Hubungan Baru Beby

1933 Kata
Beby menepati janjinya pada Irham. Tentu saja hal tersebut tidak disia-siakan oleh Irham. Bagi Irham, hari ini jauh lebih berkesan daripada hari di mana ia memenangkan perlombaan panjat tebing berkali-kali itu. Tanpa berlama-lama lagi, Irham mengantarkan Beby untuk pergi ke bengkel—mengambil motor yang tadi pagi diperbaiki dan ditinggalkan di sana. Setelahnya pun Beby memang diizinkan oleh Irham untuk mengendarai motornya sendiri, akan tetapi diikuti terus oleh Irham di belakang. Mau tidak mau, hal tersebut membuat Beby tidak bisa melarikan diri. Ia pun juga tidak mungkin mengajak Irham ke rumah Abrisam—rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini. Akhirnya, motor yang dikendarai oleh Beby berhenti di sebuah rumah makan lesehan. Yang Beby ketahui, di dalam sana terdapat sebuah tempat makan outdoor yang menyuguhkan pemandangan menyejukkan berupa perkebunan. Keduanya memesan beberapa makanan, lebih tepatnya Irham memaksa Beby untuk memilih makanan, karena awalnya gadis itu hanya memilih menu berupa segelas es kopi. Irham tentu saja tahu, mungkin ia merasa sungkan—karena sudah pasti bila makan berdua begini, maka si cowoklah yang akan membayarnya. “Dari mana lo tahu tempat ini?” “Keluargaku, Irham.” Abrisam dan Olla keluarga Beby bukan? Sebenarnya, alasan Beby berhenti di sini bukan tanpa alasan. Nantinya ketika hendak pulang, diam-diam tanpa sepengetahuan Irham—Beby akan memesan gurame asam manis—menu andalan dan kesukaan Olla. Sebagai antisipasinya bila Olla marah karena Beby pulang terlambat. Tak ingin membuang waktu berlama-lama, Beby mulai menceritakan sedikit tentang hidupnya yang sebatang kara. Awalnya Irham syok. Pasalnya, selama ini ia sudah mengetahui di mana Beby tinggal. Namun sayangnya, ia salah mengira. Ia mengira Abrisam merupakan ayah Beby dan Olla merupakan adiknya. Tentang pekerjaannya selama bertahun-tahun mengasuh Olla pun tidak luput diceritakan oleh Beby. Bukannya malu karena mempunyai seorang kekasih yang bekerja sebagai baby sitter—Irham justru bangga. Beby gadis yang kuat! Ia semakin memuji dirinya sendiri karena tidak pernah salah dalam menjatuhkan hati pada seorang wanita. “Kenapa kamu malah senyum-senyum, Irham?” Irham menggeleng, “gue bangga sama diri gue sendiri.” “…….” Beby hanya mengerutkan dahinya karena tidak mengerti dengan arti dari ucapan Irham barusan. “Iya. Lo makin cantik kalau bingung kayak gitu.” “Kamu belajar gombal dari mana sih? Perasaan juga selama ini, aku belum pernah dengar kabar tentang kamu pacaran sama cewek lain—“ “Ya karena gue nunggu lo terima gue! Lo nggak pernah peka, ya, jadi cewek.” Melihat Irham dengan raut wajah kesalnya, Beby justru terkekeh pelan. Ia senang bisa memancing emosi Irham seperti ini. Baginya, lumayan hiburan tersendiri. Tak berhenti di situ saja obrolan keduanya yang sempat terjeda karena pelayan mengantarkan pesanan mereka. Obrolan pun masih berlanjut. “Gue bangga sama diri gue sendiri karena jatuh hati sama lo. Jangan senyum-senyum ya lo..gue bisa lihat jelas senyum lo dari depan kayak gini.” “Siapa yang senyum-senyum sih? Aku senyum tuh karena makanannya enak, Irham.” “Ya sudah, habiskan. Tadi aja lo kukuh banget nggak mau pesan makanan.” “……” Beby tak mau lagi menjawabi ucapan Irham. Ia memilih diam dan segera menghabiskan makan siangnya yang begitu berkesan dengan orang yang dicintainya itu—Irham. Makan siang bersama pun usai. Keduanya sama-sama puas dengan masakan yang cocok bagi lidah keduanya. Sederhana sih, hanya penyetan ayam dan juga ikan. Satu hal yang membuat Beby semakin senang dengan Irham yakni, ternyata lelaki itu juga mau-mau saja diajak makan di tempat yang menu makanannya sederhana seperti ini. Padahal Beby berharap, mungkin saja setelah ini Irham akan ilfil karena selera Beby kampungan. Haha.. “Kenapa lo lihatin gue? Udah jatuh cinta sama gue? Hmm?” Sudah. “A—apaan sih?” “Yuk, gue antar pulang! Sekalian mau nyapa Olla. Oh ya, Olla mau dibawain apa? Ini sekalian gue mau bayar.” “Nggak usah. Kamu pulang saja, Irham. Please jangan ke rumah dulu! Aku nggak enak sama Pak Isam.” “Oke. Tapi lo sebenarnya cinta nggak sih sama gue? Jangan gantungin gue lagi. Gue udah nunggu saat-saat lo terbuka sama gue kayak gini. Dan gue rasa, lo nggak mungkin terbuka sejauh ini sama gue kalau lo nggak ada rasa sama gue. Jujur, Beby. Lo suka juga ‘kan sama gue?” Deg. Beby tidak pernah berpikir sejauh itu. Tujuannya bercerita tentang kehidupannya yang sebenarnya hanyalah untuk membuat Irham menjauh darinya dan membuang jauh-jauh perasaan yang sudah tiga tahun ini dimilikinya. Beby hanya ingin Irham bahagia dengan gadis lain yang mungkin lebih pantas bersanding dengannya. Karena faktanya, Beby hanya tidak ingin mengecewakan Irham karena tak bisa membahagiakan lelaki itu nantinya. “Aku nggak—“ Grep. Pelukan erat Irham berhasil membuat ucapan Beby terhenti. Ia pun kemudian merasakan pundaknya begitu berat, ternyata Irham menyandarkan kepalanya pada pundak Beby. “Jangan bilang ‘nggak’ kalau lo sebenarnya cinta. Gue bahagia sama lo, Beby. Ayo kita jalani sama-sama. Gue yakin, kita bisa sama-sama bahagia dan sukses nantinya.” “Aku nggak pantes buat kamu, Irham. Kamu pintar, tampan, terkenal—“ “Itu semua nggak ada artinya menurut gue. Gue juga nggak mau jadi Irham Ardani yang disukai banyak cewek, tapi nggak bisa miliki satu cewek yang namanya Beby Myesha. Gue benci fakta itu..” “..tapi gue harap, itu bukan fakta. Itu cuman akal-akalan lo aja yang kebanyakan insecure,” lanjut Irham yang telah melepaskan pelukannya dari tubuh Beby. Jujur saja, baru kali ini Irham seberani ini berbuat nekad yakni dengan memeluk erat tubuh Beby hanya karena ia tak mau mendengar penolakan yang keluar dari bibir Beby lagi dan lagi. Cukuplah penantian panjangnya selama tiga tahun ini. Kali ini, Irham akan benar-benar memperjuangkan cintanya pada Beby. Ia menyentil dahi Beby, kesal dengan gadis di hadapannya itu yang merasa insecure dengan kemampuan hebat yang telah dimilikinya selama ini. “Sakit, Irham..” “Semenjak gue bilang lo makin manis kalau panggil nama gue utuh, lo nggak pernah lagi manggil ‘Ham, Ham..’.” Beby terkekeh pelan saat mendengar Irham menirukan gayanya berbicara. Benar-benar bukan seperti lelaki cool yang kerap diagung-agungkan oleh banyak cewek-cewek di kampusnya itu. Nyatanya, sikap Irham yang apa adanya ini hanya ditunjukkan saja pada Beby seorang. Beby cukup senang dengan kenyataan tersebut. “Ini terakhir kalinya gue tanya sama lo. Setelah ini, gue janji..apa pun keputusan lo, gue bakal terima meski pun terpaksa. Tapi menurut gue, tiga tahun penantian itu sudah cukup Beby. Lo mau nggak berjuang bareng sama gue? Gue bakal genggam erat tangan lo. Lo nggak perlu raguin kesabaran gue. Gue nunggu lo tiga tahun aja bisa. Masa buat jagain lo selamanya nggak bisa?” Irham terkekeh pelan. Ia pun kembali melanjutkan kalimatnya yang sempat terjeda, “..mama gue udah bosan dengar cerita penantian gue. Ayo kita sama-sama tunjukkin ke mama kalau kita bisa berjalan beriringan dan saling bergenggam tangan. Beby, lo mau ‘kan jadi pacar gue? Bukan sekedar pacar sih, gue maunya lo nanti jadi masa depan gue.” “…….” Beby masih berperang dengan pikirannya sendiri. Di sisi lain, ia masih Beby yang kemarin-kemarin—yang masih merasa insecure bersanding dengan lelaki sesempurna Irham Ardani. Akan tetapi, tak bisa dipungkiri. Ia juga manusia yang egois bila tentang sebuah rasa. Beby mencintai Irham layaknya gadis-gadis di luaran sana yang tengah jatuh hati pada cinta pertamanya. “Lo jangan diam aja dong…gue tahu, ini jauh dari kata romantis, nggak ada persiapan apa pun, dan—“ “Kamu yang pertama, Irham. Aku harap, kamu juga yang terakhir. Ayo..” Kedua bola mata Irham melotot. Kali ini, jawaban Beby berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. “Ayo apa!? Yang jelas!” “Aku mau sama kamu,” cicit Beby sembari menunduk dalam. Jujur, ia malu mengakui perasaannya sendiri pada Irham. Selama ini, ia selalu menghindar dan seolah menunjukkan ketidaksukaannya pada Irham. Akan tetapi, pada akhirnya Beby menerima juga cinta Irham. Beby hanya berharap, ia tidak pernah salah mengambil keputusan ini. Semoga Abrisam juga tidak keberatan dengan status baru Beby sebagai kekasih Irham. Kenapa Beby jadi kepikiran Abrisam? Astaga..bukan Abrisam-nya, tapi Olla. “Kamu pulang duluan gih!” “Kenapa nggak bareng aja? Aku antar.” “NGGAK USAH IH.” “Ya udah, serius nih aku duluan? Mau jemput mama di rumah tanteku soalnya.” “Iya. Jemput gih! Kelamaan nanti nunggunya. Kasihan mama kamu.” “Cie, peduli sama calon mertua.” “Dih!” “Gue duluan, Sayang. Lo hati-hati pulangnya,” pamit Irham sembari tangannya mengusap rambut kepala Beby. Sedangkan Beby hanya mengulum senyumnya sendiri saat mendengar panggilan ‘sayang’ untuk kali pertamanya masuk ke dunia perbucinan terdengar! Astaga, selama ini masa-masa remajanya tidak pernah diisi dengan kisah asmara seperti ini. Irham merupakan cinta pertama Beby. Beby berharap, Irham juga yang terakhir. Tanpa keduanya sadari, sedari tadi..ada seseorang yang diam-diam mengawasi setiap gerak-gerik mereka berdua. Orang tersebut masih memfokuskan dirinya untuk memakan santapan siang ini di restoran favoritnya. Mengapa ia tidak fokus setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri—sebuah kejadian yang sangat langka. “Dia sudah besar rupanya,” gumamnya sembari menyuapkan kembali sesendok nasi dan lauk-pauk di depannya itu. “Pak Abrisam berbicara dengan saya?” “Tidak, Haris. Lanjutkan kembali makanmu.” “Baik, Pak Abrisam. Terima kasih makan siangnya, sangat enak.” Haris—sekretaris pribadi Abrisam, memuji menu makanan yang dimakannya itu. Menurutnya, restoran yang dipilih oleh Abrisam ini cukup sederhana. Akan tetapi, terdapat beberapa spot ruang makan dengan berbagai suasana di dalamnya yang bisa kita—pengunjung pilih sendiri. “Jelas. Ini merupakan restoran favorit saya dan putri saya. Saya juga baru tahu kalau restoran ini juga favorit pengasuh putri saya.” “Mbak Beby!?” “Iya. Siapa lagi memangnya, Haris?” “Mbak Beby betah sekali bekerja dengan Pak Abrisam,” kata Haris dengan senyum tulusnya. Sekretaris pribadi Abrisam itu tengah mengingat masa-masa dahulu saat dirinya masih menjadi karyawan biasa. Ia sempat terkejut bahwasannya Abrisam mempekerjakan seorang siswi SMA untuk mengasuh putrinya yang masih sangat kecil kala itu—Olla. Awalnya, Haris justru mengira bila Beby merupakan adik atau bahkan anak pertama Abrisam. Namun seiring berjalannya waktu, Haris mulai paham mengapa Abrisam sebegitu percayanya pada Beby. Itu semua karena kasih sayang Beby yang begitu tulus pada Olla selama ini. Bahkan hingga kuliah pun Beby masih betah bekerja dengan Abrisam. Abrisam kemudian mengalihkan pandangannya dari makanan yang tengah dimakannya. Ia menatap Haris, “waktu yang begitu cepat berlalu, atau saya yang tidak ingin Beby meninggalkan Olla, Haris? Jujur, semakin Olla besar..ia akan semakin belajar mandiri dan Beby mungkin akan saya lepas.” “Mohon maaf sebelumnya apabila pertanyaan saya ini menyinggung Pak Abrisam. Semua karyawan di kantor pun sudah menyimpulkan pendapat mereka masing-masing, Pak. Mungkinkah Mbak Beby kelak akan menjadi pendamping Bapak?” “…….” “Mohon maaf, Pak..” “Demi Olla, bila dia mau saya pun tidak keberatan,” jawab Abrisam kemudian. Abrisam masih tetap dirinya yang selalu terbuka dengan Haris—yang selama ini termasuk orang terdekatnya. Toh juga segala hal yang ia ceritakan pada Haris tidak pernah terbeberkan. Haris sangat bisa dipercayanya. Tak jarang juga Haris tempat Abrisam berbagi tentang keluh kesahnya menjadi orang tua tunggal untuk Olla yang sudah semakin bertumbuh besar. Yaa meski pun Haris belum menjadi orang tua, setidaknya dari Abrisam—Haris bisa sedikit banyak mendapatkan ilmu yang tidak ada materinya itu. Senyum Haris terbit seketika. Dengan yakin ia mengangguk dan berkata, “Pasti mau-lah, Pak.” Sepertinya Haris memang merestui sang bos apabila hendak menjadikan Beby sebagai pendamping hidupnya. Tak tahu saja ia, bahwa dalam hati Abrisam meringis. Pemandangan di mana Beby tengah berpelukan dengan seorang lelaki tadi masih tercetak jelas dalam ingatannya. Beby mungkin saja telah memiliki seorang kekasih.. Olla pun kelak yang sepertinya harus belajar merelakan apabila sewaktu-waktu Beby mengundurkan diri.. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN