Part 7

1089 Kata
Seperti yang pernah dilakukan oleh pria itu sebelumnya. Dia pura pura tidak mendengar panggilan Adhiti. Padahal dia tahu dan mengenal sumber suara tersebut. "Bian, berhenti! Aku mohon!" Kata Adhiti. Albian tetap terus berjalan tanpa sekalipun melirik ke arah Adhiti. Yang gadis itu tahu, Albian menuju parkiran. "Tolong jelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi? Jika kamu terus diam. Aku tidak tahu apa yang telah aku perbuat sampai membuatmu marah. Bian...." panggil Adhiti keras. Langkah Albian terhenti, karena kelelahan berlari. Adhiti menopang tubuhnya dengan salah satu mobil yang terpakir. Suasan lengang saat ini, hanya ada mereka berdua. Setidaknya dengan keadaan sepi, Albian bisa mengatakan hal yang sebenarnya. Mereka saling berpandangan, Adhiti masih berusaha tersenyum. Walau dia sudah merasa kelelahan. Sedangkan wajah Albian merah menahan emosi. "Apa kesalahanku, Bian. Padahal saat kita pergi bersama. Tidak ada satupun perdebatan diantara kita." Shania yang melihat Adhiti berlari. Dia mengikuti kemana tujuan sahabatnya. Saat melihat Albian, Shania berdiri cukup jauh diantara mereka. Dia memberi waktu kepasa Adhiti dan Albian untuk berbicara. "Apa tujuanmu mendekatiku?" Albian balik bertanya. Kening Adhiti berkerut bingung. "Karena... ak..aku menyukaimu." Albian tersenyum sinis." Wanita pembohong!!" Adhiti menggeleng cepat." Aku tidak berbohong, Bian. Aku mencintaimu, maka aku berusaha mendekatimu. Dan kamu tahu itu kan." Albian melangkah maju mendekati Adhiti. "Kau punya tujuan lain, bukan. Ucapanmu berbeda dari isi hati mu. Aku benar benar membencimu!" Ungkap Albian menantang Adhiti. "Demi tuhan,Bian!. Tidak ada tujuan apapun. Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu ucapkan." Adhiti semakin bingung dengan yang disampaikan Albian. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Walau berjuta cara kau mendekatiku. Aku tidak akan memaafkanmu!" Bisik Albian menatap marah ke arah Adhiti. "Ada apa, Bian?" Tanya Adhiti bingung. "Bagaimana bisa aku tidak menyadari bahwa seseorang yang aku cari selama ini, berada di dekatku. Orang yang paling ku benci. Seseorang yang aku ingin tahu siapa dia. Seseorang yang telah menghancurkanku dengan keluargaku. Seseorang yang telah merenggut kebahagian kecilku." "Aku tidak mengerti," ucap Adhiti lagi. "Berhenti berpura pura! Apa yang tidak kau mengerti,Hah! Apa?" Teriak Albian keras. "Setelah kau menghancurkan semuanya, merenggut semuanya. Lalu kau datang seolah olah menjadi penghangat dalam hidupku dan keluargaku! Sandiwara apa yang kau jalankan! Capek bukan, berpura pura baik selama ini? Apapun tujuanmu, aku tidak akan memaafkanmu. Kau dengarkan itu! Sampai kapanpun aku tidak akan memaafkanmu. Menjauh dari hidupku dan juga adikku. Berhenti bersikap bahwa kau seorang kakak yang baik untuk Jehan. Bahwa kau bisa menjadi pelengkap di hati Jehan di saat kembarannya yang kau renggut hidupnya!! Pergi dari hidupku,Adhiti!! Jika hukum tidak bisa menghukummu! Aku yang akan memberi pelajaran kepadamu!" Albian menarik nafas menahan emosinya. "Aku!!"teriak Albian keras. Saat itu Shania mendekati mereka berdua. Shania khawatir dengan Adhiti. "Aku yang akan membalaskan semuanya. Jika kekayaan keluargamu mampu membungkam hukum. Hukuman yang seharusnya kau dapatkan. Aku akan membalaskan semuanya,Adhiti." Teriak Albian lagi. Adhiti mundur seketika. Untuk pertama kalinya dia melihat pria itu begitu menakutkan. "Aku tidak mengerti," cicit Adhiti. "Berhenti!!" Teriak Albian "Apa yang tidak kau mengerti,hah! Kau wanita pembunuh!! Kau telah membunuh ayah dan juga adikku,Jihan. Kau pembunuh!! Aku membencimu, pembunuh!" Adhiti menangis, dia berusaha mencerna semuanya. Sedangkan Shania memandang Albian tidak percaya. "Shania," panggil Adhiti menghadap sahabatnya. Lalu, Albian merenggut tubuh Adhiti keras. Bahkan sampai gadis itu jatuh terduduk. Shania berusaha menolong Adhiti. Dia mendekati tubuh sahabatnya. Lalu, seseorang menahan tubuh Shania. "b******k!! Kau Indy!!" Kata Shania memberontak. "Aku akan menghancurkanmu! Aku akan membalaskan dendamku kepadamu!" Teriak Albian merengkuh leher Adhiti. "Kau menabrak ayah dan adikku sampai mereka meninggal. Bahkan Jihan, wajahnya sampai hancur dan sampai sekarang aku tidak tahu dimana salah satu bola matanya," jelas Albian dengan menangis. "Menabrak?" Ulang Adhiti. Seketika tubuh gadis itu menggigil. "Bahkan, aku harus menyaksikan otak ayahku berceceran. Kau menyiksa Jihan dan ayahku." Adhiti menggeleng dan menangis."Tidak mungkin, aku tidak melakukan hal itu." Adhiti menangis pilu. "Kenapa kau melakukan itu, Adhiti. Kenapa kau menabrak kedua orang yang aku cintai? Kenapa kau merenggut kebahagian keluargaku." "Sudah Albian," bisik Indy mendekati Albian. "Jangan mengingat kejadin itu lagi. Itu akan menyakitkanmu. Kamu akan membuka luka lamamu," bujuk Indy melepaskan cengkraman tangan Albian dari leher Adhiti. "Jangan menampakan dirimu di hadapan ku lagi. Menjauhlah dari hidup ku. Jika ada satu doa yang ingin aku ucapkan sekarang. Aku hanya berharap kematianmu!!" Kata Albian tegas. Lalu, pria itu pergi menjauh dari Adhiti. Tanpa membiarkan gadis itu berbicara apapun lagi. Adhiti terdiam membisu, seketika kejadian kecelakaan itu terlintas di pikirannya. "Shania,"panggil Adhiti dengan bibir gemetar. Adhiti menggeleng menghadap Shania." Tidak, aku tidak melakukan itu, bukan. Kecelakaan itu tidak memakan korban seperti yang kalian katakan. Bukan aku kan, Shania. Bukan aku, kan?" Tanya Adhiti menangis sesegukan ke arah Shania. Shania menggigit bibirnya menangis. "Ak...aku bukan pembunuh kan, Shania. Aku tidak membunuh siapapun. Jawab aku, Shania?" Shania memeluk Adhiti erat."Aku bukan pembunuh," lanjut Adhiti menangis keras di pelukan sahabatnya. "Jawab Shania," sela Indy menantang Shania. Shania tidak mampu mengatakan satu kata pun. Indy tersenyum sinis." Sepertinya, anak pembawa sial memang sangat cocok disematkan di tengah tengah namamu, Adhiti. Di hari kelahiranmu, kau merenggut nyawa mommymu. Kau hancurkan kebahagian daddy mu. Dan lima belas tahun kemudian. Di hari ulang tahunmu juga. Kau telah merenggut dua nyawa yang tidak berdosa. Merenggut kebahagian Albian dan adiknya, Jehan. Kau juga telah menghancurkan hidupku dan keluargaku, Adhiti. Jika Albian menginginkan kematianmu, sekarang. Aku berharap, kenapa di saat kecelakaan waktu itu. Kenapa kau tidak mati juga!!" "Berhenti berbicara, Indy!" Sela Shania cepat. "Gua tidak menyangka. Entah racun apa yang lu sebarkan kepada Albian. Entah cerita apa yang lu sampaikan kepadanya. Gua yakin, pasti ada beberapa cerita yang lu karang dengan indah. Hanya untuk menfitnah Adhiti. Bahkan setelah sekian lama, lu masih betah mengganggu hidup saudara lu sendiri." Indy menghembuskan nafas kesal." Ini bukan masalah antara gua dan Adhiti semata. Tetapi, seharusnya dia sudah menerima hukuman setimpal atas perilaku buruknya terdahulu. Tapi apa? Kalian semua menutupinya. Bahkan menyumpal mulut semua orang agar putri kesayangannya tidak masuk penjara." Indy menatap Adhiti marah." Hey Adhiti!!" Bentaknya keras. "Seharusnya sampai sekarang. Lu harus di penjara. Kenapa lu tidak membusuk di sana saja. Atau sekalian mampus. Lebih baik kau pergi jauh dari dunia ini. Jangan adalagi nasib sial yang diterima orang lain karena berada di dekat lu!!" Ucap Indy penuh kebencian. Setelah mengeluarkan umpatan yang ditahannya di dalam hati. Indy mengejar Albian yang telah dahulu meninggalkan mereka. Shania memapah Adhiti yang dalam keadan shock dan penuh tekanan. Adhiti mencoba mengingat kejadian di malam itu. Dia memaksanya otaknya untuk kembali kepada peristiwa enam tahun yang lalu. Saat dia masih berusaha, sakit kepala berat menghampirinya. Dia masih berusaha, sampai pada akhirnya semuanya gelap. Hal yang terakhir didengar Adhiti. Panggilan panik dari Shania. Adhiti pingsan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN