Nasi Goreng Spesial

1273 Kata
Usai membersihkan dirinya, Shafira melirik Leo yang tampak tertidur lelap. Gadis itu seolah mengerti bahwa Leo lelah setelah kembali dari luar kota. Ketika Shafira akan menaiki ranjang untuk tidur, ia merasakan cacing di dalam perutnya tengah meronta-ronta. Kkkrrruuukk.... "Duh, aku lapar!" ucap Shafira dalam batinnya. Shafira melirik jam yang berputar di dinding telah menunjukkan waktu dini hari. "Semua pelayan pasti sudah istirahat ... aaahh, apa yang aku pikirkan? Mereka buka pelayanku, bagaimana mungkin aku mengharap mereka akan melakukan apa yang aku minta!" gumam Shafira mengurungkan niatnya untuk naik ke ranjang tidur. Shafira berpikir sejenak dan berniat untuk turun ke dapur. "Di dapur pasti banyak makanan ... aku ke dapur saja, pasti ada makanan yang bisa mengganjal perutku!" gumam Shafira lagi. Shafira lantas keluar dari kamar dan menutup pintunya dengan begitu perlahan agar tidak membangunkan Leo. Ia melihat semua ruangan tampak gelap lantaran semua lampu sudah di matikan. Shafira berjalan menuruni anak tangga dengan hati-hati agar tidak terjatuh. "Sumpah! Aku seperti maling saja kalau begini!" gerutu Shafira. Akhirnya Shafira pun sampai di dapur. Ia menyalakan satu lampu sebagai penerang ruangan. Ia membuka kulkas dan melihat isinya. Begitu banyak bahan makanan yang bisa ia olah menjadi santapan malamnya. "Heeemm, dasar orang kaya! Isi kulkasnya saja sebanyak ini ... bahkan ukuran kulkasnya jauh lebih besar dari lemari pakaianku yang ada dirumah! Aaaah, aku jadi merindukan rumahku!" ucap Shafira ingin sekali keluar dari kediaman Leo dan pulang kerumahnya, walaupun disana ia tak menemukan kebahagiaan seperti yang ia harapkan. Shafira lantas mengambil beberapa bahan makanan dari kulkas. Ia melihat ada sisa nasi yang ada di dalam penanak nasi. Semuanya ia letakkan di atas meja. "Nasi, daun bawang, telur dan mentega! Lalu sedikit cabai biar terasa pedas ... aku suka pedas!" ucap Shafira berbicara sendirian di dapur itu tanpa mengetahui bahwa Huria menatapnya dari balik sisi tembok. Pelayan setia Leo itu tampak tersenyum saat melihat Shafira sedikit ceria. Shafira mulai memotong daun bawang serta cabai untuk memasak. Ia mengambil penggorengan dan ia letakkan sedikit mentega. "Aku akan masak nasi goreng pedas!" seru Shafira tampak ceria. Huria terus menatapnya sambil senyum-senyum, sementara Shafira terlihat asik sendiri dengan apa yang tenga dikerjakannya di dapur itu. Saat memperhatikan Shafira dari balik sisi tembok, tanpa sengaja Huria melirk Leo yang berjalan menuju ke arah dapur. "Tuan!" ucap Huria dalam hatinya. Ia segera bersembunyi agar tidak ketahuan bahwa dirinya sedang berada di balik tembok itu sembari memperhatikan Shafira. Shafira menabur sedikit garam pada nasi goreng yang ia buat. Ia mengambil sendok untuk mencicipinya. "Waaah!!! Enak!!!" seru gadis manis itu tampak kegirangan merasakan masakannya. "Kau sedang apa?"  Shafira sangat kaget ketika Leo memeluk pinggangnya dari belakang. Saking kagetnya, tanpa sengaja Shafira menjatuhkan sutil yang gunakan untuk memasak dan mengenai kaki Leo. "Aaaawww!!!" pekik Leo kesakitan, bahkan Leo sampai lompat-lompat dengan satu kakinya. "Aaahhh, maaf tuan! Aku tak sengaja!" pekik Shafira semakin kaget dan merasa bersalah. "Apa kau begitu bodoh, hah?" teriak Leo kesal sembari mengelus kakinya. "Ma-maaf tuan ... saya tadi terkejut," ucap Shafira ketakutan. Sementara Huria masih menatap keduanya sambil senyum-senyum dari balik sisi tembok dapur. "Sendok itu panas dan kau pasti sengaja menjatuhkannya kan!!!" teriak Leo lagi. "I-itu buka sendok tapi ...." "Aaah, aku tidak mau tau itu sendok atau apalah, cepat ambilkan es dan kompres kakiku!" seru Leo. "I-iya, tuan!" sahut Shafira kemudian mematikan api kompor sebelum menghampiri kulkas untuk mengambil es. Leo duduk di kursi menatap gadis yang terlihat kalang kabut dihadapannya. "Dasar gadis ceroboh!" gerutu Leo sewot. Shafira membawakan semangkuk es dan juga kain bersih untuk mengompres kaki Leo yang tampak memerah akibat sutil panas yang menimpa kakinya. "Cepat kompres kakiku!" seru Leo pada Shafira. "Iya, tuan," sahut Shafira lantas melakukan apa yang diperintahkan pria matang yang terus saja menatapnya kesal. Shafira berjongkok dan menempelkan kain yang di dalamnya telah terisi beberapa batang es. Sedangkan Leo melirik ke dalam penggorengan yang terlihat begitu jelas di dalamnya terdapat makanan yang begitu sederhana. "Kau sedang apa di dapur?" tanya Leo. "A-kau membuat nasi goreng ... tadi aku sedikit lapar jadi aku ke dapur," sahut Shafira masih dengan sikap ketakutan terhadap Leo. "Apa kau belum makan malam?" tanya Leo lagi. "Sudah," sahutnya. Leo tak puas berbicara pada Shafira tanpa melihat wajahnya, karena Shafira sibuk menatap kaki Leo untuk mengkompresnya. Ia lantas menarik dagu Shafira agar mendongak keatas dan membalas tatapannya. "Jawab dengan jujur ... apa pelayan disini tidak melayanimu dengan baik? Apa mereka tidak memberikanmu makanan yang banyak?" tanya Leo menatap Shafira dengan tatapan dingin. "Ti-tidak tuan, mereka sangat baik padaku dan mereka melayaniku dengan baik!" sahut Shafira. "Lalu? Kenapa kau masih kelaparan?" tanya Leo. "Tadi saat makan malam aku hanya makan sedikit, tapi bukan karena mereka memberiku sedikit makanan melainkan aku hanya tidak selera makan saja," sahut Shafira. Leo meraih tubuh Shafira dan mendudukkannya diatas pangkuannya. "Tu-tuan ...." ucap Shafira sedikit risih ketika duduk diatas kedua paha pria yang sedari tadi menatapnya. "Katakan, apa yang kau sukai? Kenapa kau sampai tidak selera makan? Apa makanannya tidak enak?" tanya Leo mendesak Shafira untuk segera menjawabnya. "Aku suka makanan pedas, tapi makanan yang disiapkan pelayan semuanya enak, hanya saja ...." "Hanya apa?" tanya Leo lagi. "Tuan, tadi aku tidak berselera karena memikirkan ibuku ... aku ingin sekali melihat keadaannya!" kata Shafira. "Dia bukan ibumu! Dia tidak menyayangimu!" ujar Leo membuat Shafira terkejut. Shafira menatap mata Leo dengan seksama namun pikirannya penuh tanda tanya. "Darimana dia tau mengenai hubunganku dengan keluargaku?" tanya Shafira dalam hatinya. Leo tiba-tiba saja mendaratkan ciumannya di bibir Shafira, bahkan saat melihat apa yang dilakukan majikannya tersebut membuat Huria memilih pergi kembali ke kamarnya. Ia merasa sangat senang karena Leo membawa pulang gadis baik seperti Shafira. "Setiap reaksimu membuatku ingin bercinta denganmu!" bisik Leo di telinga Shafira. Kkkrrruuukkk...... Leo dan Shafira serentak menatap perut rata yang barusa berbunyi begitu nyaring. "Heh, dia sangat kelaparan rupanya!" ucap Leo dalam hatinya sembari menatap wajah Shafira yang tampak merah padam lantaran malu. "Pergilah makan makananmu!" kata Leo menurunkan Shafira dari pangkuannya. Shafira mengambil dua piring dan dua sendok lalu mengisinya dengan nasi goreng yang ia buat. Kemudian ia meletakkan satu piring di hadapan Leo.  "Tuan ini untukmu!" ucap Shafira terlihat ragu memberikan makanan itu pada seorang pria kaya yang pastinya tidak pernah menyantap makanan sederhana itu. Leo menatap sepiring nasi goreng itu dengan perasaan yang sedikit terharu, lantaran Shafira masih ingij berbaik hati padanya setelah selama ini ia terus mengekangnya. "Maaf, aku hanya bisa masak makanan sederhana itu! Jika tuan tidak mau, aku akan membuangnya," kata Shafira hendak meraih piring tersebut. "Jangan!" seru Leo. Shafira menarik kembali tangannya. Leo meraih sendok dan mulai memasukkan satu suapan nasi goreng ke dalam mulutnya. Ia mengunyah makanan tersebut dengan perlahan untuk merasakannya. "Tidak buruk!" pikir Leo dalam benaknya. Leo kemudian melirik Shafira yang tampak terperangah sambil menatapnya. "Apa yang kau lihat? Cepat duduk dan makan makananmu!" seru Leo pada Shafira. Shafira dengan tergesa-gesa menarik kursi dan duduk, lalu menyantap makanan yang ada di piringnya. Sesekali ia melirik Leo yang terus saja mengunyah makanan buatannya tersebut. "Ya Tuhan, jangan sampai dia mati karena makanan yang aku buat ... kalau sampai itu terjadi maka aku akan menghabiskan sisa hidupku di dalam penjara! Aku tidak akan pernah bisa melawan keluarga kaya seperti keluarganya," ucap Shafira dalam hatinya. Shafira terus melirik bila ada kesempatan. Ia melihat keringat mengucur di sisi pelipis kanan Leo. "Menurutku ini pedas ... tapi kenapa dia biasa saja? Apa dia suka makan makanan pedas juga?" gumam Shafira dalam hatinya. "Sialan! Nasi goreng ini sangat pedas!" umpat Leo dalam hatinya. Leo terus menyantap makanan itu walaupun sebenarnya ia sudah tak kuat, karena dirinya bukanlah pecinta makanan pedas seperti Shafira. Namun Leo juga tak ingin harga dirinya jatuh di hadapan gadis itu, bila ketahuan tak kuat makan  makanan pedas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN