08 - Inti

1180 Kata
Jura mulai merasa ikan yang baru saja ia makan beberapa waktu lalu, kembali naik ke tenggorokannya. Setelah menyentuh portal yang ada di dalam cawan, ia bisa merasakan kalau tubuhnya seperti dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang sangat kecil, matanya mulai terbiasa dengan cahaya yang sangat terang. Kali ini, ia berada di sebuah ruangan dengan pantulan berwarna emas. Di langit-langit ruangan itu, terdapat sebuah kristal yang menggantung dengan ujung yang runcing. Jura tidak ingin memikirkan kalau kristal itu sampai jatuh … “EMAS!!” Sahut Ish tidak jauh di sebelahnya. Jura mencari sumber suara, dan menemukan Ish yang sedang melempar-lemparkan koin emas ke udara, ia tersenyum lebar sambil mengangkat kedua tangannya ketika koin itu kembali jatuh. Setelahnya, ia mulai memasukkan banyak koin emas ke dalam kantungnya. Ia juga menjadikan topi yang ia kenakan sebagai tempat untuk menyimpan koin emas yang berserakan dan menggunung di ruangan itu. Tidak hanya koin emas, beberapa peralatan lain yang berlapis emas juga banyak di sekitarnya. Bahkan terlihat ada tumpukan berlian tak jauh dari tempatnya berdiri. Jura menyebarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Terlihat hanya dirinya dan Ish yang berada di tempat ini. Setelah menjejalkan koin emas ke setiap lubang yang bisa menampungnya, Ish berdiri sambil menyeka keringatnya. “Kita ada di mana?” tanyanya. “Kau baru bertanya hal itu setelah kau memasukkan banyak koin emas ke kantungmu?” timpal Jura. “Tubuhku bergerak sendiri. Aku tidak bisa menghentikannya.” Jura hanya mendesah sambil menggelengkan kepalanya. Ia kembali menyebarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Seketika, jantungnya terasa meluncur ke perutnya. Mulutnya dipenuhi oleh bau besi, tanpa sadar ia menggigit kencang bagian bawah bibirnya hingga berdarah. Jauh di ujung ruangan, ada sebuah kristal berbentuk hexagonal dengan cahaya putih yang menyakitkan mata. Kristal itu dikelilingi dan disangga oleh akar-akar berwarna emas yang muncul dari lantai dan langit-langit ruangan mereka berada. Ingatan masa lalu kembali membanjiri kepalanya. Tetapi, ia berusaha untuk fokus pada apa yang ada di depannya ini. Bukan saatnya untuk mengingat sesuatu yang tidak dibutuhkan. Ish berjalan ke sebelah Jura dengan kening berkerut. “Kau kenapa? Wajahmu sangat pucat. Apa kau terluka? Haruskah kita istirahat terlebih dahulu?” “Tidak ... aku hanya ...” Jura kembali menelan kata-katanya. Lalu menggelengkan kepalanya kencang. “Kau lihat benda itu? Itu inti dari menara ini. Jika kita berhasil menghancurkannya, mungkin menara ini akan lenyap.” “Benarkah? Kalau begitu ayo kita coba!” “Tunggu. Menghancurkannya tidak semudah itu,” kata Jura menahan Ish yang mulai berlari kepayahan menuju inti menara itu. Ia menyebarkan pandangannya ke seluruh ruangan lagi, melihat apakah ada monster atau penjaga di ruangan ini. Tetapi, ia tidak melihat apa pun selain tumpukan emas, berlian, dan sebagainya. Apa seseorang sudah membunuhnya? tanyanya dalam hati. “Ulf!? Alf?!” sahut Ish tiba-tiba sambil menunjuk ke tumpukan berlian yang ada di ujung ruangan. “B-Boooooooooooooosss!!” Sahut dua orang yang Ish panggil sebagai Ulf dan Alf. Mereka langsung berlari menghampiri Ish dengan lengan terbuka lebar, siap memeluknya. Setelah Ulf dan Alf ini mendekat, Ish memukul kepala mereka dengan kencang, lalu berkata, “Kalian ini ke mana saja?! Sudah kubilang, jika ada yang mencurigakan di sekitar desa, bilang padaku terlebih dahulu!” “Ma-Maafkan kami,” kata Ulf dan Alf bersama. Ish mendesah pelan lalu kembali memukul kepala mereka. “Sudah tiga hari kalian berada di dalam menara ini. Aku heran, bagaimana bisa kalian masih hidup? Apa di dalam sini ada makanan?” Ulf dan Alf saling tukar pandang. Kemudian seseorang dengan baju berwarna biru berkata, “Tiga hari? Kami ... kami kira kami berada di dalam sini baru beberapa jam saja.” “Ternyata memang benar. Menara ini seperti menara yang pernah muncul di negaraku,” gumam Jura. “B-Boss. Dia siapa?” tanya temannya yang lain sambil melihat Jura dari ujung ke ujung. “Oh, perkenalkan. Jura, ini Ulf dan Alf,” kata Ish sambil menunjuk seseorang yang menggunakan baju biru sebagai Ulf, dan yang lainnya sebagai Alf. “kalian berdua bisa memanggilnya Jura. Ia dan teman-temannya bersedia untuk menolong kita menyelesaikan masalah desa kita.” Terlihat Ulf dan Alf menganggukkan kepala mereka dengan gerakan kaku pada Jura. Jura tersenyum pada Ulf dan Alf. “Dari tadi sebenarnya aku ingin tahu ... apa kalian berdua kembar? Nama kalian hampir sama, tetapi wajah kalian tidak terlalu mirip.” “Oh, kami tidak kembar. Hanya saja dia yang mengikuti namaku,” kata Ulf sambil menunjuk Alf. Alf mengangkat kedua alisnya mendengar perkataan Ulf. “Ha? Bukannya kau yang mengikuti namaku terlebih dahulu!?” “Aku tidak melakukannya! Kau yang melakukannya!” “Kau!” “Kau!” “Kau!” “Kau!” “Hentikan kalian berdua!” sahut Ish kembali memukul kepala mereka dengan keras. “Yang jelas, untunglah kalian selamat. Apa selama ini kalian menemukan jalan keluar dari tempat ini?” Ulf mengusap-usap kepalanya sambil mencibir pada Alf. “Kami sudah berkeliling tempat ini, tetapi tidak menemukan jalan keluar.” Alf mengangguk. “Awalnya kami sangat senang ketika masuk ke ruangan ini. Banyak sekali emas dan barang-barang yang bisa kita jual dengan harga tinggi. Bisa-bisa desa kita kaya mendadak. Lalu, setelah kehabisan tempat untuk menjejalkan koin-koin emas itu, kami mencari jalan keluar ... tetapi tidak menemukannya. Sudah setiap penjuru kami cari, bahkan kami sudah mencoba mencari pintu rahasia di setiap dinding dan juga lantai ruangan ini. Tetapi tidak ada sama sekali.” Ulf ikut mengangguk sambil mengusap-usap dagunya. “Lalu, kami sempat berpikir ‘mungkin jalan keluarnya benda besar itu!’,” katanya sambil menunjuk kristal yang ada di ujung ruangan. “Tetapi, kami sudah memutari kristal itu berkali-kali ... dan tidak ada pintu sama sekali. Kami juga sudah mencoba untuk menghancurkannya, hasilnya pun nihil.” Alf mendesah sambil menggelengkan kepalanya. “Jadi intinya ... kami benar-benar terperangkap di tempat ini ...” Alf melebarkan matanya, terlihat ketakutan. “Ja-Jangan-jangan ... emas yang ada di ruangan ini sebelumnya manusia? Mereka berubah menjadi emas karena sinar emas yang terpantul dari ruangan ini!!” Ulf berteriak kencang sambil menepuk pipinya berkali-kali. “Jangan! Aku belum menikah!” “Tenanglah kalian berdua. Kita tidak akan berubah menjadi emas di ruangan ini,” kata Jura menenangkan Ulf dan Alf, ditambah dengan Ish yang semakin lama terlihat panik. “Aku ingin bertanya sesuatu. Apa akar-akar yang mengelilingi kristal itu sebelumnya sudah ada yang putus?” Ulf menyipitkan matanya melihat kristal yang ada di ujung ruangan, lalu menggeleng pelan menjawabnya, “Seingatku, akar-akar itu tidak ada perubahan semenjak kami masuk ke sini.” “Apa tidak ada monster atau makhluk mengerikan lainnya yang berada di ruangan ini?” tanya Jura. Ulf menggeleng untuk menjawabnya. “Hanya ada aku dan Alf di ruangan ini.” Jura mengangguk sambil mengusap-usap dagunya. “Sebenarnya memang benar, kita harus menghancurkan kristal itu yang menjadi inti dari menara, untuk keluar dari menara ini. Aku pernah melakukannya sebelum datang ke tempat ini. Tetapi, untuk keluar dari tempat ini tidak hanya dengan menghancurkan kristalnya. Kita juga harus melawan sesuatu yang menjaga kristal itu.” “Jadi?” tanya Ish terlihat tidak sabar menunggu perkataan Jura selanjutnya. “Menurut Ulf dan Alf, tidak ada monster atau apa pun yang menjaga tempat ini, berarti penjaga dari inti menara ini ada di suatu tempat …” “Kalau begitu, kita dalam kondisi yang menguntungkan, bukan? Kita tidak perlu melawan apa pun untuk menghancurkan kristal itu.” “Jika dipikir dengan cara seperti itu, memang benar kita diuntungkan. Tetapi menurutku tidak semudah itu …” Jura menggunakan sarung tangan yang dilapisi oleh perak, kembali bersiap untuk menyerang. “Aku akan coba untuk menggoresnya sedikit.” Jura berjalan mendekati kristal itu, kemudian ia memasang kuda-kudanya dan mengepalkan tangannya. Setelah menarik napas beberapa kali, ia memusatkan kekuatannya pada tinju kanannya, dan langsung melayangkannya pada kristal itu. Dentuman yang keras memenuhi seluruh ruangan itu, bahkan saking terkejutnya mulut Ish, Ulf dan Alf terbuka dengan mata mereka yang terbelalak. “Bukankah tadi dia bilang akan menggoresnya sedikit?” bisik Ulf pada Alf. “Kau tidak akan pernah bisa memahami seorang wanita jika kau tidak mengerti hal itu,” jawab Alf.[]
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN