10 - Tersimpan

1672 Kata
Dengan canggung, Zeth dan yang lainnya mengikuti kelompok Ish menuju desanya. Benar saja, Tangan Kanan Dewa sudah pergi dari desa itu. Salah satu bandit mengatakan, setelah terjadi gempa bumi dan asap yang membumbung tinggi ke udara dari arah menara, para Tangan Kanan Dewa langsung menghentikan aktifitasnya, membereskan barang-barang mereka dengan cepat lalu pergi dari desa. Ish dan bandit yang lain semakin bahagia mendengarnya, lalu mengajak Zeth dan yang lainnya menikmati pesta yang akan diadakan untuk merayakan desanya yang sudah bebas. Dengan senang hati, dan karena mereka juga kelelahan, akhinya mereka menerima tawaran Ish untuk beristirahat di desanya. “Aku sangat khawatir, Ish! Kau tidak kembali ke desa selama lima hari,” kata seorang wanita yang merangkul lengan Ish dengan genit. Jura yang mendengar perkataan itu, mengangkat sebelah alisnya lalu berkata, “Lima hari? Tunggu. Kita sudah di dalam menara itu selama lima hari?” “Ih, siapa wanita itu?” “Lina, jangan seperti itu pada Jura. Dia yang membantuku menghancurkan menara itu,” kata Ish sedikit meninggikan suaranya. Lina terlihat terkejut mendengar jawaban dari Ish. Ia menginjak kaki Ish yang terlihat sangat menyakitkan, lalu berkata, “Terserah apa katamu! Dasar!” kemudian ia pergi. Ish masih mengelus-elus kakinya kesakitan. “Ah, maafkan dia. Dia memang sering cemburu jika aku mendekati wanita lain. Ngomong-ngomong, bisa dibilang ia istriku.” Lucius tersedak ketika ia mendengar perkataan Ish. “Dan kau masih genit pada wanita lain?” “Hei, memiliki dua wanita atau lebih tidak salah, ‘kan? Lagi pula, tidak ada peraturan yang tidak memperbolehkan lelaki menikahi wanita lebih dari satu.” “Tapi tetap saja—“ “Kita harus pergi dari sini sekarang,” kata Jura tiba-tiba. Lucius langsung berhenti berargumen dengan Ish ketika mendengar perkataan Jura. “Memang kenapa? Kita perlu beristirahat karena bertarung di dalam menara itu.” “Kau dengar kata wanita itu, ‘kan? Kita sudah menghabiskan lima hari di tempat ini!” Kali ini, Zeth yang dari tadi diam memerhatikan yang lain menaikkan sebelah alisnya. “Lalu, kenapa? Kita tidak diberi batasan waktu untuk menyelesaikan misi itu, ‘kan?” “Bukan begitu!! Berarti, Xzar saat ini sudah menetas dan menjadi naga!” sahutnya sambil menginjakkan kakinya ke tanah. “Aku ingin melihatnya! Ahh!” katanya sambil mengacak-acak rambutnya. Lucius mendesah pelan. “Berarti kita harus menemui Demolux bersaudara itu, ‘kan? Bukankah Xzar bersama Wargelux itu?” “Hmm ... benar juga.” Syville baru saja bergabung dengan Zeth dan yang lainnya, lalu berkata, “Sampai kapan kita berada di sini?” “Kalau bisa, besok pagi kita berangkat,” jawab Jura cepat. Ish mengerutkan keningnya. “Kenapa kalian ingin cepat-cepat pergi, sih? Lalu siapa apalah-Lux ini? Apa misi yang kalian kerjakan itu?” “Eh, sebaiknya kau tidak perlu tahu. Walaupun kau tahu, kau tidak akan mengerti,” jawab Lucius singkat. “Baiklah terserah. Ngomong-ngomong, kenapa Key diam saja dari tadi?” tanya Ish. Zeth menengokkan wajahnya melihat Key yang duduk di sampingnya. Memang benar, Key tidak berkata apa pun dari tadi. Bergerak saja tidak. Ia hanya duduk sambil menyilangkan kakinya di atas kursi, melipat tangannya di d**a dan menundukkan wajahnya. Syville berlutut di samping Key, memerhatikan wajahnya dengan seksama. “Ahh ... dia tertidur.” “Lihat, Key saja yang biasanya membuang-buang kekuatannya untuk melakukan hal bodoh sampai tertidur seperti itu. Bukankah lebih baik kita istirahat terlebih dahulu di sini?” tanya Lucius pada Jura yang terlihat jelas masih ingin pergi dari tempat ini sekarang juga. Dengan kening berkerut, Jura menganggukkan kepalanya. “Baiklah. Maafkan aku yang egois … tidak memikirkan kalian.” “Tidak apa-apa, Jura. Aku mengerti, aku juga ingin menyelesaikan misi ini secepatnya …” kata Syville pelan. “Kalau begitu, kalian bisa beristirahat di rumahku,” kata Ish sambil berdiri dari duduknya, kemudian menggerakkan tangannya menyuruh Zeth dan yang lainnya mengikutinya. “Umm … apa tidak mengganggumu dan keluargamu yang lain?” “Tenang saja, aku akan mengantar kalian ke rumah keduaku,” jawab Ish sambil tersenyum bangga. “Sebenarnya kau punya berapa rumah?” kali ini, Jura yang bertanya. “Eh ... hanya tiga. Jadi aku bisa memiliki tiga orang istri di rumah yang berbeda,” jawab Ish semakin terdengar bangga. Lucius memutar kedua bola matanya. “Terserah apa katamu.” . . Zeth duduk di luar rumah ‘kedua’ Ish sambil melihat busur yang baru saja ia dapat di dalam menara. Pantulan perak dari busur yang terkena sinar dari bulan sabit terlihat sangat bagus. Sesekali, ia mengambil posisi memanah sambil menarik tali busurnya, kemudian mengangguk puas. “Panah yang bagus, ya?” tanya Syville yang tiba-tiba duduk di sebelah Zeth. Zeth mengagguk membalasnya. “Kau tidak tidur?” “Kau sendiri?” jawabnya singkat. “Aku tidak mengantuk.” “Aku juga.” Keduanya mendesah pelan, kemudian memandang bulan sabit yang dikelilingi oleh taburan bintang. Ada kesunyian yang nyaman di antara mereka. “Ngomong-ngomong, terima kasih karena kau sudah ... membantuku di dalam menara itu,” kata Syville singkat. “Tidak masalah. Lagi pula apa yang kukatakan ... itulah yang kupikirkan.” Syville tersenyum tipis. Kemudian mengingat kembali kejadian di dalam menara. Ketika ia dan Zeth bertarung dengan Fira. . . Fira tersenyum meledek pada Syville. “Memorimu yang terkubur sudah dibuka oleh Faerie, ‘kan? Aku juga bisa melakukannya, kau tahu.” “Lalu, kenapa? Kau ingin menakuti kami dengan cara seperti itu?” tanya Syville. Fira menatap Syville dengan tajam, lalu berkata, “Kau kira aku akan melakukan hal serendah itu? Seseorang yang tidak bisa melindungi siapa pun karena keegoisanmu sendiri? Kau takut,’kan? Kau tidak bisa membunuh siapa pun, ‘kan?” Syville menggigit bagian bawah bibirnya. “Kau tidak tahu apa pun!” “Aku mengetahui segalanya,” kata Fira penuh penekanan. “Sampai kapan kau akan seperti itu ... Syville? Ini medan pertempuran!” Syville menutup kedua telinganya. “Hentikan!” “Kau tidak malu? Hanya menggunakan seseorang untuk melindungimu? Kau tidak malu? Membiarkan orang lain mati karena perintahmu?” Zeth, yang baru saja sadar karena serangan mendadak dari Fira mencoba untuk bangun. Seluruh bagian tubuhnya meraung kesakitan. “Memangnya kenapa? Bukankah itu juga kekuatan miliknya?” “Diam kau! Kau seharusnya tidak ada di sini! Tidak ada di tempat ini! Bagaimana kau bisa sampai di tempat ini!?” sahut Fira. “Aku tidak mengerti dengan apa maksudmu tentang aku yang seharusnya tidak ada di sini. Tapi, jangan meremehkan Syville lagi!” Zeth memegang tangan kirinya yang terasa patah. “Lalu, kenapa jika ia menggunakan seseorang untuk melindungi dirinya? Kenapa jika orang lain kehilangan nyawa mereka karena perintah yang diberikan olehnya? Pasti ada alasannya, ‘kan?” “Sudah kubilang, diamlah!” Fira kembali mengayunkan tangannya. Sekali lagi, tubuh Zeth terhempas dengan serangan yang tidak terlihat. “Hentikan! Sebenarnya, apa yang kau inginkan?” tanya Syville pada Fira. “Aku ingin membunuhmu! Seseorang yang memiliki kekuatan dan bisa melakukan apa yang diinginkannya. Kenapa? Kenapa kau tidak melakukan itu? Kenapa kau tidak menggunakan kekuatanmu!?” Sekali lagi, Fira mengatakan hal yang tidak bisa dimengerti oleh Syville. “Apa maksudmu dengan kekuatan? Aku tidak bisa melakukan apa pun!” “Diam! Kau ... Kau sebaiknya mati di sini!” sahut Fira kemudian ia mengangkat tangannya tinggi, mengayunkan tangannya seperti yang ia lakukan untuk menyerang Zeth. Syville menutup kedua matanya rapat, bersiap mendapat serangan. Tetapi, ia tidak merasakan apa pun. Ia membuka matanya, dan melihat seorang gadis yang menggunakan gaun dan selendang panjang sampai ke kaki yang berwarna putih. Tidak hanya itu, ia juga mengeluarkan aura berwarna putih. “Sudah cukup apa yang kau lakukan, Fira,” kata gadis itu. “Luna? Bagaimana kau bisa keluar dari Medianmu?!” Sahut Fira terlihat ketakutan. “Luna?” gumam Syville pelan. Luna memutar tubuhnya, menatap Syville sambil tersenyum. “Hallo, Syville. Ini pertama kalinya kita bertemu dengan memperlihatkan wujudku, ya?” “Bagaimana kau bisa—“ “Faerie mengizinkanku untuk menolongmu. Untuk memberimu kekuatan yang sudah lama terkunci,” Luna berhenti sebentar, seperti kesusahan untuk mengatakan hal selanjutnya, “dan untuk memberikanmu kepercayaan diri,” lanjutnya. Setelah mengatakan hal itu, Luna mengangkat kedua tangannya setinggi d**a. Kemudian, sekumpulan cahaya menerangi kedua telapak tangannya, cahaya itu mulai memanjang, dan sebuah tombang berwarna perak dengan pisau berwarna biru cerah terlihat ketika cahaya yang mengelilinginya mulai meredup. “Tombak?” kata Syville pelan. “Maafkan aku, Syville. Sebenarnya, ketika Faerie mengizinkan kami, para Mana untuk membuka memori para The Oblivion ... aku tidak menuruti perintahnya. Aku hanya membuka sedikit memorimu. Aku ... tidak ingin kau kesakitan seperti dulu.” Luna menyerahkan tombak itu kepada Syville, menggenggam tangan Syville dengan lembut. “Maafkan aku. Kali ini, kau bebas menggunakan kekuatanmu. Kau bebas menentukan pilihanmu. Kau ... bebas untuk memilih apa yang kau inginkan. Tidak akan ada lagi orang yang menentang keinginanmu.” Seketika, Luna memudar menjadi cahaya, dan cahaya itu mengelilingi tubuh Syville dan masuk ke dalam dirinya. Tiba-tiba saja, kepala Syville dibanjiri oleh luapan memori. Fira menggeram kesal, lalu mengayunkan tangannya untuk menyerang Syville. Anak panah Zeth berhasil menggores Fira, yang membuatnya menghentikan serangannya. Tentu saja, lukanya kembali sembuh seketika. Busur Artemis miliknya ternyata lebih kuat dari dugaannya. Perhatian Fira kembali pada Zeth, dengan wajah yang memerah karena kesal, Fira menyerang Zeth dengan sihir api. Sayangnya, seluruh tubuh Zeth meronta kesakitan karena serangan yang ia terima sebelumnya. Membuatnya tidak bisa bergerak cepat untuk menghindari serangan dari Fira. Seketika, dari ujung mata Zeth ia bisa melihat kalau Syville berlari secepat kilat menuju dirinya. Dengan tombak yang entah muncul dari mana, dengan mudah Syville menahan serangan dari Fira. Tidak hanya Zeth yang terkejut dengan kekuatan Syville, Fira pun juga sama. Syville membantu Zeth untuk berdiri, kemudian ia berkata, “Terima kasih. Kali ini aku yang akan melindungimu.” Zeth bingung dengan perkataan Syville. “Ternyata, aku memiliki kekuatan seperti ini, ya? Kau tahu, Fira. Mungkin aku juga iri pada diriku yang dulu. Kenapa aku tidak melakukan apa yang kuinginkan? Padahal aku memiliki kekuatan yang bisa mengabulkan apa yang aku inginkan.” Syville memegang erat tombak yang dipegangnya. “Terima kasih.” Wajah Fira semakin merah karena marah, kemudian ia kembali menggunakan sihir api untuk menyerang mereka berdua. “Kenapa kau sangat menyebalkan!? Matilah di sini!” Masih dengan kecepatan yang sama, Syville mempersempit jarak antara dirinya dengan Fira dengan mudah. Ia membatalkan serangan Fira dengan mengayunkan badan tombaknya pada tangan Fira yang hampir selesai membaca mantra untuk sihir api, kemudian dengan mudah ia memutar tombaknya dan menusukkan ujungnya pada jantung Fira. Dengan mata yang terbelalak, Fira melihat tombak yang menusuk dadanya. Terlihat air mata mulai membasahi pipinya, lalu berkata, “Kenapa? Kenapa aku tidak dibebaskan?” kemudian tubuhnya mulai bercahaya, lalu meledak menjadi titik cahaya yang mulai memudar ke arah langit-langit menara. Setelah kejadian itu, ruangan tempat mereka berada bergetar hebat. Beberapa dinding di sekitar mereka retak dan langit-langitnya mulai runtuh. Ketika cahaya membutakan mata mereka, mereka sudah berada di luar menara, dan menara yang mengurung mereka selama ini tidak terlihat di mana pun. . . Zeth baru saja ingin membuka mulutnya untuk menanyakan hal yang selama ini mengganggu pikirannya. Tetapi, perkataan Syville membuatnya kembali menutup mulutnya. “Yah ... berada di dalam menara itu memang melelahkan. Sepertinya aku bisa tidur sekarang,” kata Syville, kemudian ia berdiri dari duduknya. “Kalau begitu, aku akan tidur terlebih dahulu. Jangan tidur terlalu malam, ya?” “Baiklah. Selamat malam,” kata Zeth tersenyum pada Syville. Setelah mendengar balasan dari Syville, ia kembali melihat panahnya. “Seharusnya aku tidak di sini ... ya?” gumamnya pelan mengingat perkataan Fira. “Apa kau yang membawaku ke sini, Rika? Apa yang kau harapkan dariku?” []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN