Bab 35

1075 Kata
Lexington, Manhattan, New York City Kamis, 14 Desember 2017    -- Aku bergerak cepat meninggalkan stasiun untuk mengunjungi bangunan tempat acara pertemuan sosial yang dikunjungi Nicole kemarin. Aku menunggunya di sana karena kupikir dia tidak akan melewatkan jadwal pertemuannya kali ini. Sembari berdiri di depan toko makanan, aku menunggu kemunculan Nicole. Sekitar pukul sebelas, bis yang membawa penumpang dari pusat kota berhenti di halte. Nicole turun dari sana. Aku bisa melihatnya dari tempatku di bawah pohon, dia menggunakan kaus berlengan panjang berwarna cerah dan terusan jins gelap. Rambut pirangnya digelung di belakang kepala. Sebuah tas berwarna biru mengayun di salah satu bahunya. Kuperhatikan wajahnya, disana tidak tampak luka membiru atau memar apapun. Jika aku benar-benar menyerangnya, pasti ada sesuatu yang tertinggal. Bekas luka atau apapun. Nyatanya tidak. Nicole masih tampil secantik dan seanggun fotonya di f*******: – ia dan suaminya yang terlalu tinggi dan kurus. Aku tidak lagi melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya, atau anting-anting besar yang menggantung di telinganya. Tidak ada perhiasan, wajahnya hanya dipoles oleh make-up tipis dan pakaiannya tidak lagi ketat. Aku rasa dia telah mengalami banyak perubahan. Aku tidak lagi melihat senyumnya yang lebar dan ada guratan di bawah matanya yang menunjukkan kalau dia bukan lagi wanita yang sama. Aku bertanya-tanya apa yang terjadi padanya? Mengapa Nicole merasa perlu menghadiri pertemuan itu? Apa dia mengalami kekerasan dalam rumah tangga? Bagaimanapun aku tidak mengenali suaminya, aku hanya mendapat semua informasi itu dari artikel dengan sumber yang tidak jelas. Suaminya, George Walker, seorang pengusaha kaya raya dengan kariernya yang sukses. Pria yang usianya terpaut dua puluh tahun lebih tua dari Nicole, memiliki pengalaman menikah dengan seorang wanita sebelum Nicole dan pernikahan itu hanya berlangsung selama beberapa tahun. Mereka memiliki bayi laki-laki dari pernikahan itu dan tidak ada informasi lebih dari itu. Aku penasaran. Aku ingin bertanya pada Nicole bagaimana ia menjalani kehidupannya setelah pertengkaran kami. Apa Nicole masih membenciku? Apa yang telah kuperbuat padanya Jumat lalu? Kuputuskan untuk menyimpan pertanyaan itu nanti. Kurasakan kakiku bergetar saat mengikutinya. Nicole berjalan menyusuri jalur yang tidak terlihat asing untukku dan aku sudah bisa menebak tempat apa yang akan dikunjunginya. Dari kejauhan, kutatap Nicole yang memasuki bagunan dua lantai itu. Ia berbicara dengan sorang petugas penerima tamu sebentar kemudian menghilang di tangga yang mengarah ke lantai dua. Aku menunggu hingga siang. Ketika Nicole akhirnya keluar dari bangunan yang sama dengan dua orang wanita lainnya, aku bangkit berdiri dari bangku panjang yang kududuki. Ia berpamitan pada kedua wanita yang tersenyum padanya, Nicole kemudian berjalan melewati jalur pejalan kaki dan menyebrang di pertigaan. Aku harus setengah berlari untuk menyusulnya. Aku tidak yakin tentang apa yang hendak kulakukan, tapi aku tidak berhenti di suatu tempat. Aku terus berlari menyusuri bangunan-bangunan bertingkat, gang-gang sempit dan jalur yang mengarah ke blok A di pusat kota itu. Aku menyerukan nama Nicole sebelum wanita itu mencapai tikungan. Ketika ia tidak juga menghentikan langkahnya, aku berteriak lebih keras. Nicole berbalik saat menyadari kehadiranku. Wajahnya kelihatan resah dan dia menatap ke sekitar ketika aku bergerak mendekat. Satu kakinya bergerak mundur decara perlahan saat ia berusaha menghindariku. “Apa maumu?” tanyanya. Aku mengangkat kedua lenganku, bermaksud meraihnya sebelum ia tepis dengan cepat. “Dengar! Aku tidak bermaksud buruk. Aku hanya perlu berbicara denganmu sebentar..” “Tidak! Apa yang kau inginkan, Sara?” kedua matanya membeliak. Ketika aku tidak juga menjawab, Nicole mengecam. “Jika kau tidak pergi menjauh sekarang, aku akan menghubungi polisi.” “Tidak, tidak.. tolong.. aku hanya ingin bertanya. Aku janji, aku tidak akan menyakitimu..” Nicole tidak memercayai kata-kata itu sedikitpun. “Tidak ada waktu.” “Nicole, tolong..” Nicole menudingkan satu jarinya untuk menghentikanku. “Jangan bergerak mendekat atau kuhubungi polisi sekarang juga! Ini kota yang besar, Sara! Jangan membuat masalah di sini. Aku tidak ingin mencari masalah denganmu. Pergilah!” “Aku minta maaf,” bibirku bergetar saat aku mengatakannya. “Aku benar-benar menyesal, tapi aku perlu mengatakan ini. Aku minta maaf soal kemarin. Aku.. aku menyesal. Aku.. aku tidak bermaksud bertindak kasar itu diluar kendaliku..” “Apa maumu?” Tampaknya Nicole tidak begitu peduli tentang apa yang terjadi jumat kemarin. “Hari jumat itu..” “Kau mabuk!” potongnya dengan cepat. “Kau menakuti bayiku! Kau benar-benar kacau, Sara. Kumohon jauhi keluargaku! Semua sudah berakhir oke?! Sudah cukup, aku tidak ingin melihatmu lagi. Jangan membuntutiku!” “Nicole tunggu!” Dia tampak kesal. “Aku melihatmu mengunjungi pertemuan sosial itu. Aku tahu acara dalam pertemuan sosial itu. Itu.. aku ingin tahu, mengapa kau..” “Tidak.” Sekarang wajahnya terlihat resah. “Apa yang kau tahu tentang itu?” “Tidak ada, aku hanya tahu semua orang yang memiliki masalah dalam hubungan rumah tangganya datang ke sana dan aku melihatmu..” “Kau membuntutiku lagi?” “Tidak.. aku hanya..” “Sudah cukup, Sara! Kau tidak tahu apapun! Berhenti melakukan hal bodoh! Hubungan pertemanan kita sudah berakhir. Semua sudah berakhir! Jangan melakukan hal bodoh, jangan ganggu keluargaku atau aku akan melaporkan tindakanmu pada polisi.” Nicole berbalik, ia melangkah pergi dan aku tidak berusaha mencegahnya. Aku hanya melihatnya bergerak cepat dan menghilang di balik tikungan. Kurasakan jantungku bergerak melambat, kedua mataku terasa menyengat dan luka di kepaku terasa berdenyut-denyut lagi. Aku melangkah meninggalkan tempat itu. Di kepalaku masih tersimpan seribu pertanyaan. Semuanya menjadi semakin aneh. Aku memikirkan segalanya dalam perjalanan kembali ke Lexington malam itu. Begitu sampai di tempat penginapanku, aku menjumpai Nate dan kekasihnya, Cole di lorong lantai tiga. Mereka sedang berbagi ciuman sebelum menyadari kehadiranku. Aku hanya menatap pria itu sekilas, kemudian tersenyum lemah ke arah Nate. Mereka balik menatapku dan aku terburu-buru ketika mencari kunci di dalam tasku. Butuh waktu beberapa detik hingga aku menyadari kalau kuncinya masih menggantung di balik pintu. Aku mendorong pintunya dengan cepat dan menghilang di dalam. Aku hanya ingin menjauh dari pasangan itu, aku ingin menenggelamkan diriku di atas kasur dan menelan obat-obatanku sehingga aku bisa tidur lebih cepat. Aku harus menulis jadwal di agendaku besok, aku tidak memiliki rencana khusus, tapi aku bermaksud untuk memulai segalanya dengan buku yang kutemukan di rak penyimpananku itu. Aku tidak pernah tertarik pada kisah fiksi, tapi yang benar-benar membuatku tertarik adalah nama dalam buku itu. Heath dan Kate. Aku masih penasaran tentang siapa mereka. Apa aku pernah menjumpai mereka sebelumnya? Dimana? Apa kami berteman cukup baik hingga satu dari dua wanita itu meninggalkan bukunya di rak penyimpananku? Apa aku memiliki suatu memori tentang mereka? Dimana aku meletakkannya? Bagaimana semuanya bisa hilang? -- Beritahu saya tanggapan kalian..

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN