15 - Sang yang 'Tidak' Terpilih

1240 Kata
Zeth masih duduk terdiam memandangi bintang yang bertaburan di langit malam. Bulan sudah sepenuhnya hilang, akan digantikan dengan bulan yang baru beberapa hari lagi. Hembusan angin dingin membuat semak-semak dan pepohonan yang ada di taman kecil tempatnya duduk saat ini menghasilkan suara gemerisik. Perkataan Lucius masih terus terngiang di telinganya. “Sadarlah, Jura. Kita tidak memiliki peluang untuk menang. Setiap The Oblivion tidak pernah memiliki peluang untuk menang.” Zeth kembali mendesah, ia mencoba untuk merebahkan tubuhnya. Namun, kepalanya terbentur sesuatu. Ia melihat ke atasnya, dengan senyuman, Syville membungkukkan tubuhnya tepat di depan Zeth, wajahnya sangat dekat. Dengan cepat, Zeth menegakkan tubuhnya. “Kau belum tidur?” “Kau sendiri?” tanya Syville. Kemudian ia duduk di sebelah Zeth. “Aku masih memikirkan apa yang dikatakan ... Lucius.” “Aku juga,” kata Zeth cepat. Kemudian ia kembali merebahkan tubuhnya. Seperti ini bintang terlihat lebih jelas. “Tapi, dia ada benarnya, ‘kan? Dengan kekuatan kita yang seperti ini, kita tidak mungkin menang melawan Demolux bersaudara.” Syville ikut merebahkan tubuhnya. “Susah, ya? Andai saja ada keajaiban.” “Ya, andai saja ada keajaiban,” ulang Zeth. Ada kesunyian di antara mereka. Zeth masih memandangi taburan bintang di langit. Entah sudah berapa lama mereka terdiam, Zeth memalingkan wajahnya kepada Syville. Awalnya, ia pikir Syville tertidur karena ia diam saja. Namun, ternyata Syville sedang memain-mainkan kalung yang ia kenakan di tangannya. “Aku baru sadar kalau kau menggunakan kalung,” kata Zeth. “Oh ... ini.” Syville menarik kalungnya lebih tinggi, memperlihatkannya pada Zeth. “Kalung ini pemberian kakakku ... sudah lama sekali. Ia terpilih sebagai The Oblivion, sepupumu juga, bukan?” “Iya. Mereka berdua terpilih sebagai The Oblivion tepat sebelum kita ...” Zeth menggantungkan kata-katanya. Ia kembali mengingat perkataan Fira. “Hei. Ini ... hanya kemungkinan. Apa mungkin seseorang yang terpilih sebagai The Oblivion bisa memanggil orang yang mereka kenal untuk menjadi The Oblivion selanjutnya?” Syville memiringkan kepalanya tidak mengerti. “Yang selalu kupikirkan, seseorang yang terpilih sebagai The Oblivion terpilih karena memiliki potensi atau ... ‘bakat’ alami yang dimiliki olehnya. Kenapa kau menanyakan hal itu?” “Ah ... aku hanya memikirkan sesuatu. Jika memang benar orang yang terpilih sebagai The Oblivion memiliki ‘bakat’, bukankah bakatku sangat ... tidak berguna? Maksudku ... selalu mengenai sasaran yang aku bidik?” “Memang kenapa? Bukankah itu sebuah bakat?” “Syville, kau pernah bertarung melawan orang lain, bukan?” tanya Zeth sambil menatap mata Syville. Syville terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan Zeth. Tetapi akhirnya ia mengangguk untuk menjawabnya. “Jika diingat baik-baik. Jura seseorang yang memiliki sihir dan juga mahir bertarung jarak dekat; Lucius pembunuh bayaran dan memiliki kontrak dengan ... iblis; Key seorang pemburu dan memiliki kecepatan yang melebihi rata-rata; dan Baron seorang tukang pukul dengan kekuatan penghancurnya yang sangat kuat,” Zeth melanjutkan perkataannya. Mengingat semua kemampuan teman-temannya. “Mereka semua, termasuk kau ... memiliki pengalaman dalam bertarung dan juga sebuah bakat. Sedangkan aku? Jika benar ketepatanku sebuah bakat, aku tidak memiliki pengalaman bertarung seperti kalian! Berkelahi dengan temanku saja tidak pernah. Lalu, kanapa aku bisa terpilih sebagai The Oblivion?” Syville mengusap-usap dagunya berpikir. “Jika setiap anggota The Oblivion memiliki bakat, dan sekaligus pengalaman bertarung ... akan sangat aneh jika kau terpilih ...” Syville menggelengkan kepalanya. “Tetapi, mungkin memang karena ‘bakat’mu itu sendiri kau jadi terpilih?” “Kau mengingat perkataan Fira saat kita bertarung di dalam menara? Ia berkata ‘Seharusnya kau tidak berada di sini, di tempat ini,’ kepadaku. Mungkin ... seharusnya memang aku tidak berada di sini? Seharusnya aku tidak terpilih sebagai ... The Oblivion?” “Lalu bagaimana bisa kau terpilih?” Syville menaikkan kedua alisnya. Sepertinya ia mulai mengerti apa yang dipikirkan oleh Zeth. “Apa ini ada sangkut pautnya dengan pertanyaanmu? Tentang ‘Apa mungkin seseorang yang terpilih sebagai The Oblivion bisa memanggil orang yang mereka kenal untuk menjadi The Oblivion selanjutnya’?” “Nah, itu lah yang aku pikirkan. Bagaimana jika Rika ... jika sepupuku entah bagaimana caranya membuatku terpilih sebagai The Oblivion dengan sebuah ... ‘bakat’?” “Bakat sepupumu, ya?” Syville kembali mengusap dagunya. “Apa kau ingat bagaimana sepupumu itu, Zeth?” Meski Zeth ingatan tentang Rika sudah kembali seutuhnya, entah kenapa Zeth masih tidak bisa mengingat apakah Rika memiliki kemampuan yang luar biasa. Dengan kepala yang mulai berdenyut menyakitkan, akhirnya ia berkata, “Entah kenapa aku tidak terlalu ingat dengan dirinya yang memiliki kekuatan atau tidak. Apa … apa ada sangkut pautnya dengan Bibi Et dan Paman Josh?” “Maksudmu? Kenapa dengan bibi dan pamanmu?” “Di masa ini mereka berdua penyihir hebat, bukan? Bagaimana jika entah dengan apa caranya tiba-tiba saja ... sepupuku memiliki kekuatan sihir yang hebat? Tanpa sepengetahuan bibi, paman, bahkan diriku?” Syville mengerutkan keningnya. “Aku ... aku pikir ... mungkin ia memang memiliki suatu bakat ... tapi aku tidak yakin, Zeth. Aku tidak mengerti.” Zeth tertawa singkat. “Apa itu artinya ... aku bukan seseorang yang ‘terpilih’? Aku menjadi seorang The Oblivion ... karena sepupuku menggunakan bakatnya untuk memanggilku ke tempat ini?” “Aku ... aku tidak tahu,” kata Syville singkat, jelas ia juga mulai pusing memikirkannya. Zeth mendesah kencang. Kemudian ia berdiri dari duduknya. “Sebaiknya kita tidur,” katanya sambil mengulurkan tangannya membantu Syville berdiri dari duduknya. “Zeth. Jangan sampai hal tadi ... membuatmu jadi kepikiran, ya? ‘Bakat’mu merupakan hal yang nyata. Percayalah. Kemudian ... jika memang sepupumu memanggilmu ke sini dengan bakatnya ... mungkin ia masih hidup sampai saat ini. Ia memiliki kekuatan yang sangat kuat, yang mungkin saja bisa mengubah nasib para anggota The Oblivion. Kemudian perkataan Lucius … mungkin kita yang akan mengubahnya. Kita yang akan mengubah tentang para ‘The Oblivion’ yang tidak memiliki peluang untuk menang.” Mendengarnya, Zeth hanya bisa tersenyum dengan miris. “Ku harap juga begitu. Selamat malam, Syville,” kata Zeth sambil membalikkan badannya, dan berjalan menuju kamarnya. “Selamat malam, Zeth,” Suara Syville terdengar sedih ketika menjawabnya. . . Zeth merasa tubuhnya seperti tenggelam di dalam air yang sangat dingin. Tubuhnya mulai menggigil dan mungkin saja sudah membeku. Sebuah cahaya yang tidak jauh di depannya muncul perlahan-lahan. Kemudian, ia mendengar sebuah suara. Suara bisikan yang terdengar jauh. “Kau bisa melakukannya?” tanya suara itu. Zeth merasakan kepalanya yang mengangguk. “Bagaimana? Apa kau tertarik?” tanyanya. Namun, bukan suara miliknya yang terdengar. Suara itu terdengar seperti seorang gadis. Apa ia berada di tubuh seseorang? Apa ini ingatan Rika? “Kau hanya ingin menggunakanku, bukan?” “Meskipun kau tidak menerima tawaranku, kau tetap akan --------, bukan?” Cahaya yang berada di depannya terlihat meredup, dan air dingin yang mengelilingi tubuh Zeth terasa bergetar. “Kau berjanji akan memberikanku --------?” “Aku berjanji.” “Baiklah, aku menerima tawaranmu. Tetapi ...” “Tetapi?” “Mungkin saja diriku saat ini tidak akan sama lagi saat kau kembali ke tubuh aslimu. Karena, ----------” “Apa maksudmu -------------?” Sekali lagi, cahaya yang ada di depannya kembali meredup. “Kemungkinan kau tidak akan ---------. Tetapi jika ---- datang lebih cepat, mungkin kau bisa bertahan.” “Lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali. Lagi pula sebentar lagi aku akan mati.” Cahaya itu kembali meredup, Zeth bisa merasakan kesedihan di sekelilingnya. “Semoga kau berhasil.” . . Seketika, tubuh Zeth serasa dihempaskan ke udara. Kepalanya serasa berputar dan terbelah menjadi dua. Pandangannya dibutakan oleh cahaya yang tiba-tiba saja menyelimuti dirinya. Dengan rasa sakit luar biasa yang dirasakan oleh kepalanya, Zeth akhirnya membuka kedua matanya. Ia baru saja terjatuh dari atas kasur. Lucius yang kemungkinan masih tidur, langsung berdiri di atas kasurnya dan menyiapkan belati di tangannya. Setelah melihat sekeliling, ia mendecakkan lidahnya dan kembali memasukan belatinya. “Kupikir ada p*********n tiba-tiba. Ternyata kau terjatuh dari kasur, Zeth.” Zeth berdiri dengan susah payah sambil mengusap rasa sakit yang ada di kepalanya. “Maaf. Memang tidak jarang aku terjatuh dari kasur.” Lucius mendesah pelan, kemudian ia kembali merebahkan tubuhnya dan mengangkat selimut sampai dagunya. Ia kembali tidur. Zeth masih mengusap kepalanya yang sakit. Ia ... kembali bermimpi tentang Rika, bukan? Apa itu sesuatu yang dilihatnya sekarang? Atau sebuah memori masa lalunya? Yang jelas, ia tahu pasti. Rika mendapat sebuah kekuatan dari seseorang yang membuat semua pemikirannya mungkin saja terjadi. Zeth tidak memiliki ‘bakat’ apa pun. Zeth bukan seseorang yang terpilih. Seharusnya, Zeth bukan anggota The Oblivion. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN