"Jadi dia adalah istrimu? Astaga Arthur apa yang ada di otakmu sampai kau berpikir untuk menikahinya? Dia hanya gadis biasa yang masih sangat muda!" Bentak Brian.
"Enough Brian, kau terlalu cerewet, dan kau baru saja mengomentari pakaian istriku bahkan mengatakan bahwa kau tergoda melihatnya! Aku bisa memecat mu sekarang juga Brian!" ancam Arthur. “Bahkan kau berani membentak ku!" lanjutnya.
"Baiklah maafkan aku Boss, tapi ini aneh ada apa denganmu sampai kau berpikir untuk menikahinya?"
"I don't know maybe i'm fallin love with her," ujar Arthur santai.
"Damn, I know it's impossible!"
"You don't know anything about me Brian."
"You fault, I know anything about you, about you and your secret from world, about you and your dark world Arthur," ujar Brian.
Di tengah perbincangan mereka tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. "Maaf, Tata ganggu om ya?"
"Tidak, masuklah!" ujar Arthur dingin.
"Tata mau pamit sekolah," ujar Tabitha.
"Mau ku antar?"
"Tidak usah, kan om lagi ada tamu."
"Tak apa kau tunggulah di luar lima menit aku akan keluar."
"Oke." Tabitha pun keluar dari ruangan Arthur, sementara itu Brian sudah tak bisa lagi menahan tawanya mendengar panggilan istri dari bos nya itu.
"She's call you what? Seriously? Damn it's funny you know?" tanya Brian sambil memegangi perutnya.
"Shut up! Akan ku keluarkan usus mu jika kau terus tertawa seperti itu!" sentak Arthur.
"Oke baiklah, aku ke sini untuk memberitahu bahwa Damian berusaha untuk membakar gudang mu di Maldives."
"Rupanya Mr.Ford belum menyerah juga."
"Sepertinya begitu Arthur."
"Hanguskan gudangnya sebelum mereka menghanguskan gudang kita,dan lakukan dengan bersih Brian," ujar Arthur dingin.
"Kau pulanglah, aku akan mengantar Tata dulu, jika tidak kau tunggulah aku disini sampai aku pulang."
"Aku memilih opsi yang kedua," ujar Brian.
Arthur pun keluar dan menuruni tangga dia pun langsung bergegas keluar, di sana sudah ada Tabitha yang berdiri dengan wajah masamnya. Akhirnya Arthur pun menarik Tabitha pelan dan menyuruhnya masuk mobil kemudian langsung menjalankan mobilnya. “Mulai sekarang kemana pun kau pergi kau harus izin terlebih dahulu."
"Tapi kenapa?"
"Karena banyak orang di luar sana yang berusaha mencelakai mu Ta, banyak hal yang kamu pikir tak berbahaya adalah hal yang paling berbahaya," ucap Arthur yang tak dimengerti Tabitha.
Setelah itu Tabitha hanya diam dan hanya ada keheningan diantara mereka. Sampai akhirnya mereka sampai di sekolah Tabitha, namun sebelum turun Tabitha ditahan oleh Arthur.
"Tunggu, ada yang ketinggalan," ucap Arthur.
"Hah, apaan?" ujar Tabitha bingung.
Namun hal tak terduga terjadi tiba-tiba lengan Tabitha ditarik, hingga mendekat ke arah Arthur dan secepat kilat ia memberikan kecupan lembut di kening Tabitha. Tabitha yang kaget hanya diam sambil mengerjabkan matanya berkali-kali mencari kesadaran.
"Hei, kenapa? Kok bengong?" tanya Arthur sambil menepuk pipi Tabitha.
"Eh, enggak kok. Nggak papa," dusta Tabitha sambil menyembunyikan pipinya yang memerah.
"Lain kali tak usah disembunyikan aku suka melihat kamu blushing," ujar Arthur membuat pipi Tabitha bertambah panas.
"Apaan sih om, udah ah Tata masuk dulu yah."
Tabitha pun keluar dari mobil Arthur dan hendak pergi namun Arthur ikut turun dan menghampiri Tabitha, seketika siswi yang melewatinya berbisik dan melihat ke arah Arthur dengan tatapan mendamba. "Eh, itu Arthur kan? Gila tamvan mavan dan ruvawan banget gila!"
"Eh ya ampun, itu Tata kan yang di anter, gue juga mau dong!"
"Ya ampun calon imamku kah itu?"
Kira-kira seperti itulah bisikan-bisikan yang dilontarkan oleh beberapa siswi yang melewatinya.
"Om, kenapa keluar?" ujar Tabitha.
"Ini, tas kamu ketinggalan, gara-gara tadi jadi ketinggalan deh."
"Eh, iya untung aja om ingetin, makasih yah."
"Kamu kapan pulang?"
"Paling jam 3 an om," ujar Tabitha.
"Ya udah nanti supir jemput kamu."
"Ya udah bye om!"
Tabitha berlari ke arah gerbang dan masuk ke kelasnya di sana sudah ada sahabatnya yaitu Fitri, Diana dan Amelia.
"Ekhm! Jadi siapa yang nganterin lo tadi di depan?" tanya Amel.
"Itu om gue," jawab Tabitha.
"Oh, kirain siapa," ucap Diana.
"Ganteng juga om lo, kok gue baru tau?" tanya Fitri.
"Dia baru ke sini makanya kalian nggak tau," dusta Tabitha. Mereka asik berbincang hingga guru jam pertama pun memasuki kelas.
****
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam namun Arthur belum juga pulang Tabitha cemas memikirkan keadaan Arthur bagaimana pun ia adalah suaminya. Tabitha berusaha menghubungi Arthur namun selalu sibuk akhirnya Tabitha menyerah ia pun memasuki kamarnya dan berbaring namun belum sempat ia menutup mata hujan lebat tiba-tiba datang diikuti dengan petir yang bergemuruh bahkan sekarang kamarnya terasa gelap.
Ia pun membuka matanya, ia melihat sekeliling semuanya nampak gelap. Ia yakin sekarang sedang mati lampu. Suara petir yang menyambar berkali- kali serasa membengkakkan telinga Tabitha, ia ketakutan. Jika saja dia bersama orang tuanya sudah pasti daddy nya akan kekamar Tabitha dan menenangkannya. Namun sekarang ia hanya sendiri di mansion sebesar ini.
Ia mengambil handphone nya dan mulai mencari nama Arthur dan menghubunginya. Namun lagi-lagi tak ada jawaban. Ia menangis dibalik selimut dan memeluk lututnya erat.
Tak berselang lama ia merasa ada seseorang yang membuka pintu kamarnya ia tak berani untuk memeriksa siapa itu ia semakin ketakutan dan kembali memeluk lututnya dibalik selimut tebalnya.
Orang itu semakin dekat hingga Tabitha merasa ranjangnya bergerak tak seberapa lama ia merasa sebuah lengan besar memeluk perutnya possessive sama seperti yang dilakukan daddy nya setiap di keadaan seperti ini. Tabitha membalikkan tubuhnya memeluk pria itu dengan erat tanpa ada niatan untuk melepaskannya. Ia mulai tenang dan berucap pelan.
"Daddy jangan tinggalin Tata sendiri lagi, Tata takut," lirihnya.
Mendengar itu Arthur semakin mempererat pelukannya dan mengecup pelan kepala Tabitha. Mereka pun akhirnya terbawa oleh mimpi mereka masing-masing.
***
Pagi datang namun kedua insan yang saling memeluk di atas ranjang itu belum juga terbangun dari mimpinya. Hingga akhirnya Tabitha bangun terlebih dahulu ia merasa kehangatan yang selama ini ia rindukan dari sosok daddynya kembali padanya. Namun saat ia mengangkat kepalanya ia terkejut bukan main pasalnya pria yang semalam dia peluk bukanlah daddy nya melainkan Arthur, suaminya sendiri. Tabitha memperhatikan pahatan wajah Arthur, Tabitha merasa Arthur adalah pria yang sangat tampan rahangnya yang tegas dan matanya yang tertutup begitu damai untuk dipandang, dan sialnya Tabitha malah betah untuk memperhatikan pahatan yang sempurna dari suaminya itu.
"Sudah puas memandang suamimu ini?" tanya Arthur tiba-tiba yang sukses membuat Tabitha kaget bukan main.
"Enggak Om aja kepedean."
"Kalau iya juga nggak papa Ta, lagian kamu itu istri saya kalau kamu mau liat seluruh tubuh saya juga nggak papa," ucap Arthur tanpa malu.
"Apaan sih om ganggu banget udah ah, Tata mau mandi terus sekolah."
Tabitha pun keluar dari selimutnya dan memasuki kamar mandinya dia berdiri di pintu kamar mandi sambil menormalkan degub jantungnya. “Ngapain sih, pagi-pagi udah disuguhkan pemandangan kek gitu!"
"Tapi Om Arthur ganteng banget yah," lanjutnya.
"Ngapain gue jadi muji tuh orang!" ujar Tabitha sambil menoyor kepalanya sendiri.
***
Setelah selesai mandi dan bersiap Tabitha keluar dari kamar dan menuju ke meja makan di sana sudah tersaji berbagai makanan namun ia bingung siapa yang memasaknya. Akhirnya ia pun duduk di hadapan Arthur. “Ini siapa yang masak?"
"Saya," ujar Arthur.
"Oh ya? Jadi Om bisa masak? Wah multitalenta banget sih," ujar Tabitha.
Ia pun mengambil nasi dan beberapa lauk serta langsung melahap makanan yang tersedia di piringnya. "Enak," ujar Tabitha.
Setelah itu hening tak ada suara diantara kedua orang itu hanya ada suara sendok dan piring saja yang bertabrakan di meja makan. Akhirnya Tabitha pun berangkat sekolah diantar oleh Arthur. Seperti biasa Tabitha akan meminta diturunkan di depan gerbang dan tak memperbolehkan Arthur membawa super car nya memasuki halaman sekolah ia takut teman-temannya curiga pada hubungannya dengan Arthur De Lavega.
Ia pun berpamitan pada Arthur dan Arthur seperti biasa akan mencium kening Tabitha, dan Tabitha. Jangan ditanya lagi dia selalu blushing jika Arthur melakukan itu. Ia bergegas memasuki kelas dan duduk di bangkunya bersama Fitri.
Saat mereka tengah asik sibuk mengobrol tiba-tiba Diana melihat sesuatu di leher Tabitha yang ia yakini bukan gigitan serangga.
"Tata, itu leher lo kenapa? Kok merah gitu sih?" tanya Diana.
"Masa sih?” tanya Tabitha.
Amel yang merasa penasaran pun akhirnya melihat ke arah leher kiri Tabitha dan ia pun membulatkan matanya.
"Ta, itu bekas apaan?" tanya Amel.
"Mana?" tanya Tabitha masih santai.
"Nih ambil!" suruh Fitri memberikan cermin kepada Tabitha.
Tabitha pun mengambil cermin tersebut dan melihat tanda yang ketiga sahabatnya maksud, awalnya ia nampak biasa saja dan mengira itu hanya gigitan serangga walaupun bentuknya membingungkan sebab tanda itu lebih besar. Hingga Fitri mengatakan sesuatu kepada Tabitha yang sukses membuatnya sport jantung.
"Ta! Itu cupang!!" sentak Fitri.
Tabitha mengingat kejadian tadi malam dimana dia tidur seranjang dengan Arthur. Ia yakin suami sintingnya-lah yang melakukan ini padanya. Ia menyumpah serapahi tindakan kurang ajar dari suaminya dan berjanji untuk akan membalas ini pada Arthur. Sementara itu Diana yang menggunakan syal hari ini memberikan syal itu kepada Tabitha untuk menutupi bekas kissmark-nya.
"Lo harus ceritain semuanya sama kita bertiga Ta!" peringat Amel.
"Iya gue pasti bakal ngomong tapi nggak hari ini karena gue mau balas dendam sama tuh orang!" desis Tabitha.
"Awas yah Om, Om udah bikin Tata malu hari ini Tata nggak bakal ampuni Om. Tata bakal jambak tuh rambut Om terus sekalian bakal nonjok Om ampe babak belur!" batin Tabitha.
*****
TO BE CONTINUE ...