Kaki Serra membawanya pada taman di belakang mansion Aldebara. Sebuah tempat yang sangat cocok untuknya saat ini.
Serra berlutut di tepi danau. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Tuhan, kenapa kau membuat cerita bodoh seperti ini?! Kenapa kau membuatku membunuh pria yang paling aku cintai lalu mempertemukan aku lagi dengan orang yang mirip dengannya di dunia lain? Tidakkah lebih baik kau mengambil nyawaku saja alih-alih mengirimku ke dunia yang sangat asing bagiku?"
Bukan Aldebara yang membuat Serra seperti ini. Hanya ada satu orang dan akan selalu satu orang yang bisa membuat Serra terjebak dalam kesedihan.
Sejak dahulu, Allard telah menjadi alasan baginya untuk murung. Namun, ia jarang menangis meski sikap Allard padanya tidak pernah manis. Tatapan mata Allard selalu menatapnya seperti ia adalah manusia paling hina di dunia. Serra tidak pernah tahu apa alasan Allard begitu membencinya, ia hanya membiarkan Allard. Jika ia tidak bisa menjadi orang yang paling dicintai Allard, maka biarkan ia selalu dalam otak Allard sebagai wanita yang paling dibenci. Dengan begitu ia tidak akan bertepuk sebelah tangan, Allard akan selalu mengingatnya, seperti ia yang selalu mengingat Allard. Ya, meskipun dalam artian berbeda.
Dibenci tanpa tahu alasan adalah hal yang tidak bisa Serra terima. Namun, ia tidak pernah sekalipun ingin menanyakan atau mencaritahu, ia takut jika ketika ia tahu alasannya, ia akan merasa bersalah dan tidak pantas mencintai Allard.
Cinta Serra pada Allard tidak pernah goyah meski diterjang ombak yang begitu besar. Allard adalah teman satu sekolah menengah atas Serra. Dan Serra tidak menyangka jika ia akan bertemu kembali dengan Allard di akademi militer. Ia berpikir bahwa akan ada jalan baginya untuk mendekati Allard. Akan tetapi, itu hanya pikiran Serra saja. Di akademi Allard bertemu dengan seorang gadis cantik, Aera. Allard mematahkan hatinya bahkan sebelum ia mengakui perasaannya pada Allard.
Serra selalu berada satu tingkat di atas Aera, tetapi ia kalah jika itu tentang Allard. Ia menjadi yang terbaik di akademi. Mendapatkan semua perhatian dari senior dan pelatihnya, hanya satu orang yang tidak jatuh untuknya. Allard. Pria yang mempertahankan kebencian dan semakin terlihat benci ketika berhadapan dengan Serra.
Serra tidak bisa berhenti mencintai Allard, meski kadang kebersamaan Allard dan Aera membuat dadanya sesak.
Kenapa bukan aku yang di sana?
Kenapa bukan aku yang dicintai olehnya?
Kenapa bukan aku yang mendapatkan senyuman hangatnya?
Serra selalu dikelilingi oleh kata tanya 'kenapa' setiap ia melihat Allard. Dan ia menemukan jawabannya sendiri.
Bahwa ia ditakdirkan untuk mencintai dalam diam.
Dibenci Allard adalah terjangan gelombang besar bagi Serra, kemudian patah hati hanyalah gerimis setelah terjangan itu.
Tak mengapa. Ia pernah diterjang oleh ombak yang besar, mana mungkin gerimis bisa membuatnya tersakiti.
Dahulu, ketika ia penat dan sedih karena Allard. Ia memilih pergi ke club malam. Menghabiskan waktu dengan alkohol dan pria untuk temannya. Ia patah hati, tetapi tidak pernah terlihat seperti hatinya telah hancur. Di depan orang lain ia selalu terlihat menikmati hidupnya.
Di dunianya, Serra hanya memiliki satu sahabat. Dylan. Sahabatnya sejak kecil hingga dewasa. Hanya pria itu yang tahu betul akan perasaannya terhadap Allard. Hanya pria itu yang akan menemaninya tanpa bertanya kenapa ia bersedih. Ya, hanya Dylan yang berdiri di sampingnya tanpa mengharapkan apapun.
Dan saat ini, Serra tidak tahu harus meluapkan kesedihannya dengan apa. Ia bahkan tidak memiliki teman untuk bercerita.
Bayangan Allard tewas dengan tangannya sendiri membuat kepala Serra makin sakit. Begitu juga dengan hatinya yang seperti tercabik. Bahkan, meski Allard melakukan kesalahan besar, ia tetap tidak akan mungkin sanggup membunuh Allard.
Serra menyadari bahwa kematian Allard adalah sebuah ketidaksengajaan, tetapi ketidaksengajaan itu berasal dari tangannya. Andai saja ia tidak terlalu mengikuti protokol dari atasannya untuk membunuh Aera, maka ia tak akan kehilangan Allard.
Atasannya mengatakan bahwa kematian Allard adalah sesuatu yang memang akan terjadi. Allard tidak terlibat dalam pembunuhan saksi mata, tetapi ia melindungi pengkhianat kesatuan. Dan artinya Allard satu golongan dengan Aera. Dan hukuman yang akan diterima Allard karena membela pengkhianat adalah kematian.
Dylan juga mengatakan hal yang sama. Akan tetapi, Serra tetap menyalahkan dirinya sendiri. Melalui tangannyalah Allard tewas.
Angin dingin saat ini menyelimuti tubuh Serra, tetapi Serra tidak merasa kedinginan. Ia masih tetap berlutut di tepi danau. Manik mata birunya menerawang jauh.
Sampai kapan aku harus seperti ini? Serra bertanya lirih di dalam hatinya. Ia nyaris putus asa. Melihat Aldebara pasti akan mengingatkannya pada Allard. Mereka memang bukan orang yang sama, tetapi wajah mereka persis sama. Bagaimana jika ia akhirnya jatuh cinta pada Aldebara karena menyerupai Allard? Bagaimana jika pada akhirnya ia akan membuat kesalahan lagi? Dan bagaimana jika ternyata ia juga tidak bisa mendapatkan pria yang menyerupai Allard di kehidupan ini?
Serra tiba-tiba menjadi manusia paling pesimis di dunia. Ia jatuh, terlalu dalam hingga ia kesulitan untuk kembali ke semula.
Ia pernah mengatakan patah hati yang mana lagi yang tidak bisa ia lewati pada Olyn. Sejujurnya, ia mengatakan itu tanpa berpikir matang.
Jika ia terus berhadapan dengan pria yang begitu sama persis dengan Allard, mungkin ia akan jatuh hati karena menganggap pria itu adalah Allard.
Serra menyalahkan dirinya sendiri. Semua ini karena tindakannya yang impulsif. Harusnya ketika Aldebara memerintahkannya membayar hutang dengan menjauh dari pria itu ia menurut saja. Bukan malah tidak terima dan berakhir menjadi pelayan.
Dan sekarang, bagaimana ia bisa menghindar dari Aldebara? Mereka berada dalam satu rumah.
Serra terjebak dalam kesedihan, kegundahan dan kebingungannya sendiri. Ia terus berada di danau hingga malam tiba.
♥♥♥
Serra terbangun di jam 6 pagi. Ia mengingat jadwal kerjanya. Jam 7 adalah waktu sarapan Aldebara. Serra segera menuju ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya lalu bersiap untuk memulai pekerjaannya.
Serra tidak menemukan cara lain selain menjalani apa yang ada di depan matanya. Ia tidak bisa menghindar atau melarikan diri. Ia bukan tipe manusia yang taat pada agamanya, tetapi ia yakin, Tuhan memiliki rencana yang indah untuknya.
Usai menyiapkan sarapan untuk Aldebara, ia masih tetap di ruang makan menunggu Aldebara tiba.
Suara langkah terdengar, Serra yakin itu Aldebara. Dan memang benar. Yang datang adalah Aldebara. Seolah tak terjadi apapun kemarin, Aldebara duduk dengan tenang. Menyantap hidangan yang tersaji rapi di meja.
Aldebara telah menghabiskan sarapannya. Ia berdiri dari tempat duduknya. Membalik tubuhnya menatap Serra.
"Aku akan pergi ke kediaman Tuan Kevyn. Ikut aku ke sana."
"Baik."
Aldebara berlalu meninggalkan Serra yang masih di tempatnya. Serra pikir Aldebara akan memasang wajah marah setidaknya untuk satu minggu jika ia mengingat betapa tajamnya tatapan Aldebara kemarin. Namun, ia salah, Aldebara bahkan terlihat seperti kemarin tidak terjadi apapun.
Serra mengikuti Aldebara dari belakang. Ia tak mengerti kenapa ia harus ikut Aldebara ke rumah Kevyn. Apakah tugas pelayan pribadi Aldebara adalah menemani Aldebara kemana pun?
Serra menggeleng pelan. Pada saat pesta ia tidak melihat ada pelayan wanita kecuali Vallen di sisi Aldebara.
Sudahlah, Serra tidak mau sakit kepala. Aldebara sendiri adalah misteri yang sulit ia pecahkan. Membaca apa maksud Aldebara adalah hal mustahil baginya.
Di kediaman Kevyn, semua tetua dan werewolf berpangkat tinggi berada di sana termasuk Aleeya dan Stachie, serta beberapa werewolf muda dan berbakat di pack.
"Selamat datang, Tuan Aldebara." Kevyn menyambut Aldebara.
Aldebara hanya mengangguk sopan. Kemudian duduk di sebuah kursi yang paling dekat dengan kursi Kevyn. Ia bahkan tidak perlu repot menyapa orang-orang yang ada di sana.
Serra berdiri di belakang Aldebara, rupanya apa yang Olyn katakan tentang Aldebara jauh dihormati dari alpha pack adalah benar.
Dari arah berlawanan Aaron menatap Serra. Untuk beberapa detik tatapan mereka bertemu, tetapi Aaron tidak menemukan tatapan memuja yang sering ia lihat dari mata Serra sebelumnya, yang ia temui saat ini hanyalah tatapan acuh tak acuh. Bukan jenis tatapan dingin atau tatapan kecewa. Hal yang membuat Aaron merasa harga diriny terluka, Serra seperti menganggapnya orang asing tak dikenal.
Aleeya menyadari tatapan Aaron pada Serra, ia memaki dalam hatinya. Untuk apa pecundang Serra diajak ke pertemuan penting hari ini. Hanya werewolf pangkat tinggi yang bisa hadir di pertemuan itu bukan Serra yang bahkan tidak bisa menemukan wolf dalam dirinya.
Semua yang ada di ruangan itu mengambil tempat duduk mereka kecuali Serra. Di saja hany Aldebara sendiri yang membawa pelayan. Harusnya yang duduk di belakang Aldebara adalah Vallen, tetapi saat ini Vallen sedang mengamati aktivitas di Black Forest. Dan pilihan Aldebara hanya membawa Serra.
"Terima kasih sudah hadir di pertemuan ini. Seperti yang kita tahu, dua minggu lagi kita akan mengadakan kompetisi antar pack. Dan aku di sini akan menunjuk siapa saja yang akan mengatur tentang kompetisi." Kevyn memulai pembicaraan dengan pembawaannya yang selalu bijaksana. "Beta Steve akan menyambut para tamu bersama dengan Alpha Aaron. Para tetua dan aku akan membuat peraturan kompetisi. Sementara Tuan Aldebara akan mengamati kompetisi agar tidak terjadi kecurangan. Para Gamma akan mengumumkan tentang kompetisi ini pada seluruh anggota pack. Dan kalian juga bisa ikut berkompetisi untuk memperebutkan posisi terbaik."
"Baik, Tuan." Semua menjawab kecuali Aldebara dan Serra.
"Dan malam nanti siapapun yang akan mengikuti kompetisi akan memasukan namanya ke dalam api suci. Ketika bulan purnama selesai maka pendaftaran akan ditutup. Keesokan harinya aku akan mengumumkan siapa saja yang ikut berkompetisi," lanjut Kevyn.
Semua orang di dalam sana mengangguk paham. Mereka akan menjalankan perintah mantan Alpha dengan baik. Seharusnya yang memimpin kompetisi ini adalah Aaron, selaku pemimpin pack, hanya saja Aaron baru diangkat sebagai Alpha. Dan kompetisi yang diadakan bukan kompetisi sembarangan, Kevyn bukan tidak percaya pada kemampuan putranya, hanya saja ia tidak ingin terjadi kesalahan pengaturan dalam kompetisi yang akan diadakan.
Para gamma keluar dari ruang pertemuan seusai mendengar perintah Kevyn agar mereka segera menjalankan tugas. Yang tersisa di ruangan itu hanya para elders, Beta Steve, Kevyn, Alpha Aaron dan Aldebara. Sementara Serra juga diperintahkan keluar karena mereka yang ada di dalam ruangan akan membahas sesuatu yang penting tentang kompetisi.
"Hey, pecundang!" Stachie menyapa Serra dengan hinaan. Senyuman mengejek dengan tatapan sinis terlihat dari wajah Stachie. "Aku yakin malam ini kau akan bersembunyi lagi. Ckck, memalukan. Bagaimana bisa Ayah memiliki anak semenyedihkan dirimu."
Serra tidak menanggapi Stachie. Ia hanya bersikap acuh tak acuh.
Aleeya geram melihat sikap angkuh Serra. Tatapan matanya seperti ingin menguliti Serra saat ini juga.
"Sampah ini tentu saja akan bersembunyi, Stachie. Malam purnama hanya untuk werewolf yang bisa beganti shift, bukan untuk pecundang macam dia," seru Aleeya tajam.
"Ckck, bahkan pelayan seperti Olyn saja bisa berganti shift. Kau sungguh memalukan, Serra."
Telinga Serra gatal mendengar ejekan Stachie. "Apakah kau sudah selesai bicara? Kalau sudah pergilah. Aku tidak ingin membuang waktuku dengan bicara padamu dan kakakmu," balasnya tenang.
Stachie mengepalkan tangannya. Di wajahnya terlihat senyuman yang dipaksakan. "Nampaknya kau sudah merasa hebat karena menjadi pelayan Tuan Aldebara? Apakah kau berpikir kau akan bisa merayu Tuan Aldebara?" Stachie menaikan sebelah alisnya. "Kau bermimpi. Kau bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Nona Ouryne."
Merayu Aldebara? Tiba-tiba senyuman geli terpancar di wajah Serra. Ia pikir Stachie sudah mengarang cerita terlalu jauh. Mungkin Stachie bisa menjadi penulis n****+ best seller dengan narasi-narasi di otaknya itu.
Melihat senyuman geli di wajah Serra membuat Stachie geram. Ia benci sekali melihat senyuman di wajah Serra. Baginya, pecundang seperti Serra tidak berhak tersenyum.
"Apa yang lucu dari kata-kataku, Pecundang!" geram Stachie.
"Kau." Serra membalas tenang disertai dengan senyuman menantang. Pecundang? Ia bahkan yakin jika Stachie bukan werewolf pastilah saat ini ia bisa menghabisi Stachie dengan mudah.
"Jalang sialan!" Stachie hendak melayangkan tangannya, tetapi ditahan oleh Aleeya.
"Jangan mempermalukan dirimu sendiri, Stachie." Aleeya memperingati adiknya. "Pecundang seperti dia hanya akan membuatmu terlihat buruk di dekatnya. Sebaiknya kita pergi. Kita masih memiliki urusan penting dari mantan Alpha."
Stachie tidak rela meninggalkan Serra tanpa luka sedikit pun. Ia ingin meremukan tubuh Serra, tetapi akal sehatnya mengikuti kemauan Aleeya. Ia tak akan membongkar bagaimana ia memperlakukan Serra selama ini di depan banyak pelayan yang berlalu lalang di depan ruang pertemuan.
Serra melambaikan tangannya pada Aleeya dan Stachie yang menjauh pergi.
"Pecundang?" Serra mendengus kesal. "Aku benci sekali mendengar kata itu."
Pecundang. Kata itu mengingatkan Serra pada kekalahan telak terhadap Aerea. Hanya satu wanita itu yang bisa mengalahkannya. Memang bukan tentang seberapa tangguh dan berbakatnya mereka, tetapi tentang Allard. Satu-satunya hal yang diinginkan oleh Serra, tetapi dimiliki oleh Aerea.
Pintu ruangan terbuka. Sosok Aaron terlihat setelahnya. Pria itu melangkah tenang ke arah Serra, dan berhenti tepat satu langkah di depan Serra.
Mata Serra menatap Aaron malas. Kenapa pria menjijikan itu berdiri di depannya? Bukankah seharusnya pria itu melewatinya saja, bukankah begitu yang harusnya dilakukan oleh pria yang tidak menyukai mantan pasangannya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Apakah setelah dicampakan olehku kau mencoba merayu pria-pria berkuasa? Alpha Querro, dan sekarang Tuan Aldebara?!"
Ah, Serra mengerti sekarang. Satu-satunya yang membuat Aaron menghampirinya adalah untuk menghinanya. Dan hinaan itu sama dengan hinaan di pesta. Serra ingat betul kata-kata Aaron waktu itu.
"Kenapa? Apakah aku tidak boleh melakukannya? Aku wanita yang tidak terikat dengan pria manapun, jadi aku bebas mendekati siapapun."
Aaron masih memasang wajah tenang. Akan tetapi, hatinya saat ini sedang terbakar. Ia benci fakta bahwa perubahan Serra mengusik hidupnya.
"Buka matamu, Serra. Kau hanyalah wanita lemah. Alpha Querro dan Tuan Aldebara tidak akan memilihmu untuk bersama mereka. Alpha Querro tentu akan mencari wanita yang kuat dan tangguh untuk membantunya memimpin pack. Dan Tuan Aldebara, ckck aku yakin, sebentar lagi kau akan ditendang dari kediamannya jika dia tahu niatmu untuk merayunya. Dan ya, kau bahkan tidak bisa dibandingkan seujung kukupun dengan Nona Ouryne." Aaron menghina Serra habis-habisan.
Serra tersenyum kecil, "Mau bukti? Aku pasti bisa mendapatkan salah satu dari mereka. Pasang mata dan telingamu baik-baik. Dan akan aku tunjukan kepadamu bahwa dicampakan olehmu adalah anugerah terbesar untukku. Kau memang tidak pantas bersamaku. Aku bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik darimu."
Aaron mencengkram tangan Serra kuat. Matanya terlihat begitu marah.
"Berani sekali kau menghinaku."
Serra tersenyum sinis. Ia membalas tatapan Aaron dengan tatapan tenang menandakan ia tidak takut sama sekali pada Aaron.
"Berhenti bersikap seperti ini. Kau terlihat seolah masih menginginkanku, Alpha Aaron. Dengar, orang akan salah paham. Mereka akan mengira kau sedang menyesali keputusanmu."
Aaron menahan amarahnya, mencoba tenang. Ia menghempaskan tangan Serra. Tidak akan mungkin ia mempermalukan dirinya sendiri dengan membuat ia terlihat mengemis meminta Serra kembali padanya. Serralah yang harus mengemis padanya, bukan ia.
"Kau bermimpi! Aku tidak sudi menginginkanmu kembali padaku." Aaron meninggalkan Serra setelah mengatakan kalimat penuh penghinaan itu.
Serra tertawa kecil. "Dan yang terlihat saat ini kau sedang menyesali keputusanmu mencampakan pemilik tubuh sebelumnya, Aaron."
Serra adalah wanita yang berpengalaman dengan banyak pria. Ia tahu jelas mana yang masih menginginkannya setengah mati dan mana yang memang sudah menerima takdir berpisah dengannya. Patah hati karena Allard membuatnya banyak mematahkan hati pria lain. Jangan salahkan dirinya karena kejam, ia tidak bermaksud mematahkan hati pasangannya, hanya saja dia tidak bisa bertahan dengan pria yang tidak ia cintai. Ia sudah mencoba membuka hati, tetapi gagal.
Serra bukan wanita jahat yang akan terus mengurung pria dengan cinta palsunya. Ia melepaskan pasangannya untuk mendapatkan wanita yang tepat bagi pasangannya.