Chapter 8

972 Kata
Selamat membaca:') ••• Stella duduk dengan gelisah di sofa, pikirannya terus berkelayapan pada pria itu. Sampai akhirnya kedua mata Stella menangkap sosok wanita yang beberapa menit yang lalu menggagalkan kegiatan pria itu padanya. "Ohh, kau disini?" tanya wanita itu. "Tak perlu canggung, perkenalkan namaku Lizana Robinson. " "Stella Rayhana. " Stella balas memperkenalkan diri. "Namamu tak kalah cantik dengan orangnya, jelas saja Playboy itu menyukaimu dan aku tak sabar ingin melihatnya insaf." Kata Liza sambil memperhatikan wanita di hadapannya itu. Stella hanya tersenyum canggung mendengarnya dan pandangannya langsung terarah pada Kenzu yang tengah menuruni tangga. "Ikut aku." Kenzu langsung menarik tangan Stella tanpa basa basi. "Kau mau membawanya kemana?" tanya Liza beranjak berdiri dari duduknya. Tapi Kenzu tak menanggapi ucapan sepupunya itu, dia malah lebih memilih menarik Stella keluar Mansion, meninggalkan Liza yang merenggut kesal meneriaki namanya. "Dasar Menyebalkan!" gerutu Liza, detik berikutnya raut wanita itu berubah sendu melihat Kenzu yang terus menarik Stella. Buang perasaanmu Liza, kau tak mungkin mendapatkannya, ingat dia sepupumu! batinnya memperingati. Liza menggeleng-gelengkan kepalanya mengenyahkan segala hasutan dari jiwanya, sampai wanita itu tidak sadar tengah di perhatikan. Dyandra—Si pemerhati itu menghela nafas melihat sorot mata ponakannya yang sendu menatap putranya dan Stella yang saling berjalan beriringan terlebih Kenzu tampak jahil dengan menarik pinggang Stella merapat pada tubuhnya dan terus mengangguknya. "Ahh, Mommy. " Liza tersentak saat merasakan tepukan di bahunya dan saat menoleh dia melihat Dyandra di sebelahnya. Liza langsung mengubah raut wajahnya seperti biasa. Menatap Wanita paruh baya di depannya itu dengan ceria. "Kau tak bisa menyembunyikan kesedihanmu dariku sayang. " Dyandra meraih tubuh Liza ke pelukannya. "Maaf, karena terus menyakiti hatimu selama ini, tapi kau harus ingat dia sepupumu." ucap Dyandra setelah melepas pelukannya. Liza hanya tersenyum menatap wanita yang sudah dia anggap ibunya itu. "Tenang saja Mom, aku mampu mengatasi hatiku, toh sebentar lagi aku akan menyandang nama baru. " ucap Liza tersenyum tulus. Dyandra yang melihat senyuman tulus di kedua sudut bibir ponakannya tersenyum. Dia tak bodoh untuk mengartikan bagaimana perasaan Liza pada Kenzu. Liza merupakan anak dari suami kakak iparnya—Alexandra, yang meninggal beberapa tahun silam. Liza dan Katherine bersaudara tapi berbeda ibu dan tentu saja Katherine jelas merupakan ponakannya langsung dari gen suaminya yang terlahir dari pernikahan Alexandra dan Danis, sedangkan Liza lahir terlebih dulu dan tentunya dari ibu yang berbeda. Tapi meskipun Liza terlahir dari seorang wanita malam yang rela menjual tubuhnya, dia tidak sama sekali mewarisi sifat ibunya yang dengan tega meninggalkannya dengan keranjang bayi di rumah ayahnya sendiri yang saat itu sudah menikah dan istrinya tengah mengandung. Awalnya dia tak di terima oleh Ayahnya, karena bagaimana mungkin lelaki itu bisa punya anak dari wanita selain istrinya, tapi kemungkinan hanya kemungkinan saat Danis melakukan tes DNA dan ternyata terbukti kalau Liza memang anak Danis. Sedangkan Alexandra, dengan rela akan kebesaran hatinya menerima Liza untuk menjadi anaknya juga, sampai akhirnya beberapa tahun kemudian, Liza dan Katherine tumbuh bersama dalam usia yang berjarak 2 bulan, sampai akhirnya saat mereka beranjak usia remaja, Alexandra di culik dan di temukan tewas di sebuah gedung dengan darah yang terus merabas dari lehernya. "Maaf. " Liza menggeleng. "Tidak Mom, aku saja yang terlalu memaksakan hati, aku dan Kenzu tumbuh bersama dari kecil, dia yang selama ini menemaniku di saat orang-orang bahkan saudariku menghindariku, aku sadar aku anak haram, tapi–" Dyandra langsung memotong ucapan Liza. "Kau bukan anak haram, kau hanya lahir dari sebuah kesalahan, ingat kau bukan kesialan tapi kau berkah karena tuhan yang membuatmu ada bukan manusia, manusia hanya proses untukmu ada." Dyandra menghapus air mata Liza yang tanpa sadar menetes membasahi pipinya. "Terima kasih, aku sangat menyayangi Mommy. " Liza merengkuh kembali Dyandra. Sosok ibu ke dua yang hadir setelah kepergian Alexandra, sedangkan ibu kandungnya sendiri? Dia tidak tahu wanita itu di mana, terlebih wanita itu tak sama sekali mencarinya. *** Stella menatap takjub gedung pencakar langit di hadapannya, sangat amat tinggi, dia bahkan mulai pusing karena terus mendongkrakkan kepalanya ke atas. "Apa semua ini? Kenapa kau membawaku kemari?" Stella mengalihkan pandangannya pada pria yang tengah berdiri di samping pintu mobil. "Sekarang tempat ini yang akan menjadi tempat tinggalmu. " ucap Kenzu. Sontak kedua mata biru Stella terbelalak, yang benar saja, dari mana dia akan mendapat uang untuk membayarnya, bahkan Stella bergidik saat membayangkan harga gedung pencakar langit di hadapannya itu. "Jangan bercanda, apa mungkin aku bisa mendapatkan tempat tinggal semewah ini?" ucap Stella tertawa renyah, tapi saat pandangnya menatap Kenzu, pria itu terlihat tak bercanda. "Apa aku benar-benar akan tinggal di sini?" tanyanya lagi, lebih tepatnya pada dirinya sendiri. "Jangan terus melamun memikirkan harganya, aku yang akan atur, ini perintah langsung ibuku dan kau tak bisa menolaknya." ucap Kenzu langsung menyeret Stella masuk. Dan saat di dalam, kedua kelopak mata Stella terbelalak, saat melihat inisiator gedung pencakar langit yang di tapakinya ini, benar-benar menakjubkan. Stella cukup sadar, meski pun dirinya dari keluarga beranda tapi untuk bisa pergi keluar dan melihat pemandangan menakjubkan yang memanjakan mata, dia tak pernah, dia hanya harus di hadapkan dengan inisiator mewah rumah bak penjaranya. "Kau seperti baru melihat saja." ucap Kenzu melihat Stella yang terus memperhatikan sekelilingnya. Mendengar itu Stella hanya tersenyum miris. "Jangan bikin malu, ayo." Kenzu langsung menggenggam tangan Stella, membuat jantung wanita itu tak karuan rasanya, terlebih harus di hadapkan dengan beberapa orang yang tengah memperhatikan mereka. "Lepaskan!" Katanya mencoba melepaskan tangan Kenzu. "Biarkan saja tidak usah malu. Kau cantik dan aku tampan jadi tidak jelek kalau menjadi pusat perhatian. " Stella terbelalak tak percaya mendengar kalimat kelewat narsis yang di keluarkan Kenzu. Tingkat kepercayaan lelaki itu benar-benar tinggi! Memang sih lelaki itu tampan, tapi tingkahnya itu sangat menyebalkan. Mereka bahkan baru kemarin bertemu, tapi pria ini sudah memperlakukannya seperti ini. Ada udang di balik batu. Lelaki ini pasti menginginkan sesuatu darinya. Ya, tentu saja, pasti itu! ••• Terima kasih telah membaca♡ Jaga kesehatannya ya:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN