Tamparan Ninja
“Wandawarma!”
Yang dipanggil ingin pura-pura tak mendengar. Namun, tak baik juga berlagak sombong di sarang orang.
“Khalid!”
Pemilik nama Khalid Wandawarma itu berbalik badan kepada penyerunya. Sudah bisa dipastikan kalau perjalanannya akan jadi berisik mulai detik ini. Ia masuk perusahaan Abinaya, di mana salah satu dari pemiliknya mengikat hubungan dengan keluarga Bakrie, garis keturunan yang dikenal suka berbicara itu.
“Tak mungkin aku salah lihat. Ini kau!” Sambarnya tersenyum begitu lebar.
Khalid menjabat tangan pria yang terulur kepadanya dengan senyuman ramah. “Apa kabar, Arthur?”
“Aku suka kau tidak memanggilku Bakrie.”
“Harusnya kau juga memanggilku Khalid, bukan Wandawarma.” Entah kapan pria di sisinya akan dewasa dan berhenti memanggil dengan nama keluarga mereka. Rasanya kekanakan untuk membawa-bawa orang tua dalam candaan. Dewasa ini Khalid lebih menghormati nama keluarga daripada bermain-main dengannya.
“Apa keperluanmu datang ke sini? Kumohon, jangan katakan untuk bertemu Khumaira Abinaya?!”
Khalid memang bukan berniat bertemu dengan gadis itu, tetapi ayahnya, Bintang Abimayu.
Mata Arthur melebar sempurna atas spekulasi pribadinya. “Demi Tuhan, kau jangan main-main dengannya! Ninja itu sedang ditahap depresi sempurna.”
Arthur Bakrie memang pria bersemangat yang mulutnya tak bisa diam. Dia sangat mewarisi keluarga Bakrie yang senang bicara. Tak peduli kalimatnya tentang Khumaira Abinaya, Khalid kembali meneruskan langkah.
“Sudah kuperingatkan, jangan datang ke sini! Kau keras kepala sekali, Wandawarma! Bisa saja kau yang ditumbalkan untuk ninja ajaib itu.”
Senyum Khalid terlontar begitu saja. Kalimat peringatan Arthur seperti menggelitik untuknya pribadi. Ia sama sekali tak tertarik kepada gadis itu, rumor tentangnya sudah banyak sekali Khalid dengar. Apalagi ayahnya juga memperingatkan kalau ia tak boleh sama sekali tertarik kepada Khumaira. Alasannya, tak dijelaskan, tapi harus dipatuhi. “Aku hanya diminta bertemu dengan Tuan Bintang Abimayu, beliau teman Abiku.”
“Oh!” Arthur yang semula buruk prasangka menunjukkan wajah lega. Namun, pria itu tetap melangkah di sisi Khalid, kini suaranya berbisik mengatakan, “Paman Bintang bisa dipastikan lebih cepat uzur daripada waktunya. Kau tahu, beliau jadi sedikit tidak realistis gara-gara putrinya itu.”
Khalid pikir Abinya juga akhir-akhir ini jadi menyebalkan karena sering membicarakan Khumaira Abinaya. Sejak Khalid kembali ke Indonesia, beliau senantiasa mengingatkan untuk tidak bersinggungan dengan Khumaira. Khalid sendiri belum pernah bertemu dengan wanita itu, pamornya begitu jelas dan semua menilai dia pribadi yang negatif sekaligus agresif.
Khalid mengabaikan saja Arthur Bakrie, putra bungsu dari pasangan Aya Bakrie dan Erlan Rustawan. Arthur tak menyandang nama Rustawan karena ... yah, karena semenjak Latifa Bakrie menjadi keluarga Abinaya, nama Bakrie lebih berpengaruh daripada Rustawan. Tak siapa pun bisa menyangkal kalau Nyonya Naraya itu sangat cinta akan permata, apalagi setelah berhasil menjadi besan dari pemilik perusahaan permata Abinaya.
Arthur bersuara lagi, “Kau mendengarku tidak?”
“Tidak,” jawab Khalid apa adanya. Sedikit pun ia tak merasa berdosa akan pengabaian itu.
Satu kata umpatan mengawali kalimat teman bicaranya. “Aku memberitahumu tentang pewaris gagal itu! Dia bisa saja jadi perawan tua seperti ibunya dulu, kuharap kau tidak bernasib mengenaskan seperti Bintang Abimayu.”
“Kesimpulanku, kau memikirkan Bintang Abimayu mengenaskan karena menikahi bibimu?”
Arthur tampak tergugu. “Maksudku bukan begitu. Intinya Bibi Ifa memang berbeda dari ibuku atau Bibi Ayu, tetapi ... bisa dibilang dia cacat dalam keluarga, begitu kata Nenek. Aku hanya tidak ingin kau merasakan nasib malang Paman Bintang.”
“Yang Abi katakan beliau hidup bahagia,” sahut Khalid sesuai cerita yang didengarnya.
“Kau tentu tak lupa kalau keluarga Abinaya harus menjaga reputasi mereka? Itu bisa saja dilakukan, aslinya beliau tertekan.”
Khalid yakin Arthur tak sepenuhnya benar. Entah mengapa, ia tak sangat suka pria ini dekat dengannya, tetapi Khalid memang tak pernah mengusir seseorang sampai mereka berhenti sendiri. “Kau bisa mengantarku ke ruangan Pamanmu itu. Biar kulihat sendiri seperti apa kondisi mengenaskannya.”
Arthur tertawa. “Baiklah.”
Khalid berharap ruangan itu tak perlu waktu lebih lama untuk dijangkau, tetapi Arthur Bakrie malah membawanya naik tangga daripada lift perusahaan. Bisa dipastikan ini akan lebih memakan waktu dan mengganggu gendang telinganya. “Kau akan mendoktrinku dengan kisah keluargamu lebih lama?”
“Kau perlu diperingatkan. Khalid se-Pulau Jawa sudah gagal mempersunting ninja itu. Jangan sampai Khalid se-Indonesia ikut berdatangan dari luar pulau ini juga. Paman Bintang sampai rela membayar pemuda bernama Khalid agar mau menikahi Khumaira!”
Khalid jadi penasaran dengan gadis yang namanya begitu manis tersebut. Banyak sekali yang mendeskripsikan sosoknya, tapi mereka sering berpendapat berbeda. Tak ada informasi valid tentangnya selain mengenakan penutup wajah, bermata hitam pekat yang indah.
“Baru kemarin dia ditolak menjadi penerus Bintang Abimayu, lagi. Sudah lima tahun dia mengejar takhtanya itu. Sebenarnya dia mirip Nenek Naraya akan pangkat dan harta. Lebih mirip daripada Bibi Ifa,” kisah Arthur lagi.
Khalid lebih lelah mendengar suara pria di sisinya daripada menaiki tangga. Namun, bagaimana lagi, tak ada pilihan lain.
“Khumaira itu kegagalan Abinaya.”
“Karena dia satu-satunya pewaris perempuan?” tanya Khalid sekedar tebakan.
“Ya. Dia ninja juga. Dia mirip binatang gila.”
“Kau menjelekkan sepupumu ini kepada semua pria?” tanya Khalid menghentikan langkah. Arthur tampak membuka mulut, lalu menutupnya lagi tanpa kata. Khalid menambahkan sambil berjalan, “Mungkin saja itu alasan lain mengapa Khumaira gagal menikah.”
“Bukan aku! Dia sendiri yang membentuk kesan buruk dirinya begitu. Kau harus mendengar seribu pria yang pernah ditolaknya. Dia benar-benar menolak mereka!” Arthur seperti menggeleng samar di sisinya. “Bibi Ifa saja tidak tinggi hati begitu.”
Khalid punya satu dua kisah tak asing tentang kedua orang tua Khumaira. “Abi bilang Latifa Bakrie itu bidadari cantik yang beruntung. Secantik apa Bibimu?”
“Tidak salah jika Tuan Wandawarma berkata begitu,” jawab pria di sisinya masam. “Dia dua kali lipat lebih cantik jika kecantikan Ibuku dan bibi Ayu disatukan.”
“Jadi, Khumaira juga secantik dia?”
Arthur malas menjawab. Namun, kecil suaranya mengakui, “Dia memang cantik.”
Senyum samar Khalid terukir. Seribu kejelekan yang dikatakan Arthur sebelumnya teredam oleh satu fakta. “Kau menyukai sepupumu itu ya?”
“Aku tidak menyukainya!” Arthur berwajah memerah. “Siapa yang mau dengannya?! Aku yakin alasan dia menolak sebenarnya karena dia sudah tidak suci lagi.”
Khalid berkerut kening. Untuk tuduhan satu ini ia paling tak suka. Mahkota seorang gadis tak boleh sembarangan jadi bahan prasangka. “Kau berlebihan kalau itu hanya praduga.”
“Lalu apa? Dia sudah berkirim surat dengan laki-laki sejak usia sembilan tahun! Dan pria itu menikah satu tahun yang lalu, meninggalkan Khumaira begitu saja. Sejak saat itu Khumaira sering bertingkah di luar batas. Karena patah hatinya.”
“Dia bercadar, bukan?”
“Memang. Kau tentu lebih tahu kalau kain itu bukan halangan untuk menikmati hubungan ranjang,” bisiknya mengerikan.
Khalid menimpali dengan tenang. Ia pernah bermukim di negara Timur Tengah, di sana para penjaja diri menggunakan cadar juga.
Arthur mengecilkan suaranya, “Kau benar-benar harus hati-hati dengan Paman Bintang.”
Sedikit pun Khalid tak memasukkan ke dalam hati bualan Arthur, ia lebih suka jika mengetahui bahwa mereka hampir sampai ke ruangan yang dituju.
Tiba-tiba sekelebat terlihat, seseorang menuruni tangga. Khalid menghentikan langkah sementara Arthur masih tetap bicara. “Khumaira itu benar-benar kegagalan. Gagal total. Gagal menikah. Gagal menjadi pewaris. Mungkin dia akan sukses jadi perawan tua, andai dia memang masih perawan.”
Khalid hanya mendengar suara Arthur. Ia menatap sosok itu, tetapi tak bisa bereaksi. Tak sedikit pun suara yang dihasilkan oleh gerakan anggun seseorang yang mendekati mereka, pun langkahnya sama seperti udara. Kemudian, hal tak terduga terjadi.
Plakkk!!!