12 - Rumor

2609 Kata
Rumah yang dibicarakan Ish sangat besar dan luas. Ada tiga kamar tidur di dalamnya, ruang makan dan ruang tengah yang sangat besar, dapur yang memiliki perlengkapan yang sangat lengkap, sebuah ruangan dengan alat tempa dan cawan yang besar, bahkan ada tempat pemandiannya di sisi taman yang lebih luas dari rumah Ish. Zeth baru saja membantu Jura dan Syville memindahkan barang belanjaan mereka, dan ia sudah tidak ingin pergi dari rumah ini. Rumah ini bisa dibilang sangat mewah, karena tidak hanya lampu untuk menerangi setiap sudut rumah ini menggunakan batu sihir, pancuran air di tempat pemandian dan bahkan yang ada di dapur juga menggunakan batu sihir. Menyebarkan seluruh pandangannya ke setiap sudut ruangan, dengan nada yang terdengar sedih Jura berkata, “Seharusnya aku bilang kita tinggal di tempat ini lebih dari satu bulan!” Syville menganggukkan kepalanya setuju. “Rumah ini terlihat sangat nyaman! Bahkan ruangan yang ada di tempat Presiden itu saja kalah bagus dari rumah ini.” “Bahkan kasurnya juga sangat empuk!” kata Key yang menyahutkan pendapatnya dari salah satu kamar tidur rumah itu. Syville menghembuskan napas panjang, begitu pula dengan Jura. “Aku akan membuat makan malam terlebih dahulu. Kalian istirahatlah.” “Biarkan aku membantumu,” kata Jura yang mulai menggulung lengan bajunya. “Sebaiknya tidak,” kata Lucius cepat, menarik Jura menjauhi dapur. Meski tidak seburuk masakan Key, Jura hanya pintar dalam meracik bumbunya saja. Dalam hal membakar, atau merebus … Jura tidak memiliki kemampuan itu sama sekali! “Tidak apa-apa, Jura. Aku sudah mahir dalam memasak!” tambah Syville. “Tapi aku bisa membantu untuk memotong sayuran …” Belum sempat Jura menyelesaikan perkataannya, Lucius sudah mengambil pisau yang Jura pegang. “Biarkan aku membantu Syville. Bukankah kau harus memeriksa ruang tempa itu?” Jura membentuk mulutnya seperti ‘o’ besar sambil menepuk keningnya pelan. “Benar juga! Aku harus membersihkan peralatannya juga, jadi besok aku bisa mulai menempa!” Dengan langkah yang ringan, Jura menuju ruang tempa itu. Terdengar Lucius dan Syville yang mendesah lega setelahnya. Entah kenapa Zeth tertawa geli melihat sikap mereka. Meski ia juga merasa lega karena Jura berhasil dijauhkan dari dapur. Melihat Syville dan Lucius yang ada di dapur, pasti masakan malam ini akan sangat lezat! Karena bingung harus melakukan apa, akhirnya Zeth kembali melatih kuda-kudanya dengan menggunakan belati yang diberikan oleh Etna. Entah sudah berapa lama ia berlatih, Syville memanggilnya dan menyuruh ia untuk makan. Ia juga meminta tolong pada Zeth untuk membangunkan Key yang ternyata langsung tertidur karena kasur yang empuk. Sedangkan Lucius harus menarik Jura dengan paksa karena ia terlalu fokus pada setiap alat tempa di ruangan itu. “OoooOoooh! Mewah sekali!” sahut Key sambil menahan air liurnya yang hampir menetes ketika ia sudah melihat makanan yang ada di atas meja makan. Dengan pipi yang sedikit merah, Syville tertawa pelan. “Berhubung semua bumbu, peralatan dapur dan bahan makanannya sangat bagus, sangat sayang jika dibuat masakan biasa.” Lucius mengangguk menyetujui perkataan Syville. “Tidak ada salahnya berpesta seperti ini! Bukankah kita terlalu serius dalam menjalani misi apalah itu?” kata Jura sambil meletakkan piring dan peralatan makan lainnya di depan mereka. “Itu benar. Kita juga sudah memiliki koin emas yang banyak kali ini!” tambah Syville. “Tunggu apa lagi, ayo kita makan sebelum dingin.” Dengan perut mereka yang berbunyi pelan, akhirnya mereka melahap makanan di atas meja itu dengan senang. Jura terus menerus mengisi piring Lucius dengan berbagai macam masakan, ia bilang tubuh Lucius terlalu kurus. Lucius tetap diam dan hanya melahap habis setiap makanan yang diberikan oleh Jura. Di sisi lain, Syville juga ikut memasukkan berbagai macam sayuran ke piring Key, karena dari tadi Key hanya mengambil daging, daging, dan hanya daging ke dalam mulutnya. Dengan kening yang berkerut dan wajah yang sangat jelas tidak menginginkannya, Key memakan sayuran itu dengan lambat. Sesekali melemparkan brokoli dan tomat pada piring Zeth ketika Syville tidak melihat. Zeth hanya tersenyum tipis melihat tumpukan brokoli dan tomat di piringnya, tetapi ia tidak mengeluh. Terasa sudah sangat lama sekali ia tidak merasakan suasana yang nyaman seperti ini, berbincang ringan di meja makan. Sejenak, Zeth dan yang lainnya melupakan misi yang harus mereka jalani itu. . . Setelah masakan yang ada di meja makan tersapu bersih, Key langsung tertidur dengan nyenyak di sofa yang ada di ruang tengah; Lucius membersihkan belatinya dengan serius; Jura dan Syville mencuci peralatan makan mereka di dapur; dan Zeth melakukan sedikit peregangan agar makanan yang ada diperutnya cepat tercerna, ia terlalu banyak makan malam ini. Syville menggelengkan kepalanya melihat Key yang tertidur dengan nyenyak. “Apa malam ini kita langsung tidur saja?” Jura duduk di sebelah Key setelah menyingkirkan kakinya dari atas sofa. Meski demikian, Key tidak terbangun juga. “Besok pagi aku harus ke kota membeli beberapa peralatan yang lebih keren dari pada yang kita miliki saat ini! Dengan semua batu alam yang kita miliki, aku sangat percaya diri bisa membuat mahakarya yang luar biasa! Serangan dari Demolux bersaudara itu hanya akan terasa seperti gelitik pelan.” “Kalian tidur terlebih dahulu, aku belum ngantuk,” kata Lucius pelan. “Kau tahu tempat ini sangat aman, ‘kan? Bahkan Key yang sangat waspada saja bisa tidur dengan nyaman,” kata Jura yang masih memerhatikan Lucius membersihkan belati miliknya. “Aku tahu. Hanya saja aku belum mengantuk.” Jura hanya menganggukkan kepalanya singkat. “Kalau begitu, Zeth kau sekamar dengan Lucius! Aku akan sekamar dengan Syville.” “Berhubung kamarnya ada tiga, berarti Key bisa tidur sendiri. Tetapi … dia sangat sulit sekali dibangunkan meski dari tadi aku coba membangunkan dia!” Syville mengeluh sambil menutup hidung Key yang masih tertidur nyenyak. Meski melakukan hal itu, Key tetap tidak bangun dari tidurnya. Padahal biasanya ketika mereka tidur di luar, hanya mendengar gemerisik daun ia langsung terbangun. “Aku akan memindahkannya, kalian tidurlah duluan,” kata Zeth pelan. Syville saling tatap dengan Jura, kemudian menganggukkan kepala mereka lalu mengucapkan selamat malam. Lucius masih perlu membersihkan perlengkapannya yang lain dan menyuruh Zeth untuk tidur terlebih dahulu. Setelah mengucapkan selamat malam pada Lucius, dan memindahkan Key ke kamar yang kosong, Zeth berjalan menuju kamarnya yang memiliki dua kasur yang dirapatkan pada dinding kamar. Lampu dengan batu sihir di kamar itu tidak terlalu terang, sehingga cukup nyaman untuk lampu tidur. Dengan cepat, ia tertidur dengan lelap. Tetapi, Zeth tidak sadar jika Lucius tidur di kamar itu atau tidak. . . Tubuh Zeth benar-benar terasa nyaman ketika bangun keesokan paginya. Sudah lama ia tidak tidur di atas kasur yang empuk. Tercium aroma yang lezat ketika ia keluar dari kamar tidurnya, dengan senandung riang Syville memasak sarapan di dapur. Terlihat Lucius yang sedang membantu Jura di ruang tempa, sedangkan Key … sepertinya ia masih tidur. “Selamat pagi, Zeth!” sapa Syville ceria. Zeth tersenyum pada Syville. “Selamat pagi, Syville. Perlu kubantu?” Syville menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak apa-apa, sudah hampir selesai. Bagaimana jika kau membantuku untuk memindahkan makanan yang sudah jadi ke meja makan?” Zeth menganggukkan kepalanya, kemudian membantu Syville menyiapkan meja makan. Dengan senyuman puas yang ada di wajahnya, Jura dan Lucius keluar dari ruang tempa itu. “Persiapannya sudah selesai! Bisa kau keluarkan batu alam itu dari tasmu, Syville?” “Oh. Tunggu sebentar,” kata Syville sambil mengeringkan tangannya. Kemudian ia mengambil tasnya yang ia simpan di ruang tengah. Meski Zeth sudah sering melihat Syville mengeluarkan benda yang lebih besar dari tas itu, Zeth tetap takjub setiap kali Syville melakukannya. Dengan dentuman yang cukup keras, kantung yang sangat besar berisi puluhan atau mungkin ratusan ribu koin emas. Dengan cepat Jura berlari menuju kantung itu dan membenamkan tangannya untuk mencari kantung yang lebih kecil yang berisi ratusan batu alam di dalamnya. ”Ah ... ini seperti mimpi. Batu alam ini sangat murni! Kekuatan bertarung kita akan melonjak drastis!” kata Jura dengan matanya yang berbinar cerah. “Oh iya. Karena aku akan menempa senjata dan pakaian kita, apa kalian ingin menggunakan pakaian itu saja?” Syville mengerutkan keningnya bingung. “Maksudmu? Apa pakaian yang kau tempa itu akan hilang ... kekuatannya ketika dilepas ... ?” Jura mengangguk semangat. “Itu benar. Bagaimana jika kita membeli beberapa aksesori saja? Jadi, aksesori itu yang akan mendapatkan efek dari hasil tempaanku. Sehingga kita bisa mengganti pakaian apa saja dan kapan saja.” “Aku setuju. Lagi pula, aku tidak pernah ingat kapan kita mengganti pakaian kita …” kata Syville. Jura menempelkan telunjuknya di bibir. “Jangan bicarakan hal itu. Itu hanya detail minor yang tidak perlu ditulis.” Ia menepukkan tangannya semangat kemudian mengambil beberapa koin emas. “Baiklah, ayo kita pergi. Key bisa menjaga rumah, salah sendiri ia tidur terlalu lama!” “Aku tidak ikut,” kata Lucius yang sudah duduk di sofa ruang tengah sambil mengangkat kakinya ke meja. “Setelah istirahat sebentar, aku ingin melatih kuda-kudaku. Untuk masalah pakaian, kau bisa membelikanku jubah pendek dengan penutup kepala. Sisanya terserah kalian.” “Ohh … apa kau bersedia menggunakan anting, gelang, kalung dan semacamnya?” tanya Jura meledek. Entah kenapa, Lucius malah tersenyum. “Tidak masalah. Cincin juga boleh, asalkan sepasang denganmu.” Jura berhenti meledek Lucius ketika ia mengatakan itu. Terlihat wajahnya yang mulai memerah. “T-tentu saja! Jika kau setuju tidak masalah. Kita semua juga bisa menggunakan cincin yang sama. Betulkan, Syville?” Syville tertawa geli melihat Jura yang salah tingkah. “Aku tidak terlalu suka dengan cincin. Kau saja, Jura.” “Bagaimana denganmu, Zeth?” Sengaja memasang wajah yang terlihat kesusahan, Zeth berkata, “Hmmm … aku juga tidak terlalu suka dengan cincin. Takutnya hal itu menghalangiku saat menggunakan busur. Mungkin Key juga tidak terlalu setuju.” Jura merasa tidak ada yang membantunya. “Hmph! Aku akan membuatmu memakai sepasang anting, Zeth! Lihat saja nanti!” Jura menarik tangan Syville dan langsung berjalan keluar rumah. “Tunggu, Jura. Sebaiknya kita sarapan dulu … aku sudah memasak roti panggang dan beberapa makanan lainnya. Ada teh kesukaanmu juga.” Jura langsung berhenti dan berbalik badan. Ia duduk di kursi meja makan dengan wajah yang masih semerah tomat. Syville dan Zeth terkekeh pelan, kemudian ikut makan. Dengan santai, Lucius duduk di sebelah Jura. Mendengar suara dentingan dari arah ruang makan, Key langsung terbangun dan bergabung dengan yang lainnya untuk sarapan. Dengan sukarela, Zeth membersihkan meja makan sendiri. Menyuruh Jura, Syville dan Key pergi untuk membeli perlengkapan mereka agar tidak terlalu sore ketika mereka selesai. Setelah selesai membersihkan semuanya, Zeth ikut duduk di ruang tengah, melihat Lucius yang memejamkan matanya sambibl menyilangkan tangannya di d**a. Kemudian Zeth melihat belati yang ada di pinggangnya. Setelah mendapatkan senjata dari Etna dan Artemis, ia harus lebih menyempurnakan gerakan bertarungnya. Andai saja Lucius tidak keberatan melatih Zeth sebentar … Seperti bisa membaca pikiran Zeth, Lucius berkata, “Ingin ikut latihan bersamaku?” Zeth mengangkat wajahnya ke arah Lucius, dan melihatnya sudah berdiri sambil mengeluarkan belatinya. Entah kenapa, Zeth tersenyum tipis. “Tentu. Bagaimana jika di taman belakang? Tempat itu lebih luas.” . . Terlihat matahari yang hampir condong ke arah barat. Lucius tidak membiarkan Zeth istirahat sebentar saja. Jura, Syville dan Key masih belum kembali. Beberapa kali terlihat Lucius yang memalingkan wajahnya ke arah gerbang masuk rumah itu. Wajahnya terlihat khawatir. Meski demikian, ketika Zeth menyerang Lucius yang tidak menatapnya, ia masih bisa menangkis atau menghindari serangan Zeth. “Kau ingat kata Jura kemarin malam? Kota ini sangat aman. Tidak mungkin Demolux bersaudara itu menyerang,” kata Zeth pada Lucius yang sekali lagi terlihat khawatir. “Aku tahu,” katanya cepat, kembali menatap Zeth. “Jika kau khawatir seperti itu, mungkin aku bisa mencari mereka di alun-alun. Bagaimana?” Lucius tersenyum tipis. “Kau sebenarnya ingin berhenti latihan ini, bukan? Apa kau benar-benar selelah itu?” Sial, dia tahu, kata Zeth dalam hati. “T-tentu tidak. Aku juga khawatir pada mereka.” Lucius mendesah pelan, kemudian kembali memasukkan belatinya ke dalam sarungnya. Ia bahkan tidak mengeluarkan keringat sedikit pun. “Baiklah jika kau ingin kabur. Cepat kembali jika kau sudah menemukan mereka.” Padahal dari tadi dia juga ingin mencari mereka, kan? “Baiklah. Kalau begitu aku pergi.” . . Zeth tidak bisa berhenti melihat alun-alun kota itu. Matahari yang sudah hampir terbenam memantulkan cahaya jingga yang indah. Banyak orang-orang yang lalu lalang di jalan itu, beberapa orang tersenyum ramah pada Zeth meski tidak mengenalnya. Ia kembali terhenti ketika melihat pantulan cahaya dari sungai yang mengalir sepanjang kota itu. Seketika ia teringat oleh Elen. Kira-kira, apa yang sedang ia lakukan sekarang? Zeth hanya bisa menggelengkan kepalanya mencoba untuk menghilangkan pemikiran itu. Sekarang, ia harus mencari Syville dan yang lainnya. Seketika, darah pada seluruh tubuh Zeth terasa berhenti mengalir. Di depannya, ada seseorang yang terlihat sangat mirip dengan Elen. Rambut berwarna pirang yang terlihat seperti keemasan ketika terkena sinar matahari, dan mata yang terlihat lembut dengan warna semurni emas. Ia tertawa ketika berbicara pada penjaga kios buah. Setelah membungkukkan tubuhnya berterima kasih, ia mulai berjalan menjauhi Zeth sambil membawa kantung belanjaannya. Tanpa sadar, Zeth berlari menyusul gadis itu. Setelah dekat, ia memegang bahunya. Gadis yang terlihat seperti Elen berputar menatapnya dengan mata yang cerah. Ia memiringkan kepalanya terlihat bingung pada Zeth, kemudian berkata, “Umm … apa kau butuh sesuatu?” Zeth menarik tangannya dari bahu gadis itu. Dadanya seketika sakit. Ia memaksakan senyumnya kemudian berkata, “Ah ... maaf. Aku salah orang.” Gadis itu tertawa pelan pada Zeth. “Apa wajahku memang mirip dengan banyak orang? Orang-orang sering berkata itu padaku.” “Eh, bukan. Maksudku—” “Maaf aku terlambat, Lena. Siapa dia?” kali ini, seseorang yang benar-benar mirip dengan Erik berjalan menuju Zeth. “Ah ... sepertinya aku mirip dengan temannya,” kata gadis yang dipanggil Lena itu. Lelaki yang mirip dengan Erik membentuk mulutnya seperti huruf ‘O’. “Bukankah wajahmu memang pasaran?” Lena menyikut rusuk seseorang yang terlihat mirip dengan Erik, kemudian mereka berdua tertawa. Zeth hanya bisa tersenyum miris melihat mereka berdua. “Ngomong-ngomong, aku baru melihatmu di kota ini. Apa kau dari luar kota?” tanya Lena. Setelah mengedipkan mata berkali-kali, akhirnya Zeth mendapatkan kembali suaranya. “Itu benar. Aku berasal dari luar kota. Teman-temanku belum kembali ke tempat kami menginap. Katanya mereka pergi ke alun-alun kota untuk membeli ... sesuatu.” Seseorang yang terlihat seperti Erik menganggukkan kepalanya mengerti, kemudian berkata, “Untuk seseorang yang baru datang ke kota ini, sebaiknya kau harus hati-hati. Kau ingat? Untuk sampai ke kota ini harus melewati hutan, bukan? Nah, di dalam hutan itu ada sebuah gua. Sebaiknya kau dan teman-temanmu menjauhi gua itu.” Zeth mengerutkan keningnya tidak mengerti. “Kenapa?” “Jika kau mendekati gua itu, bahkan memasukinya ... bisa-bisa kau akan—” “ADA KORBAN LAGI! JAUHI GUA YANG ADA DI HUTAN ITU!” Seorang lelaki berlari menuju alun-alun kota dan mulai berteriak, memotong perkataan Lena. “IBLIS KEMBALI MARAH! IA AKAN MEMBUNUH KITA SEMUA!!” Zeth masih terkejut dibuatnya. Lena memegang keras tangan seseorang yang mirip dengan Erik. “Kau dengar itu, kan? Jauhi gua itu.” “Maksudnya dengan iblis apa?” “Di dalam sana ada iblis yang memakan siapa saja yang memasukinya. Meski semua orang tahu gua itu berbahaya, entah kenapa mereka masih tetap memasukinya … Bukankah itu aneh, benar ‘kan, Karl?” Ternyata orang yang mirip dengan Erik ini bernama Karl. “Itu benar. Mungkin iblis itu memiliki sihir atau semacamnya yang bisa memikatmu untuk masuk ke dalam gua itu tanpa sadar.” Lena mengerutkan keningnya khawatir. “Mungkin … semoga temanmu baik-baik saja.” Wajah Zeth semakin pucat pasi. “Terima kasih telah memberi tahuku. Aku harus kembali.” Ia tersenyum kemudian mulai berlari kembali ke rumah itu, semoga saja Syville dan yang lainnya segera pulang setelah mendengar kabar itu ... Entah karena ada dorongan apa dari hatinya, sebelum Zeth berlari terlalu jauh dari mereka, ia kembali memutar tubuhnya dan berkata, “Semoga kalian berdua bahagia! Kalian berdua sangat cocok.” Perkataan Zeth membuat wajah Lena dan Karl sama-sama merah. . . “Ah! Zeth!” sahut Syville yang berdiri di taman rumah itu. Jura dan Key juga berada di sana. Zeth bisa mengerti kenapa wajah Lucius begitu kaku. Zeth menarik napasnya lega setelah melihat Syville dan yang lainnya baik-baik saja. “Sungguh. Aku menyusul kalian ke alun-alun kota. Kukira kalian dimakan oleh iblis itu.” “Kau juga mendengarnya?” tanya Key. Zeth mengangguk. “Kudengar ada iblis yang diam di sebuah gua di dalam hutan dekat kota ini.” Jura melirik Lucius dengan khawatir, Lucius hanya melipat tangannya di d**a. Merasa tatapan dari Jura, Lucius membalas tatapan itu. “Aku tidak akan pergi ke gua itu. Percayalah padaku.” Jura ikut melipat tangannya di d**a. “Kau berjanji?” Lucius mendesah sambil memutar kedua bola matanya. “Terserah kau jika tidak percaya,” katanya singkat kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. “Sebenarnya aku bingung dengan sifat Lucius. Kadang ia baik, penurut, memiliki perhatian yang berlebihan pada Jura, tetapi ia juga terkadang memiliki sifat yang bertentangan dari hal itu,” kata Key sambil menggelengkan kepalanya. Jura mendesah panjang. “Sebaiknya kita masuk ke dalam. Aku akan mulai menempa peralatan kita nanti malam.” “Baiklah, aku akan mulai memasak makan malam terlebih dahulu,” kata Syville. “Oh! Aku ingin makan daging panggang yang seperti kemarin, Syville. Itu sangat enak!” sahut Key semangat menyusul Syville dan Jura masuk ke dalam rumah. Meskipun Zeth ingin memercayai perkataan Lucius, ia tahu dari sifatnya kalau Lucius akan pergi diam-diam ke gua itu ketika semuanya sudah tidur. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN