau itu salah alangkah baiknya jika memilih jalan lain. Seperti menjadi acuh pada rumor yang beredar misalnya, terlalu tau banyak kadang malah membuat orang lain ingin menyingkarkanmu. Untuk itulah Nagara memilih tenggelam dalam dunianya sendiri daripada tenggelam dalam dunia yang tak menginginkannya, Bintang yang melihat kesedihan di mata Nagara pun mencoba menghiburnya. "Menurut gue lu gak nyaman di sini Nagara. Beda dong kan ada gue temen lu sekarang, kalo lu gak bisa pergi jangan memaksakan diri buat pergi karena semua hal bakal ada waktu yang tepatnya kok Nagara," canda Bintang geli. Nagara hanya memasang wajah dinginnya, sungguh candaan Bintang sangat tidak terdengar lucu melainkan terdengar seperti kata-kata mutiara. Sejenak Nagara teringat bahwa dulu ia pernah bermimpi menjadi penyair, sementara Bintang yang melihat wajah dingin Nagara malah terkekeh geli karena setidaknya Nagara meresponnya melalui ekspresi. Melihat Bintang yang selalu terkekeh membuat Nagara bertanya pada hati kecilnya, rasanya sudah lama sekali dirinya tak seperti Bintang. Bahkan Nagara lupa kapan terakhir ia tertawa selepas tawa Bintang, tak lama pelajaran pun di mulai membuat seluruh murid fokus pada pelajarannya. Berjam-jam telah mereka lalui dengan pelajaran yang sulit, tapi wajah Nagara justru terlihat biasa saja seakan pelajaran hari ini bukan masalah yang besar. Karena sekarang waktu istirahat Bintang mengajak Nagara makan bersama di kantin, saat Bintang ingin mengajak Nagara dirinya malah terkejut karena Nagara telah dari pandangan Bintang. Sementara Nagara kini telah sampai di kelas Naraya, tak lama Nagara menghampiri Naraya dan keduanya makan bersama dan bercanda layaknya remaja pada umumnya saat menghabiskan jam istirahat dengan bahagia dan santai. Di saat keduanya sibuk bercanda, Bintang menghampiri Nagara dan Naraya membuat Nagara mengerutkan dahinya bingung. Kenapa orang ini senang sekali mengikutinya? Naraya yang melihat kembarannya kesal pun mencoba mendamaikan keduanya, tak ada salahnya berteman kan. "Eh ada kak Bintang. Ada apa kak? Duh Na gak boleh kesel kesel gitu Na. Gak baik tau Na kalian kan temen sekelas harus akur Na," canda Naraya geli. Bintang yang mendengar candaan dari Naraya pun terkekeh geli, dirinya tau bahwa Naraya mencoba mendamaikan Nagara dan Bintang. Melihat kesempatan baik untuk bisa berteman dengan Nagara membuat Bintang menimpali ucapan Naraya, sementara Nagara hanya memasang wajah dinginnya karena ia tak tau harus bagaimana menghadapi 2 orang di hadapannya ini. "Iya nih Nagara kesel mulu kenapa sih? kan gue temen elu kok gue malah di cuekin. Baikan dong kalo gue salah maap deh," canda Bintang geli. Melihat Nagara yang hanya memasang wajah dinginnya membuat Naraya mencari topik lain agar suasana tidak terlalu canggung, Nagara yang mendengar obrolan Naraya lebih terasa ringan pun ikut menimpali obrolannya. "Eh kak Bintang sama Nagara tau gak? Katanya bakal ada event gitu sebelum persiapan ujian akhir sekolah yang angkatan kak Bintang," ujar Naraya semangat. "Maksud lu kelas Akselerasi Naraya? Emang ada event apaan Naraya? Kok gue belum denger apa-apa ya?" tanya Nagara penasaran. "Iya kelas kita Nagara, denger-denger mah ada perlombaan terus beragam game gitu di event itu. Setau gue sih ada lomba band, ngelukis sama bikin puisi gitu gitu. Nah lu tertarik Nagara? Kalo lu tertarik nanti gue temenin daftarnya," ujar Bintang ikut semangat. "Waah bakal rame ya kak Bintang? Seru tuh Na. Mau ikut? emang yang boleh ikut kelas akselerasi aja atau bebas kak Bintang?" tanya Naraya penasaran. "Iya katanya bakal rame banget Naraya. Jadi gi mana Nagara mau ikut gak? Katanya sih tahun ini masih kelas gue sama Nagara aja yang boleh ikut nah yang lain jadi penonton sama bantu voting buat juara gitu," ujar Bintang lembut. Sejenak Nagara membeku sesaat saat mendengar penilaian juara melalui penonton, jika seperti itu Nagara pasti tak akan di pilih. Dirinya tak memiliki siapapun selain Naraya dan teman barunya Bintang, akan lebih baik jika dirinya tak ikut lomba kali ini meski Nagara ingin tapi dia tau dia akan kalah sebelum lomba di mulai. Naraya dan Bintang yang melihat raut wajah Nagara berubah pun, merasa ikut sedih karena mereka tau pasti Nagara ingin mengikuti lomba tapi karena penilaiannya  seperti itu. Maka akan terasa berat dan tidak adil untuk Nagara, keduanya pun menyemangati Nagara agar perasaannya lebih baik. "Ih apaan sih gitu banget! Tenang aja Na walaupun Na gak menang seenggannya Na nyobain tapi kalo Na gak mau gak apa-apa kok. Apapun yang Na lakuin pasti Naraya dukung! Jangan sedih ya Na," ujar Naraya lembut. "Lagian ini eventnya bukan event besar kok Nagara, lu pantes menangnya di lomba skala besar bukan ecek-ecek kayak gini. Jangan putus asa ya Nagara! Selalu ada kesempatan selama lu yakin kok," ujar Bintang menyemangati. Tanpa sadar Nagara merasa perasaannya menghangat karena semangat dari Naraya dan Bintang di sisinya, ternyata mamah benar tak ada manusia yang sendirian. Semuanya membutuhkan orang lain walaupun hanya sekedar kata-kata semangat yang  terlihat tak berarti, Bintang dan Naraya yang melihat sudah membaik pun memeluknya erat. Kali ini Nagara merasa bersyukur karena dapat merasakan di cintai setulus ini, mungkin dirinya kehilangan figure ayah dalam hidup tapi kebahagiaan tak akan meninggalkan sisi Nagara sendirian. Tak lama suara bel masuk membuat Bintang menepuk bahu Nagara untuk kembali ke kelas bersamanya, Nagara pun mengangguk mengerti dan ia tersenyum lembut ke Naraya sebelum dirinya benar-benar meninggalkan kelas Naraya. Bintang yang melihat Nagara tetap tenang selama mengerjakan pelajaran yang sulit membuat Bintang merasa kagum akan kecerdasan yang Nagara miliki, Nagara yang selalu di pandang tak berarti nyatanya kemampuan Nagara lebih unggul dari mereka yang menganggap Nagara sebelah mata. Bel pulang sekolah pun telah terdengar, membuat seluruh murid berisik tapi tidak dengan Nagara yang masih saja menatap jendela di sampingnya dengan tatapan kosong. Bintang yang melihat Nagara melamun pun menepuk bahu Nagara lembut untuk mengajaknya pulang bersama, sementara Nagara yang tak biasa bahunya di tepuk justru menatap Bintang kesal. "Mau balik bareng gak Nagara?," tanya Bintang lembut. Nagara yang teringat pesan mamahnya membuat Nagara menghela Nafasnya kasar, Nagara tak bisa pulang bersama karena dirinya harus menunggu Naraya yang sedang ekskul. Bintang yang mendengar jawaban Nagara pun tersenyum lembut, mendengar jawaban Nagara menjadikan Bintang mengerti bahwa sebagai lelaki penting untuk memegang janji yang telah ia buat. "Sorry gue gak bisa balik bareng lu karena gue janji ke mamah buat balik bareng Naraya yang lagi ekskul sampe sore. Lu duluan aja soalnya gue gak bisa ngingkarin apa yang udah gue janjiin," ujar Nagara datar. "Gak apa-apa Nagara santai, yaudah gue temenin lu sampe sore. Pasti gak enakkan sendirian diem aja?," ucap Bintang lembut. "Gue gak sendirian lagi sekarang. Gue punya temen sebaik lu kan Bintang jadi gue gak ngerasa kalo gue diem sendirian lagi," ujar Nagara datar. Apa yang di katakan Nagara memang terlihat biasa dan bukan hal besar tapi Bintang tersenyum lembut mendengarny, berarti kini Nagara telah menganggap dirinya teman. Bintang tak habis pikir mengapa orang lain mudah menilai orang tanpa tau bagaimana orang itu sebenarnya, menurut Bintang apa yang di katakan di luaran sana mengenai Nagara tak benar. Bahkan terkesan mengada-ngada karena nyatanya Nagara pribadi yang baik dan tak mudah mencari masalah, manusia kadang tega mengatakan hal tidak benar hanya demi terlihat baik hingga ia lupa bahwa kebaikan tak akan selamanya tenggelam. Nagara yang melihat Bintang tersenyum hanya membuatnya berlalu begitu saja, Bintang memang pribadi yang murah senyum. Berbeda dengan dirinya yang tak tau harus senyum kepada apa, siapa dan bagaimana, Nagara hanya tau caranya berjuang dan bertahan hidup. Hanya itu saja yang membuat langkahnya sejauh ini, melihat Nagara yang meninggalkannya membuat Bintang mengikutinya dan membahas apa yang akan mereka lakukan selama menunggu Naraya pulang. "Kita mau ngapain nih Nagara? Main basket? Main sepak bola? Main apa ya sambil nunggu Naraya selesai ekskul?," tanya Bintang semangat. "Gue biasanya duduk aja nyusun batu," ujar Nagara datar. "Ah itu mah biasa Nagara! gimana main ini aja game di handphone?," ucap Bintang semangat. Nagara mengerutkan dahinya tak mengerti lalu ia menganggukkan kepalanya setuju, keduanya larut dalam permainan yang membuat keduanya tertawa, kesal dan akrab satu sama lain. Terkadang hal yang terlihat tak berarti bisa menyatukan hal yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya, layaknya Nagara dan Bintang keduanya hanya sekedar mengikuti alur agar tidak lagi merasa sendirian. Meskipun tak ada salahnya menginginkan waktu sendiri tapi jangan lupakan orang-orang yang selalu ada di saat terpurukmu, jangan lupakan bahwa tak semua hal bisa kamu lakukan sendiri. Banyak hal yang perlu di kerjakan bersama-sama dan saling membantu. Karena begitulah hidup bergerak, kamu mengulurkan tangan ke orang lain maka orang lain akan mengulurkan tangannya pada yang lainnya. Jangan berhenti menolong orang dan menganggap bahwa kamu tak butuh apapun, kita selalu membutuhkan orang lain untuk membentuk pribadi yang lebih baik ke depannya. Begitu juga Nagara yang membutuhkan dukungan Bintang, mamah dan Naraya di sisinya. Tanpa mereka semua tak ada Nagara yang tangguh dan kuat seperti sekarang, untuk itulah hargai usaha yang di lakukan orang sekitarmu. Tanpa terasa menit telah berganti menit hingga Naraya menghampiri Bintang dan Nagara yang masih asik bermain permainan di handphonenya, Naraya merasa senang kembarannya tak lagi tenggelam dalam dunia miliknya tapi kini Nagara sudah mulai memiliki teman dan memiliki cara untuk tertawa bahagia. Sementara Nagara yang merasa di tatap seseorang pun menoleh dan melihat Naraya sedang menatapnya lembut, melihat Naraya seperti itu membuat Nagara mengerutkan dahinya bingung. Tapi karena tak ingin ketinggalan bus untuk pulang Nagara pun bergegas pamit ke Bintang dan segala menggenggam tangan Naraya erat agar tidak telat naik bus, Bintang hanya bisa terkekeh geli saat melihat kelakukan saudara kembar itu. Namun tak lama Bintang bergegas pulang begitupun Nagara dan Naraya yang segera menaiki bus untuk sampai di rumah, Nagara senang karena kali ini ada hal yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Bagi Nagara teman adalah hal yang berarti yang Nagara miliki selain mamah dan Naraya, untuk itu Nagara merasa hatinya lebih senang sekarang. |Bersambung|
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN