"Selamat ulang tahun, Sayang." Irina yang baru saja membuka mata terkejut saat melihat ada sosok wanita lain di kamarnya yang tengah memegang kue dan kado. Senyum manis terbit di bibirnya saat melihat Avara masih mengingat ulang tahunnya walaupun telat. "Kau ingat hari ulang tahunku?" "Pasti, mana mungkin aku bisa melakukan hari ulang tahun wanita yang aku cintai. Aku tidak sempat menghubungimu dan merayakannya karena aku sedang perjalanan pulang ke Amsterdam dan sangat lelah. Maaf ya?" "Tidak apa-apa," jawab Irina sambil mengangguk memaklumi kondisi Avara saat itu. "Ayo tiup lilin dan potong kuenya." Untuk kedua kalinya Irina meniup lilin dan memotong kue dan keduanya saling menyuapi satu sama lain. Irina bahagia meski mereka tak menjadi sepasang kekasih lesbian lagi namun Avara tet