Happy reading:')
Semoga suka, terima kasih telah mampir?
??
"Jordan, kenapa kau disini?" tanya Mia melihat Jordan melangkah mendekat padanya.
"Siapa dia?" tanya Jordan menghiraukan pertanyaan wanita itu.
"Dia temanku." jawab Mia.
"Oh ya, tapi yang aku tahu kau sangat membenci makhluk yang namanya pria. " ucap Jordan.
"Aku memang tak suka, tapi apa aku tak boleh punya teman lelaki. " ucap Mia, menatap malas Jordan.
"Tidak juga. " ucap Jordan sambil mengendikan bahunya.
Suara pekikan seorang wanita tiba-tiba terdengar membuat Jordan maupun Mia menoleh ke arah sumber suara.
"Jessica?" ucap Jordan mendapati seorang wanita berambut pirang setengah berlari ke arahnya dari pintu masuk cafe.
"Lama tak bertemu." ucap Jessica saat wanita itu sudah berada di hadapan Jordan dan tanpa pikir panjang memeluk tubuh pria itu.
Mia menatap malas pemandangan di hadapannya, saat akan undur diri langkahnya malah terhenti karena seseorang menahan tangannya—siapa lagi kalau bukan Jordan–dengan pria itu yang masih berpelukan dengan Jessica.
Mia mencoba melepaskan cekalan itu tapi sia-sia. Cekalan pria itu sangat kuat sampai membuat pergelangan tangannya sakit.
Pelukan diantara Jordan dan Jessica terlepas, Jordan menoleh kearah Mia.
"Jangan kabur, tetap disini. " ucapnya terdengar seperti ancaman.
Dan saat pria itu kembali menatap Jessica keterkejutan menyerang saat wanita itu dengan lancang mendaratkan bibir merah tebalnya pada bibirnya, tapi bukannya melepaskan Jordan malah ikut terhanyut.
Sedangkan Mia yang berada di antara mereka terbelalak tak percaya.
Bertepatan dengan itu, sepasang mata lain melihat mereka dari pintu masuk, tampak wajahnya memerah marah dan tanpa ragu melangkah cepat ke arah dua manusia itu lalu memisahkan mereka,
"Berengsek!" Umpatnya melayangkan sebuah tamparan keras di pipi Jordan.
Plak!
Jordan langsung meringis mendapat tamparan itu. Mendongkrakkan kepala ingin protes—Langsung terdiam saat melihat siapa si penampar yang ternyata–Kekasihnya.
Shit!
"Kat–Katherine, bagaimana kamu ada disini–" ucapan Jordan yang setengah gugup terpotong Katherine yang mengeluarkan suara oktafnya.
"DIAM! Kau–" tunjuknya tepat pada wajah Jordan dengan bibir mencebik.
"Playboy tetaplah playboy, kau selalu seperti ini! Aku bahkan rela memberikan semuanya padamu dan kau!" Tunjuknya beralih pada Jassica. "Baru satu minggu menghilang, kau mengacau lagi! Kenapa kau tidak lenyap saja selamanya dari pandanganku b***h!"
Jessica melotot saat mendengar kata rendahan terlempar padanya dari mulut sialan Katherine. "Kau–!!"
"Apa? kau memang murahankan?!" Ucap Katherine menantang dengan senyuman miringnya yang merendahkan.
Sedangkan Mia yang berada di antara mereka–Menonton dengan tertarik. Menakjubkan sekali live drama di hadapannya ini!
Setelah puas mencaci Jessica dan memarahi kekasihnya, Katherine pun pergi dari sana.
Jordan menatap Jessica sejenak sebelum ikut pergi dari sana bukan mengejar Katherine tapi—menarik Mia pergi dari sana.
***
Sedangkan di kediaman Maxwell. "Apa maksud mom melepaskan? Aku tentu tidak akan melepaskan gadis itu!" tukasnya menolak.
"Tapi kau benar-benar ke-"
"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan? " suara Andre menyahut, Dyandra mau pun Kenzu menoleh dan melihat Andre dan Graham menatap mereka tak mengerti.
"Anakmu ini ingin menghancurkan-" belum juga Dyandra selesai dengan ucapannya, Kenzu lebih dulu menyela.
"Ahh tidak apa-apa, hanya seorang wanita."
"Wanita?"
Kenzu mengangguk. "Aku akan membawanya ke hadapan kalian, dia sangat cantik!" ucapnya dengan senyum tengilnya.
"Jadi kau sudah mendapatkannya? Secepat itu." ucap Andre sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Kenzu hanya mengendikan bahunya dengan senyuman penuh arti, setelah itu dengan seenaknya melangkah pergi meninggalkan mereka yang belum selesai berbicara
"Kenzu aku belum selesai bicara?" bahkan teriakkan ibunya dihiraukan.
Sesampainya di luar, Kenzu memasuki mobilnya lalu mengendarainya meninggalkan pekarangan Mansion, di perjalanan dering ponselnya berbunyi yang langsung di angkatnya.
"Hm."
"......"
Dan wajah tampan berahang tegas itu tampak mengeras setelah mendengar apa yang di sampaikan di seberang telepon. "Terus jaga dia! Jangan sampai dia kabur lagi!" Perintahnya sebelum memutuskan sambungan.
Pria itu menggeram rendah, lalu menginjak pedal gas mobilnya hingga melaju kencang menembus jalanan.
Aku tak akan membiarkanmu lepas! Geram batinnya.
***
Sedangkan di tempat Stella, wanita itu terus mencoba melepaskan cekalan kuat di pergelangan tangannya.
"Anda tak bisa kabur lagi nona." ucap pria itu.
Stella tak peduli, usahanya tadi hampir berhasil kabur dari rumah pria itu, tapi semua gagal saat seorang pelayan memergokinya yang tengah mengendap-endap keluar.
"Aku mau pergi! Tempatku bukan di sini!" pekik Stella terus menggerakkan tangannya pada cekalan pria itu, tapi sebuah suara menghentikan aktivitasnya.
"Ya, tempatmu memang bukan disini," Kenzu mengisyaratkan anak buahnya untuk keluar.
"Tapi—di hatiku tentu saja." Lanjutnya dengan senyuman miringnya yang membuat Stella memutar bola matanya malas.
Dasar gombal belaka pria di hadapannya ini! Oh c'mon mereka bahkan baru saja bertemu kemarin dan pria itu sudah menunjukkan taringnya!
"Kenapa kau kabur?" tanya Kenzu sambil berjalan mendekat pada wanita berambut pirang itu.
"Hm?" Kenzu berdeham tepat di wajah Stella saat wanita itu tak menjawab ucapannya, sedangkan Stella langsung menjauhkan wajahnya dari wajah yang sialan tampan milik pria itu.
"Karena aku tak ingin melihatmu lagi!"
Kenzu mengangkat sebelah alisnya mendapat jawaban penuh kesarkastik itu. "Why?" Tanyanya meski lelaki itu tahu jawaban Stella—tentu saja setelah kejadian semalam, semua akan berubah.
Well, dirinya memang berengsek!
"Ya karena kau menolongku tapi pada akhirnya menghancurkanku!" pekik Stella dengan nafas menderu tepat di hadapan wajah Kenzu yang kembali memunculkan senyum miringnya.
"Salahmu sendiri yang melempar diri padaku dan aku—" Kenzu menggantung kalimatnya membawa mulutnya tepat ke telinga Stella. "Tidak bisa untuk tidak tertarik padamu, my beautiful eyes."
"......"
"Kau cantik, terlebih aku sangat menyukai matamu ini, Stella Rayhana." katanya dengan tatapan tertuju dalam pada sepadang mata biru Stella yang menyejukan.
Stella malah tersenyum. "Jangan mencoba merayuku."
Kenzu mengangkat sebelah alisnya, "Merayu? You know, kau memang cantik terlebih di mataku. " katanya sambil membalik tubuh wanita itu untuk menghadap cermin yang tepat berada di balik punggung wanita itu.
Tangan Stella menyentuh wajahnya. "Cantik?" gumamnya.
"Ya, kau memang cantik dan cocok untuk menjadi mempelai seorang Kenzu yang tampan ini." Stella langsung memutar kedua bola matanya mendengar ucapan kelewat percaya diri itu.
"Pede sekali. " Dengusnya, tangannya sekarang berpindah menahan tangan Kenzu yang akan memeluk pinggangnya.
Oh sampai kapan dia akan terjebak dengan lelaki itu?! Stella ingin pergi tapi tak punya tempat tujuan, seseorang yang di harapkannya tidak tahu dimana. Stella hanya ingin hidup normal, tapi kenapa sulit sekali.
Bukan begini kebebasan yang di harapkannya. Terdampar para pria itu sama saja dengan dia masuk ke perangkap lain setelah terlepas dari perangkan sebelumnya.
"Aku ingin pergi!" Lirihnya setelah berkelabu dengan pikirannya, tapi sepertinya perkataannya mengundang geraman tak suka dari pria itu.
"No! Sudahku bilang aku tidak akan melepaskanmu!"
"Tapi kenapa?"
"Ya karena aku tertarik padamu Stella Rayhana!" Aku menginginkanmu dalam hidupku—hingga bosan mungkin.
"Ta-tapi–"
"Stop memperotes, sudah jelas apa yang aku katakan!" ucap Kenzu sedikit menyentak volume suara membuat Stella tergugu terlebih tubuhnya yang tertarik kedepan—Menabrak d**a bidang Kenzu.
Dan tubuh mereka tanpa jarak sedikit pun–saling menempel. Kenzu dengan lancang membenamkan kepalanya di lekukan leher Stella yang seketika membeku di tempatnya—mengendus aroma wanita itu yang terasa sangat memabukan untuknya, membuat dirinya kecanduan. Sialan!
Cup
Satu kecupan membuat Stella terperanjat—Meronta ingin terlepas, wanita itu mendorong d**a Kenzu yang tampak menyeringai padanya.
Lelaki itu! Bukan saja terlalu percaya diri, m***m juga ternyata! Batinnya.
Mencoba menghindar–Kabur menjauh dari jangkauan Kenzu, tapi sayang sekali sebuah tangan pria itu dengan gesit menahan dan kemudian Stella merasa tubuhnya melayang yang seketika pekikan keluar dari mulutnya—terkejut, tentu saja.
Reflex tangannya memukul-mukul d**a bidang dan keras Kenzu dengan brutal.
"Pukulanmu kuat juga." ringis Kenzu dengan terus melangkah menuju ranjang.
"Aww!" pekikan ngilu keluar dari mulut Stella saat Kenzu melempar tubuhnya sedikit kasar ke ranjang.
Sinyal bahaya dari tubuh Stella terus saja berbunyi, saat wanita itu akan beranjak bangun, kakinya malah di tarik hingga di terlentang di ranjang dan lebih parahnya Kenzu sudah berada di atasnya dengan seringai m***m yang terpatri di kedua sudut bibir sexy-nya.
Stella langsung memejamkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan saat bibir pria itu terus mendekat pada wajahnya sampai akhirnya....
Brak
Suara pintu terjebab keras, dan di susul pekikan seorang wanita.
"Kenzu! Apa yang tengah kalian lakukan?!"