04 - Cawan

2137 Kata
Syville menyipitkan matanya karena cahaya yang menusuk tiba-tiba. Jura yang berada di depannya masih menggenggam erat tangannya, dan Ish baru saja keluar dari portal yang berada di belakangnya. Tiba-tiba saja, portal yang baru mereka lewati lenyap seketika. Syville mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia tidak melihat Zeth, Key dan Lucius. “Kenapa portalnya menghilang?” Jura memerhatikan dinding yang sebelumnya terdapat portal yang baru saja mereka lewati. “Sudah kuduga. Portal yang baru saja kita lewati mengirimkan kita secara acak ke dalam menara ini. Tentu portalnya akan langsung menghilang, agar kita tidak bisa kembali menuju pintu masuk menara ini.” Jura mengedarkan pandangannya dengan kening yang berkerut. “Ke mana Lucius?” “Aku juga tidak melihat bocah tinggi itu dan Key. Apa kita terpisah dengan mereka?” tanya Ish. “Jika kita terpisah dengan mereka, akan sangat gawat,” gumam Jura pelan. “Ayo kita masuk lebih dalam. Mungkin mereka sudah berjalan terlebih dahulu?” . . Entah sudah berapa lama mereka berjalan masuk ke dalam menara ini, tetapi lorong yang mereka lewati tidak terlihat ujungnya. Bahkan, ia tidak melihat pintu menuju ruangan lain atau jalan bercabang lainnya. Meski ada beberapa celah kecil dari dinding yang bisa Jura dan yang lainnya lewati, mereka tidak mau mengambil resiko untuk memasukinya. Kemungkinan mereka kembali bertemu Zeth, Lucius dan Key bisa hilang. Jura merasa ia mendengar bisikan Mana dari sisi lain kristal yang melapisi seluruh tempat itu. Ish berjalan di depan kelompok mereka, sambil menggenggam erat pedangnya, berkata dia akan melindungi Jura dan Syville dari setiap makhluk yang senang hati melukai mereka. “Sekarang aku yakin, kita terpisah dari Zeth dan yang lainnya. Apa mungkin mereka dikirim ke bagian lain dari menara ini?” tanya Syville. “Mungkin. Dari luar, aku tidak bisa melihat seberapa luas menara ini. Apalagi lorong ini terlihat tidak ada ujungnya. Kemungkinan ada jalan lain juga jika kita melewati celah yang ada di dinding itu,” jawab Jura. Ish menengokkan kepalanya pada Jura. “Apa kita harus mengambil jalan yang lain?” “Sebaiknya ... tidak. Aku khawatir jika kita memasuki jalan yang lebih kecil, kita akan kesulitan bertemu dengan Lucius dan yang lainnya.” Syville mengangguk setuju. “Semoga saja mereka juga melewati jalan yang lebih besar.” Ish mengangkat kedua bahunya. “Yah. Aku hanya berpikir mungkin menara ini menyimpan banyak harta karun di dalamnya. Seperti emas atau senjata.” Jura tersenyum mendengarnya. “Bisa jadi, tetapi sebaiknya kita mencari Lucius dan yang lainnya terlebih dahulu. Semoga saja kita tidak bertemu dengan monster apa pun sampai menemukan mereka.” Seperti jawaban dari ucapan Jura, tiba-tiba saja mereka mendengar raungan keras yang memekakkan telinga. Lantai yang mereka pijak bergetar, dan langit-langit di atas mereka seperti akan runtuh. Dari ujung lorong, keluar monster setinggi enam meter, tubuhnya dilapisi oleh kristal yang terlihat sama seperti kristal yang mengelilingi menara tempat mereka berada. Dengan tangan yang gemetar hebat, Ish mengangkat senjatanya tinggi-tinggi ke arah monster itu. Jura menarik Syville ke belakangnya. “Bi-biarkutanganidia,” kata Ish terdengar tidak meyakinkan. “Kau tidak perlu memaksakan diri,” jawab Jura sambil menyiapkan tongkat sihirnya. “Biarkan aku yang membereskan dia.” Ish tertawa pelan. “Salah satu tugas seorang lelaki untuk menjaga keselamatan seorang wanita. Jadi, diam dan sembunyi di belakangku.” Jura mendecakkan lidahnya. “Simpan egomu untuk saat ini. Kau hanya akan membahayakan dirimu.” Jura menjentikkan jarinya, bermaksud untuk memanggil buku Grimoire. Tetapi, buku itu tidak muncul. “Ada apa, Jura?” tanya Syville di belakangnya. “Aku tidak bisa memanggil Grimoire,” jawabnya singkat. Lalu ia mengangkat tongkat sihirnya tinggi. Berniat untuk mengumpulkan Mana dan menyerang monster itu dengan Elemental Sword. Tetapi, aliran Mana dari tubuhnya seperti mati. Ia tidak bisa menggunakan sihir. Monster itu akhirnya menatap mereka. Ish menelan ludahnya berkali-kali. “Apa yang harus kita lakukan?” Jura menghembuskan napasnya berulang kali. Jika ia tidak bisa menggunakan sihir, harus dengan apa mereka menyerang monster itu? Tidak hanya menyerang, bertahan saja kemungkinan besar akan sangat sulit. “Apa kita harus lari?” tanya Syville. Jura menggelengkan kepalanya. “Tidak. Tenang saja. Aku akan melakukan sesuatu.” Jura menyimpan kembali tongkat sihirnya di belakang punggungnya. Ia mengencangkan ikat pinggangnya, lalu menghentakkan sepatunya. Sepatu milik Jura seketika dilapisi oleh perak, ia mengeluarkan sarung tangan yang juga dilapisi oleh perak dari tas kecil yang selalu dibawanya. Setelahnya, ia meregangkan tubuhnya cepat-cepat. Syville mengerutkan kening melihat Jura. “Bukankah itu sepatu dan sarung tangan yang kita ambil dari orang-orang yang berusaha untuk memakan kita?” Ish mengerutkan keningnya. “Memakan kalian?” Menghiraukan pertanyaan Ish, Jura mengangguk untuk menjawab pertanyaan Syville. “Benar. Sebelumnya senjata ini sudah diperkuat oleh sihirku. Lagi pula, jika sihir tidak bisa digunakan di tempat ini, berarti tidak ada cara lain selain menyerangnya dengan kekuatan fisik, bukan?” “Kau ... akan melawan monster itu dengan tangan kosong?” tanya Jura sekali lagi. Jura tersenyum mendengar pertanyaan Syville. “Tidak perlu khawatir, aku saaaangat percaya diri dengan kemampuanku. Jika tidak, mana mungkin aku mau melawan monster itu?” “Tapi, sebelum masuk ke sini, Lucius mencoba untuk menghancurkan kristal yang ada di luar menara ini, bukan? Serangannya tidak menggores sedikit pun pada kristal itu. Dari yang kulihat, monster ini juga dilapisi oleh kristal yang sama seperti yang ada di luar menara!” “Sebelumnya, aku merasakan energi Mana pada kristal yang ada di luar sana. Sehingga, kristalnya seperti hidup. Mana yang terkurung di dalam kristal ini sudah dikendalikan untuk mengirim sebuah gelombang yang dapat menghentikan sirkuit dari titik Mana,” jawab Jura sambil meregangkan kakinya. “Karena itu, saat ini kita tidak bisa menggunakan sihir.” Syville mengerutkan keningnya sambil mengerjapkan matanya berkali-kali. “Aku ... sebenarnya tidak mengerti. Intinya, kita tidak bisa menggunakan sihir saat ini, bukan? Kenapa kau sangat yakin bisa menyerang monster itu dengan tangan kosong?” Monster itu mulai berjalan mendekati mereka, sekitar lima belas meter lagi. “Monster itu tidak memiliki kehidupannya sendiri. Dengan kata lain, ada seseorang yang mengendalikannya dari jarak jauh. Apa kau melihat sesuatu di dalam tubuh monster itu?” Syville menyipitkan matanya untuk mendapat gambaran yang lebih jelas. Ia melihat sesuatu yang bersinar terang di bagian d**a monster itu. Seperti sebuah batu. “Maksudmu.. batu yang berada di dadanya? Apa itu inti dari monster itu?” Jura mengangguk dengan senang. “Ternyata kau cepat mengerti, ya? Jika kita bisa menghancurkannya, kita bisa mengalahkan monster itu. Bahkan, hanya dengan sedikit retakkan bisa menghancurkannya.” “Tapi sudah kukatakan bahkan Lucius sudah mencoba untuk menyerangnya …” kata Syville pelan. “Itu karena Lucius menggunakan belati yang dilapisi oleh sihir. Dia tidak mencoba untuk menyerangnya tanpa menggunakan sihir,” potong Jura cepat. Ia tidak punya waktu banyak lagi untuk berbicara, monster yang ada di depan mereka semakin mendekat. “Jadi intinya, kita harus menyerang bagian d**a monster itu, bukan? Kalau begitu serahkan padaku,” kata Ish. “Sudah kubilang, jangan memaksakan dirimu. Biarkan aku sendiri yang menyerangnya.” Jura meregangkan bahunya, lalu dengan tarikan napas yang kencang, ia mulai menerjang ke arah monster itu. . . “Seumur hidupku, baru kali ini aku lari dari sebuah pertarungan,” kata Lucius di tengah-tengah larinya. Zeth, Lucius, dan Key menyerah untuk menyerang monster dengan tubuh yang dilapisi kristal ini. Sudah dengan berbagai cara mereka menyerang monster itu, tetapi tidak ada satu pun dari serangan mereka yang berhasil melukainya, bahkan goresan sekecil pun tidak terlihat. “Setidaknya ini pengalaman pertama, Lucius,” kata Key yang mulai kehabisan napasnya. “Sepertinya mulai dari sekarang aku harus latihan berlari lagi.” Napas Zeth juga sudah mulai berat. Ia menengok ke belakangnya, dan monster itu sudah mulai mendekati mereka. Satu langkah monster itu mungkin lima sampai tujuh kali langkah Zeth dan yang lainnya. Dua langkah lagi monster itu akan meremukkan tubuh mereka. Dalam pikirannya yang bercampur aduk, dan dadanya yang sudah mulai sakit. Zeth melihat celah kecil pada sebuah dinding yang mungkin saja dapat mereka masuki. “Hei, aku melihat celah kecil di depan sana!” “Kalau begitu ayo masuk ke sana!” Sahut Lucius. “Bagaimana jika tidak muat?” tanya Key. Zeth menghembuskan napasnya kencang. Ia sudah tidak sanggup lagi untuk berlari. “Lakukan atau tidak sama sekali!” Ketika celah yang ia lihat sudah mulai dekat, Zeth menghempaskan tubuhnya memasuki celah itu. Key dan Lucius mengikuti apa yang dilakukan olehnya, untung saja celahnya lebih besar dari apa yang dilihatnya dari jauh. Monster besar yang mengejar mereka meraung marah ketika ia kehilangan mereka. Ia membungkukkan tubuhnya, melihat Zeth dan yang lainnya dengan mata merah menyala dari celah itu. Dengan napas yang masih tersengal, Lucius berdiri dari duduknya. “Sebaiknya kita cepat menjauh dari tempat ini. Aku khawatir monster itu bisa merusak dinding dan membuat celah yang lebih besar untuk bisa masuk.” “Kita harus menemukan Syville dan yang lain secepatnya. Apa kita harus menemukan jalan yang lebih besar dari yang lain?” tanya Key. “Sebaiknya begitu. Semoga saja mereka terus melewati jalan yang lebih besar. Akan susah jika mereka masuk ke jalan yang bercabang,” kata Zeth. Mereka akhirnya melanjutkan perjalanannya menelusuri celah setelah melihat tangan monster besar itu hampir berhasil menggapai mereka. Dinding yang mengapit mereka semakin sempit ketika mereka memasuki celah itu semakin dalam. Setelah Zeth merasa kakinya tidak bisa berjalan lebih jauh lagi, ia mendengar suara raungan keras monster yang kemudian diselingi dengan suara teriakan yang Zeth kenal. Lucius langsung menarik napasnya kencang. “Apa tadi itu suara Jura?” Belum sempat Zeth menjawab, Lucius sudah berlari cepat menuju suara teriakan itu. Zeth menelan ludahnya dengan susah payah, lalu berlari mengejar Lucius, begitu pula dengan Key. Lucius baru saja melompat dari ujung celah ketika Zeth akhirnya berhasil berada di belakangnya. Ia melihat ke bawahnya. Jura baru saja menjauh dari monster kristal yang melayangkan tinju ke arahnya. Lucius berdiri di depan Jura sambil menangkis serangan monster itu dengan belatinya. “Serang dadanya! Yang seperti batu bercahaya!” Sahut Jura pada Lucius. Lucius mengangguk mengerti dan menangkis serangan selanjutnya, ia melompat dan berlari di lengan monster batu itu sampai mendekati dadanya, dengan tepat ia menusukkan belati di sana. Terdengar bunyi retakkan darinya, lalu dengan raungan keras, kristal pada tubuh monster itu mulai terjatuh, dan menjadi bongkahan kristal yang kecil. Jura mendesah kencang sambil menyeka keringatnya. “Tepat waktu, Lucius.” Lucius menendang bongkahan kristal di dekat kakinya. “Jadi, begitu cara menghancurkannya. Aku tidak mengetahui caranya.” “Zeth! Lucius! Key!” Sahut Syville dari ujung lorong, ia berlari mendekati yang lain. “Untunglah kalian tidak apa-apa.” “Sepertinya kalian juga tidak apa-apa,” jawab Key. “Ngomong-ngomong, ke mana Ish?” “Entahlah. Aku menyuruhnya menjauh setelah kami dikepung oleh lima monster itu. Untung saja aku mempunyai ini,” kata Jura sambil memperlihatkan sarung tangan berlapis perak yang ia kenakan. “Kau ... menyerang monster itu dengan tangan kosong?” tanya Lucius sambil membantu Jura berdiri. Jura mengangguk. “Benar. Selain menggunakan sihir, aku bisa bertarung jarak dekat. Tapi tentu saja, aku lebih memilih menggunakan sihir.” Dari ujung lorong, Zeth melihat Ish berlari ke arah mereka sambil melambaikan tangannya. “Jura! Aku menemukan sebuah portal yang mirip seperti pintu masuk yang kita lewati tadi!” “Benarkah? Kalau begitu tunggu apa lagi?” “Tapi masalahnya, portal itu lebih kecil dari pada yang ada di pintu masuk ...” Lucius mengangkat kedua alisnya. “Tidak masalah bukan, kalau lebih kecil? Lagi pula portal yang ada di pintu masuk itu terlalu besar.” . . Ish memimpin jalan di depan Zeth dan yang lainnya. Mereka memasuki sebuah ruangan yang sangat besar, di tengah-tengahnya terdapat tumpukan kristal setinggi satu setengah meter yang lebih bercahaya dari yang lain. Zeth mengedarkan pandangannya mencari portal yang dimaksudkan oleh Ish, tetapi ia tidak melihatnya. Syville mengerutkan kening kepada Ish, lalu berkata, “Mana portal itu? Aku tidak melihat satu pun.” Ish berjalan mendekati tumpukan kristal yang berada di tengah-tengah ruangan itu. “Ini portalnya,” katanya sambil menunjuk sesuatu seperti sebubah cawan berwarna perak. Key mendekati cawan itu, lalu melihat isinya yang bersinar terang dengan cahaya keemasan. “Oke. Ini bukan lebih kecil lagi, tetapi sangat kecil.” “Memang benar, ini sebuah portal yang mediannya sebuah cawan. Tapi ... sepertinya kita tidak bisa masuk ke dalamnya,” kata Jura sambil mengamati pergerakan portal yang ada di dalamnya. Ish mendesah kecewa. “Maafkan aku, aku mencoba untuk membantu.” “Kalau begitu, kita cari ruangan lain?” tanya Zeth. Lucius mengangkat kedua bahunya. “Yah, tidak ada gunanya juga di sini.” Belum sempat Zeth melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan itu, ia tiba-tiba mendengar teriakan kencang dari Key yang membuat Zeth dan yang lainnya terkejut. Ia melihat Key yang memasukkan tangannya ke dalam cawan itu, dengan mengerikan, tubuh Key mulai terhisap ke dalamnya. Sedetik kemudian, tubuhnya sudah sepenuhnya masuk ke dalam cawan itu. Jura mengedipkan matanya berkali-kali, lalu berlari melihat isi cawan itu. “Baiklah ... aku tidak menduga bahwa Key akan menyentuhnya. Kita harus mengejarnya.” “Apa menggenggam tangan satu sama lain mengurangi kemungkinan kita akan terpisah?” tanya Syville. “Saat kita baru pertama kali memasuki menara ini, Jura menggenggam tanganku dan kita tidak terpisah.” “Memang itu salah satu caranya, Syville. Tetapi, tidak selalu berhasil, ‘sih. Tidak ada ruginya untuk mencobanya, ‘kan?” tanya Jura. Zeth dan yang lainnya mengangguk menyetujui perkataan Jura. Jura tersenyum setelah mendapat jawaban dari Zeth dan yang lainnya, lalu menyuruh Ish mendekat untuk menggenggam tangannya. Tetap, dengan mudah Lucius menyerobot Ish dan langsung menggenggam tangan Jura, tangannya yang bebas menggenggam tangan Ish, terlihat jelas Lucius tidak ingin melakukannya. Dengan bingung, Ish hanya menggenggam tangan Zeth dalam diam. Di sisi lain, Zeth langsung menggenggam tangan Syville. “Baiklah, aku akan menyentuhnya sekarang,” kata Jura sambil melihat Zeth dan yang lainnya. Setelah dirasa siap, akhinya Jura menyentuh isi cawan itu dengan tangannya yang bebas. “Aku tidak menyangka akan seperti ini,” kata Ish pelan sebelum tubuhnya mulai terlihat sangat aneh. Kepala Zeth serasa berputar dengan cepat. Keadaan di sekelilingnya mulai memudar dan menjauh. Lalu, tubuhnya mulai terhisap ke dalam cawan tersebut. Yang entah mengapa, membuat bulu kuduknya meremang. []  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN