Kenzu Stefano Maxwell adalah anak kedua dari Andre dan Dyandra Maxwell. Merupakan pemilik dari Zaisan Hotel bersama sahabat karibnya -Jordan Calviano. Meski tergolong perusahan baru tapi mereka mampu mendombrak persaingan ketat hingga bisa memuncak dan menempati posisi ke empat di jajaran perusahan berpengaruh di dunia.
Umurnya lebih muda tiga tahun dari sang kakak yaitu Keniti Maxwell dan lebih tua satu tahun dari adiknya Kannya Maxwell.
Wajah tampannya selalu pusat perbincangan di kalangan para kaum hawa dan tak jarang pula kaum sejenisnya pun selalu merasa iri akan pesona ketampanannya.
Dengan rambut yang hitam tebal, dahi yang tampak berkerut indah, alisnya yang tebal mengundang keirian para kaum hawa, kedua mata biru langitnya yang cemerang dan terkesan tajam dengan di temani sepasang bulu mata tebal, hidungnya yang mancung teratur, bibir yang tampak sedikit memerah sexy, dan tak lupa rahangnya yang kokoh dan tegas membuat pesona pria itu amat sangat di gandrungi.
Ohh, nikmat mana yang kau dustakan. Tuhan sepertinya tengah tersenyum saat menciptakannya ke dunia.
Tapi di balik kesempurnaan itu, tentu saja ada boroknya. Kenzu Maxwell yang terlalu sombong akan kelebihan rupanya selalu membanggakan dirinya sendiri dan bermain-main akan nikmat yang tak seharusnya Ia dapatkan.
***
Kenzu memasuki mobilnya dengan kesal, perintah ayahnya benar-benar membuatnya kesal.
Bagaimana coba mencari pendamping hidup dalam waktu satu bulan?!
Dan tentu saja Ia tidak akan sembarang memilih, ada tahapan seleksi yang harus di miliki pada diri perempuan itu untuk berhasil lolos menjadi pendampingnya seumur hidup.
Bisa saja Ia sembarang membawa perempuan, toh pasti banyak di luar sana yang akan dengan senang hati melempar tubuh dan jiwanya tapi tetap saja Ia ingin yang terbaik.
Meski Ia amat terlalu berengsek mengisi dunia ini dengan keberengsekannya, tapi dia tetap ingin yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Well, seegois itu? Tentu saja dirinya tak peduli!
***
Sekarang Kenzu berada di sebuah Klub yang terbilang mewah dan benar-benar ramai, ada juga penari wanita yang bergelantungan tanpa malu di tiang dengan pakaian kurang bahannya, tapi fokus Kenzu bukan pada pemandangan menjijikkan itu melainkan pada minuman vhokanya.
"Hai brother... aku tahu masalahmu. Mau ku bantu?" Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu kirinya membuarnya menoleh dan mendapati Jordan, yang merupakan sahabatnya di sana.
Dan Kenzu hanya memberikan raut wajah seakan mengatakan apa, pria itu sepertinya malas untuk membuka suaranya.
"Aku akan memberikanmu wanita, " ucap sahabatnya itu sambil mengedipkan sebelah matanya, yang seketika membuat Kenzu merasa mual.
Dan tiba-tiba suara kekehan keluar dari mulut pria itu. "Pergi kau, kau sama sekali tak membantuku!" ucapnya berubah dingin dan kembali sibuk dengan minumannya.
Dan Jordan yang terusir hanya mengendikan bahunya. "Terserah, dan berhenti mabuk atau kau akan menjadi pria tampan yang gila. Kenzu Stefano Maxwell!" Dan tanpa peduli lagi lelaki itu dengan santainya melanggeng pergi meninggalkan Kenzu demi menemui seorang gadis yang terlihat dari tangkapan matanya tengah melambai padanya di lantai dansa.
***
2 jam sudah Kenzu melampiaskan kekesalannya dengan mabuk-mabukan.
Sedangkan dari kejauhan terlihat seorang wanita dengan pakaiannya yang simpel dan tertutup. Jeans hitam dengan atasan sweeter merahnya memasuki klub, matanya kemudian celigukan mencari seorang dan tepat pandangannya menangkap Kenzu yang tampak mengenaskan di mejanya membuat hembusan nafas kasar keliar dari mulutnya.
"Ketemu juga —Ehh!" Wanita itu langsung mengambil langkah cepat kala melihat Kenzu tampak oleng dan akan terjatuh.
"Hampir saja, dasar merepotkan!" Gerutunya sambil memperbaiki posisi lelaki itu yang menyandar ketubuhnya.
Dan Kenzu hanya menyipitkan matanya saat melihat wanita di hadapannya terlihat buram.
"Who are you? Ka -kau ti-dak masuk dalam ker-ker-kriteria!" Ucapnya mengingau sambil kepalanya Ia gerakan-gerakan pada leher si wanita yang seketika merasakan desiran asing.
Dan wanita itu tahu keasingan itu begitu kurang ajar karena datang tanpa di undang.
"Ayo. " Wanita itu menarik Kenzu keluar dari klub dan membawanya menuju mobil yang sudah siap di luar. dan setelahnya mobil pun berjalan meninggalkan klub.
***
Keesokan harinya. 07.15 AM.
Pancaran sinar mentari pagi yang menembus kaca kamar membuat Kenzu terbangun dengan kepala yang berdenyut di sertai rasa pusing yang sangat menyiksa.
"Ahkk!" Gumamnya sambil menyentuh dan sedikit menekan kepalanya seolah tekanan itu akan sedikit mengurangi rasa sakit kepalanya yang seakan berputar.
Dan beberapa menit kemudian, setelah sedikit mereda, ingatan semalam terputar di otaknya membuatnya kembali meringis.
Ini semua gara-gara Daddy, aku tak seharusnya mabuk, s**t!
Kemudian Ia menoleh saat merasa sedikit pergerakan dan tenyata mendapati sesosok wanita tertidur di sampingnya.
Kenzu lalu menggoyang badan wanita itu. "Wake up, Liza, Liza... kenapa kau ada di sini?"
Sedangkan wanita itu mengerang karena terganggu, mengerjapkan kedua mata birunya, kemudian bangun dari rebahnya, dan termenung sesaat sambil memperhatikan penampilan mereka yang dari kata baik.
"Kita...?"
Tanpa di sangka sebuah toyoran di kepalanya Ia dapatkan setelahnya.
"Buang pikiran kotormu, aku hanya tidur denganmu tanpa artian apa-apa lagi pula kau sepupuku dan kau yang terus merengek ingin ku temani tadi malam. " jelas Liza mengingat Kenzu yang mendadak gila semalam karena efek minumannya.
Kenzu menggeleng sembari terkekeh. "Mana mungkin aku melakukan hal merendahkan seperti itu, kau pasti bohong. "
"Ingat saja baik-baik di kepalamu itu siapa yang benar!" ucap Liza, wanita itu bangkit berdiri dari ranjang lalu keluar kamar.
Meninggalkan Kenzu yang sekarang benar-benar mengingat kejadian semalam, dirinya benar yang meminta Liza menemaninya malam kemarin. Dan itu memalukan buat imagenya.
***
Kenzu terlihat menuruni tangga dengan style sempurna yang sudah melekat ditubuh atletisnya.
Ekor matanya melihat Liza, sepupunya itu tengah memakan steak

"Kau tak membuatkanku satu," ucap Kenzu menghampiri sepupu cantiknya itu.
Liza mendongkak melihat Kenzu dan mendapati lelaki itu tengah menatapnya dengan senyum manis yang tercetak di kedua sudut bibirnya.
Bukan tanpa alasan Kenzu menginginkan steak yang di makan sepupunya itu, tapi buatan Liza memang benar-benar enak, berbeda dengan steak yang dibuat oleh chef-chef profesional sekali pun.
Senyuman manis terbit di bibir liza, Kenzu tersenyum saat melihat respon sepupunya itu, karena yang di ketahuinya sepupunya itu pelit berbagi.
Tapi kesenangan Kenzu lenyap saat senyum liza terganti dengan tatapan datarnya. "Buat sendiri, aku bukan pelayanmu. "
Kenzu menghela nafas dan tanpa pikir panjang langsung melangkahkan kakinya, bukan ke arah panty tapi pintu keluar.
Dan liza melihatnya. "Kenapa pergi, katanya ingin steak. "
Tapi kenzu menghiraukannya, di luar dirinya telah di sambut oleh 2 anak buahnya.
"Mobil sudah siap tuan. " ucap Nilam, Kenzu mengangguk.
Mereka akhirnya tiba di lantai bawah, di lobby Kenzu menjadi pusat perhatian sebagian orang yang berada di sana. Terlebih wanita-wanita yang terus menuji wajah tampannya.
Kenzu memasuki mobil dan mengernyitkan alisnya saat mendapati sahabat playernya itu sudah stand by di kursi depan.
"Kenapa kau pagi-pagi berada di mobilku?" tanyanya.
"Aku ingin menumpang. " Jawab sahabatnya itu dengan cengiran khasnya.
"Kau punya mobil sendiri kenapa menumpang padaku!"
"Mobilku terlalu banyak, aku pusing jadi aku menumpang saja padamu, " jawab jordan.
Setelah itu Kenzu menghiraukan Jordan dan lebih membiarkannya saja.
Tapi di tengah jalan Kenzu entah kenapa memerintahkan sopirnya untuk menghentikan mobilnya dan keluar.
Jordan yang berada di dalam heran sendiri kenapa sahabat yang sama-sama Player sepertinya itu tiba-tiba keluar.
"Ada apa dengannya?"
Saat akan menyusul keluar, Jordan malah mendapati Kenzu tengah berpelukan dengan seorang wanita.
What the?!!