JANGAN PANGGIL AKU TUAN!

1112 Kata
Xavier bukan tak tahu Mimin pembantunya menyukai dirinya, entah menyukai sosoknya atau uangnya. Beberapa kali Mimin sering memancing, baik saat mengantar kopi ke kamar kerja, mau pun di meja makan setiap pagi karena dia dan Pricilla tak pernah sarapan bareng sebab waktu kerja mereka beda. Mimin sering menggesek puncak gunung miliknya ke lengan Xavier saat di meja makan bahkan di kamar kerja. Buat Xavier, Mimin tak menarik karena kulit wanita sunda itu putih dan Xavier yakin Mimin sudah tak orisinil, di luar saja dia berani menggesekan gunung seperti itu, artinya dia pasti sudah pengalaman. “Aku baru mau menulis jawaban Tuan. Tapi Tuan sudah keburu telepon,” jawab perempuan yang Xavier cintai itu. Ya Xavier yakin dia bukan hanya tertarik pada Sarti, tapi sudah jatuh cinta. “Jangan panggil aku Tuan!” “Panggil aku Sayang ya? Atau kamu panggil aku Honey, mengerti nggak?” perintah Xavier. “Iya Tuan.” “Kenapa masih Tuan juga?” “Eh iya. Iya Sayang,” kata gadis itu dengan terbata. Xavier sangat senang mendengar kata-kata itu. Xavier ingin Sarti memanggilnya SAYANG saat sedang berpacu. Tentu akan beda rasanya penyebutan sayang saat di hujam, tentu bercampur dengan de-sah. Membayangkan desahan Sarti, eagle langsung bangun lagi. “Simpan nomorku ya Sayangku,” rayu Xavier pada Sarti. ”Iya Sayang,” jawab Sarti lirih, dia malu menngucapkan itu. ≈≈≈≈≈ “Aku akan memberi dia les kepribadian, juga bahasa Inggris dan mandarin agar bisa mendampingiku. Aku yakin dia akan jadi pendampingku sejati, entah kapan. Tapi aku yakin itu.” “Dia kan hari Sabtu dan Minggu libur. Hari Sabtu akan aku bikin dia les bahasa Inggris juga les lainnya. Hari Minggu adalah jatah aku menghujamnya terus-menerus. Semua sudah aku planning sedemikian. Aku harus bisa. Aku akan suruh dia izin pada Ratna.” Xavier mulai membuat planning bagi kekasihnya. Sebagai tanda cinta, Xavier membelikan hadiah pertama. Yaitu handphone android baru. Tentu yang harganya tidak lebih besar dari gaji Sarti, nanti bisa dicurigai oleh pembantu lainnya bila handphone Sarti lebih mahal dari gaji yang dia terima. Setidaknya bukan ponsel lama seperti yang bulan lalu dia berikan gratis. ≈≈≈≈≈ Malam saat Xavier pulang kerja Sarti mendapat hadiah ponsel android cukup bagus dan baru. Bukan bekas seperti yang selama ini dia pakai. Maka ponsel lama akan segera dia kirim untuk adiknya di kampung. Malam ini Sarti tidur di kamar David sesuai perintah nyonya majikan yang akan pulang tengah malam. Sehabis David tidur, Sarti menemani sang juragan yang sedang bekerja di ruang kerja, tapi lebih banyak kerja yang lain bukan bekerja di laptopnya. Xavier mencumbunya karena Sarti berada dalam pangkuannya. Sang juragan menyuruhnya mendatangi dia diruang kerjanya. Dan ruang kerja dia kunci agar Mimin tak nyelonong masuk. “Kamu membuat semangat hidupku kembali. Ayo lakukan ini padaku,” sang juragan memberi contoh mengecup leher Sarti. Sang juragan minta Sarti melakukannya di lehernya. Awalnya dia hanya memainkana lidah di leher jenjang Sari, lalu mulai melakukan kecupan-kecupan kecil dan terakhir Xavier membuat kiss mark sangat banyak di leher Sarti. Tanpa malu Sarti mulai mempraktekan apa yang telah diajarkan sang dosen. Awalnya dia mengecup lembut, tapi lama kelamaan dia ikut terbawa arus. Dia mengisap kencang leher mulus sang juragan sehingga banyak meninggalkan kiss mark di sana. “Sayang … kamu nikmat sekali,” sang juragan tak keberatan apa yang dilakukan oleh Sarti. Dia terus mendesah sendiri. Dan kembali sang juragan menuntun jemari Sarti untuk memegang pisangnya yang kembali menegang. Kembali Sarti membuat lahar panas sang pisang meletus. “Ah … bagaimana ini. Leher Tuan penuh merah,” Sarti ketakutan. “Tenang saja, aku bisa menyamarkannya. Aku akan membelikan untukmu juga agar kamu bisa memakai itu bila aku buat kiss mark di lehermu. Tapi aku lebih suka bila membuat kiss mark di lereng pegununganmu.” “Kenapa masih sebut Tuan?” walau lahar sudah meletus, Xavier masih saja belum puas. Dia terus mencumbu Sarti. “Besok aku akan mendaki gunungmu. Sekarang cepat kembali ke kamar David. Nyonyamu akan segera kembali pulang,” sang Xavier mengusir Sarti tapi dia terus melu-mat bibir Sarti dengan gemas. Rupanya dia belum puas. Tapi waktu mereka terbatas. ≈≈≈≈≈ “Baguslah David tidak rewel,” sang nyonya majikan melihat putranya tidur dengan tenang dan pengasuhnya tidur di kasur tebal yang digelar di lantai dan menggunakan selimut tebal karena dinginnya AC. Kamar pembantu tak ada yang pakai AC. “Ti. Kamu kembali ke kamarmu sana,” nyonya majikan membangunkan Sarti. “Eh … iya Nyonyah,” sahut Sarti yang sedang asyik bermimpi bergulat dengan Xavier. “Besok kamu libur. Saya akan bersama David seharian,” sang nyonya memberitahu kalau dia besok tidak ke kantor. “Baik Nyonyah,” kata Sarti sedih. Pupus sudah harapan esok pagi akan bertemu pujaan hatinya. ≈≈≈≈≈ Xavier kaget, kamar David kosong. Tak ada Sarti mau pun David. Belum mandi dia turun ke ruang makan. ‘Apa David masih di kamar Pricilla?’ batin Xavier, sejak Pricilla hamil hingga melahirkan memang mereka tak pernah satu kamar. Bahkan sejak menikah. Xavier hanya beberapa kali masuk kamar Pricilla untuk menanam benih, sehabis itu dia keluar kamar. Xavier melihat Pricilla masih ada di rumah dan belum mengenakan pakaian kerja, artinya perempuan yang masih sah jadi istrinya itu tak pergi kerja atau berangkat siang. Pupus sudah harapannya bercum-bu pagi dengan Sarti. “Sudah kumpul semua Nyonyah,” Ratna membeli laporan pada nyonya-nya yang akan memberi gajian rutin. Dari jauh Xavier melihat semua mendapat penilaian dari Pricilla, juga amplop gaji. Sehabis itu dia lihat Sarti masuk ke ruang belakang. Lokasi yang tak pernah dia masuki. ≈≈≈≈≈ “Saya izin ya Bu, mau ke bank dan kantor pos, mungkin juga keluae seharian lah,” Sarti ingin keluar mumpung dia libur. Ratna tahu Sarti anak baik. Kalau tak jam kerja bajkan jarang ke teras depan. Dia hanya diam di belakang. Jadi kalau dia minta izin seperti ini pasti sedang butuh suasana baru. Ratna pun mengizinkan karena memang hari ini Sarti libur. Liburan, Sarti ingin mengirim uang dan juga mengirim ponsel lama yang dari tuannya. Sarti sedang menunggu angkot ketika ada mobil berhenti di sebelahnya. Kaca mobil terbuka. Dia lihat Xavier tersenyum manis. “Masuk,” perintahnya. Tanpa membantah Sarti pun naik ke mobil juragannya. Xavier memang tak mau pakai sopir, karena dia pakai mobil sport. “Mau ke mana?” “Mau ke bank dan kantor pos,” jawab Sarti. Mobil berhenti di sebuah bangunan yang Sarti tak tahu apa namanya. Mobil terparkir di lantai bawah. “Kenapa kesini Tuan?” tanya Sarti. “Nanti aku transfer uang untuk ibumu. Sekarang temani aku dulu,” Xavier menuntun Sarti masuk ke lift. Mereka memasuki sebuah kamar, ups bukan ini seperti rumah kecil. Dengan dua kamar, ada ruang tamu dan dapur. Rupanya Xavier membawa Sarti ke apartemen miliknya. ≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN