Aksa brutal

1135 Kata
Suara desahan pria dan wanita memenuhi ruangan kamar hotel yang kedap suara itu, entah berapa kali Aksa menyemburkan benihnya ke dalam rahim Sekar Dewi, keduanya benar-benar sudah di mabuk kepayang sampai Aksa sendiri melupakan kalau ia sama sekali tak menggunakan pengaman. Hiks hiks hiks ... Tiba-tiba suara tangisan Sekar Dewi membuat Aksa menghentikan gerak tubuhnya yang masih berada di atas Sekar Dewi. "Kenapa Sayang?" tanya Aksa keheranan. "Kita sudah melakukan dosa besar, aku merasa jijik dengan tubuh ini," gumam Sekar Dewi. Aksa memperhatikan wajah cantik tanpa make up itu lalu tersenyum, Aksa bahkan menjilati air mata yang mengalir di sudut mata Sekar Dewi. "A-apa yang kamu lakukan?" tanya Sekar Dewi yang kaget dengan perlakuan Aksa yang begitu lembut. "Aku tidak suka melihat air matamu yang berharga jatuh ke ranjang," ujar Aksa. Sekar Dewi tersipu malu dan langsung memeluk tubuh Aksa. "Ma-afkan aku, tolong lanjutkan kembali," bisiknya. Aksa menyeringai, pria itu kembali menghujami Sekar Dewi dengan miliknya. Malam itu entah ronde mereka melakukan hubungan badan, Sekar Dewi bahkan tak dapat menghitungnya. Begitulah hari-hari yang mereka lewati selama beberapa minggu, Aksa bahkan tidak segan untuk memaksa Sekar Dewi untuk melakukannya di dalam ruangan kantornya. "Dewi!" panggil Aksa. Sekar Dewi baru saja masuk ke ruangan Aksa untuk menghidangkan kopi seperti biasanya. "Iya Pak," jawab Sekar Dewi berusaha bersikap profesional bila mereka sedang berada di kantor. "Kunci pintunya," "Ah ..." "Aku bilang kunci pintunya, aku merindukan aroma tubuhmu," ucap Aksa menyeringai. Sekar Dewi mengerti maksud dari Aksa. Ia mengunci pintu dengan tangan gemetar. "Ta-pi Pak, ini kan di kantor," "Kemari lah Sayang, tidak akan ada masalah bukanlah kau sudah mengunci pintu," ujar Aksa memaksa. Sekar Dewi meremas celananya, ia merasa ini melawan hati nuraninya, meskipun mereka sudah beberapa kali melakukannya di Hotel, tetap saja melakukan di kantor terasa sangat menjijikkan. "Sekar Dewi!" panggil Aksa sedikit keras, pria itu terlihat sangat mengintimidasi Sekar Dewi. "Baiklah," Sekar Dewi mendekat, kini ia sudah berada di pangkuan Aksa. Pria itu menciuminya seperti orang rakus layaknya sudah tak makan berhari-hari, Aksa membuka seragam Cleaning Service milik Sekar Dewi dengan kasar sampai kancingnya hampir lepas. "Seragam ini menjijikkan, tapi tetap saja aromamu begitu menyegarkan," bisik Aksa. Pria itu tak henti-hentinya menciumi Sekar Dewi hingga membuat bagian tubuh atas Sekar Dewi sudah terlihat sangat berantakan. "Aku mohon Aksa, aku tidak kuat," gumam Sekar Dewi. Saat melakukannya Sekar Dewi memang di paksa oleh Aksa untuk memanggil namanya saja. "Buka celanamu, menungging lah," perintahnya. Sekar Dewi membulatkan kedua matanya. "Ti-tidak!" bentaknya. Aksa dengan kasar memaksa Sekar Dewi untuk melakukan keinginannya, Sekar Dewi tak punya pilihan lain selain menuruti perintah Aksa, ia hanya bisa menutup mulutnya sambil menyeka air mata yang terus mengalir. "Rasanya Aksa memperlakukan ku seperti mainannya," batin Sekar Dewi. Namun gadis polos itu tetap saja berpikiran positif, ia masih terus meyakini dirinya sendiri kalau Aksa memang mencintainya. Setelah sebulan melakukan hubungan badan secara rutin, tanpa di sangka akhirnya Sekar Dewi memberitahukan Aksa kalau ia sedang hamil. Dan benar saja pria itu tidak mau bertanggung jawab dan malah menuduh Sekar Dewi hamil dengan pria lain. Sekilas itulah yang sedang Aksa kenang saat ia sedang mengenang kebersamaannya yang singkat bersama Sekar Dewi. Aksa yang merasa sangat senang karena kabar dari Thompson mengambil rokok lalu membakar dan menghisapnya di dalam ruangan ber AC itu. "Setiap melihat Agrin aku teringat akan masa-masa indah bersama Dewi, kecantikannya benar-benar membuatku candu, sayang sekali wanita itu hamil terlalu dini, kalau saja tidak, mungkin aku akan menjadikannya gundikku," ucap Aksa pada dirinya sendiri sembari terkekeh. Aksa pun mengingat bagaimana saat Sekar Dewi mengirim suratnya padanya setelah 12 tahun mereka berpisah, dan Aksa tak menyangka kalau Sekar Dewi mempertahankan kandungannya dan mereka sudah memiliki seorang Putri. Saat itu juga Aksa menyuruh seseorang untuk terus memata-matai Sekar Dewi dan Putrinya, saat melihat Putrinya yang cantik jelita terlintas di benak Aksa untuk membawa Putrinya itu ke rumahnya sesuai permintaan Sekar Dewi. Tetapi Aksa bukanlah pria bodoh, sebelum membawa Putrinya itu ke kediamannya tentu saja Aksa melakukan test DNA dan benar saja kalau gadis kecil yang terlihat cantik itu adalah Putri kandungnya karena test DNA menunjukkan kalau 99% DNA mereka cocok sebagai anak dan ayah. ~~~ Aksa mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja lalu menghubungi istrinya Delpina. Aksa memberitahukan kabar baik itu pada Delpina, namun bagi Delpina itu adalah kabar buruk dan itu sebabnya responnya biasa saja. Aksa menyuruh Delpina untuk mempersiapkan segalanya untuk Agrin, Aksa memerintahkan Delpina agar malam ini Agrin harus terlihat cantik dan sexy. ["Lakukan semua yang aku katakan kalau kau masih ingin menjadi istriku," "Ya... ya... baiklah, aku mengerti!"] Panggilan itu pun terputus begitu saja. Aksa yang kegirangan bahkan membatalkan acaranya bersama Feby, salah satu gadis simpanannya. Ia ingin melihat langsung nanti malam bagaimana Agrin keluar dari rumahnya untuk bertemu dengan Tristan. Malam ini Agrin sudah di dandani seperti keinginan Aksa, Elsa yang sejak sore terus menangis sambil mengomel dengan Mamanya, namun Delpina tak punya pilihan lain, ia harus mengikuti semua perintah Aksa suaminya. "Tenanglah Elsa, kita harus menuruti semua perintah Papamu, kau mau kita di tendang dari rumah ini?" tukas Delpina yang terus memegangi kepalanya yang sakit, ia pusing harus mendengar omelan Elsa yang tak ada habisnya. "Aku tetap tidak terima Ma! aku yang seharusnya jadi Istri Tristan, bukan anak haram itu!" bentak Elsa yang terus merengek sambil menarik-narik lengan Mamanya. "Elsa!" teriak Aksa menatap tajam ke arah Putrinya itu. "Papa jahat!" bentak Elsa berlari ke arah kamarnya. Aksa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap kekanak-kanakan Elsa. "Bagaimana persiapan Agrin?" "Sebentar lagi juga siap, dia masih merias diri," "Baiklah," Aksa pun duduk di sofa yang ada di ruang tamu, Delpina terus saja memasang wajah masam. Tak lama, Agrin turun dan Aksa kembali terpesona melihat kecantikan Putrinya itu. Begitu juga dengan Delpina yang sama kagetnya. "Anak ini memang sangat cantik," gumam Aksa yang dapat di dengar oleh Delpina. Delpina hanya bisa mendengus kesal. Seperti biasa, Agrin memasang wajah datar tanpa ekspresi, tak terlihat sedih ataupun bahagia. "Kemana aku harus pergi?" tanya Agrin. Aksa menyerahkan kunci mobil pada Agrin. Agrin kaget karena ini pertama kalinya ia diberikan kunci mobil, meskipun ia bisa menyetir namun keluarga ini tak pernah sekalipun berniat memberikannya mobil secara pribadi, berbeda dengan Elsa bahkan Elmand yang masih seorang Pelajar. "A-apa ini?" "Mobil itu kini milikmu, pergilah menyetir sendiri, Kau temui Tristan di Restoran Amuz, lakukan yang terbaik kalau ingin hidup tenang!" tegas Aksa. Agrin mengangguk, namun ada perasaan bahagia di hatinya, ia pikir kali ini ia akan di antar oleh Supir, tetapi ia diberikan wewenang oleh Aksa untuk menyetir sendiri bahkan diberikan mobil. "Apa-apaan ini Mas!" bentak Delpina yang tak terima. "Diamlah!" bentak Aksa balik. Delpina mengepalkan kedua tangannya. "Pergilah sekarang, jangan sampai membuat Tristan menunggu," perintah Aksa. Agrin mengangguk dan berjalan keluar dengan perasaan campur aduk, jujur ia merasakan sedikit kebahagiaan malam ini meskipun harus menghadapi pria bernama Tristan yang tidak terlalu ia perhatikan saat berada di peresmian Hotel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN