4. Aku Mencium Bau Perempuan Lain Di Tubuhmu

1369 Kata
"Nona, Tuan Rainero telah datang." Pelayan memberitahu Cassalyn yang saat ini masih berada di ruang kerjanya. "Antar dia ke kamarku." "Baik, Nona." Pelayan wanita itu segera meninggalkan ruang kerja Cassalyn dan pergi ke Rainero yang berada di ruang tamu. "Tuan, mari saya antar Anda ke kamar Nona Cassalyn." Rainero berdiri dari tempat duduknya. Pria itu mengikuti pelayan yang melangkah menuju lift. Dia masuk ke sana dan lift bergerak naik ke lantai dua. Pelayan membukakan pintu kamar Cassalyn untuk Rainero. "Tuan, silahkan masuk." Rainero masuk ke dalam kamar Cassalyn yang didominasi oleh warna putih dan emas. Di dinding, tepatnya di atas sandaran ranjang terdapat lukisan wajah Cassalyn yang berukuran besar. Kamar itu sangat mewah dan berkelas. Setiap barangnya tertata dengan sangat rapi. Terlihat sekali bahwa Cassalyn merupakan wanita perfeksionis. "Tuan Rainero silahkan menunggu Nona Cassalyn di sini, jika Anda membutuhkan sesuatu Anda bisa memanggil saya." Rainero hanya menjawab dengan anggukan sekilas. Pelayan kemudian keluar dari kamar itu. Sekarang Rainero sendirian di sana, pria itu tidak tahu harus melakukan apa. Dia merasa sangat tidak terbiasa berada di kamar orang lain. Pintu kamar terbuka detik selanjutnya. Cassalyn dengan gaun tidur sutra tipis berwarna merah yang sangat kontras dengan kulit seputih salju milik Cassalyn. "Suamiku pulang sangat terlambat di malam pertama kami." Cassalyn bersuara tenang sembari melangkah mendekati Rainero dengan tatapannya yang berani. Ini sudah pukul satu pagi, Cassalyn sudah menebaknya bahwa Rainero tidak akan datang dengan cepat, hanya saja dia yakin bahwa pria itu pasti akan datang sesuai dengan kesepakatan mereka. "Suamiku, di masa depan kau harus kembali lebih cepat." Cassalyn mengangkat tangannya, jari rampingnya yang halus menyentuh wajah tampan Rainero. Cassalyn tersenyum geli ketika Rainero menghindar dari sentuhannya. "Suamiku, biasakan dirimu dengan sentuhanku, mulai saat ini dan seterusnya kita akan saling menyentuh." "w***********g!" Rainero tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memaki Cassalyn yang terlalu v****r. Wanita itu benar-benar tidak tahu malu. Suara tawa Cassalyn yang lembut dan menyenangkan terdengar di sana. "Apakah ucapanku salah?" "Berhenti banyak bicara, mari lakukan apa yang harus dilakukan." "Aku juga tidak suka membuang waktu, Suamiku. Namun, kau kotor. Aku mencium bau perempuan lain di tubuhmu, jadi pergilah mandi terlebih dahulu." Cassalyn melangkah menuju ke ranjang, lalu kemudian duduk di sana dan menatap Rainero. Rainero menatap Cassalyn dingin. "Dia bukan perempuan lain, Cassalyn. Dia adalah tunanganku." "Siapapun itu aku tidak peduli, yang aku tahu saat ini kau suamiku, Rainero," balas Cassalyn. Aura wanita ini terlalu luar biasa, dia selalu tenang dalam pembicarannya. Rainero bukan pria sembarangan, dan tidak pernah ada yang berani memprovokasinya seperti yang dilakukan oleh Cassalyn saat ini. "Jika bukan karena Raphine, aku tidak akan pernah menikahi w***********g sepertimu!" Rainero berkata tajam. "Aku sangat menghargai pengorbananmu itu, Suamiku. Kamar mandi di sebelah sana." Cassalyn mengarahkan telunjuknya dengan malas ke ara di mana kamar mandi berada. Rainero menatap Cassalyn sejenak, dia bersumpah suatu hari nanti dia pasti akan membuat Cassalyn membayar dengan mahal kesombongannya saat ini. Pria itu segera pergi ke kamar mandi dengan perasaan tidak senang. Dia membuka pakaiannya dengan kasar dan melemparkannya ke sembarang arah. Kemudian berdiri di bawah pancuran air dan membiarkan air hangat membasahi tubuhnya. Tangan Rainero terkepal. Pria itu meninju dinding dengan wajah kasarnya yang mengeras. Dia benar-benar membenci situasi di mana dia dikendalikan oleh orang lain. Itu mengingatkannya pada hari-hari di mana ia berada di bawah kendali ayahnya. Setelah kematian ayahnya, Rainero bebas dari belenggu itu. Dia selalu membuat siapapun yang mencoba untuk menekan atau mengendalikannya mendapatkan akhir yang mengerikan, dia telah melakukannya terhadap orang lain atau keluarganya sendiri. Selain itu dia juga membenci digunakan oleh orang lain. Dan Cassalyn telah melakukan semua hal yang dibencinya. Wanita itu menekannya, mengendalikannya dan menggunakannya. Rainero yakin bahwa Cassalyn menggunakannya untuk membalas dendam pada Raphine dan keluarganya. Bukan rahasia umum jika Cassalyn tidak pernah bersikap baik pada Raphine. Wanita itu selalu menindas Raphine karena posisinya yang jauh berada di atas Raphine. Di luar kamar mandi, saat ini Cassalyn telah melepaskan kimono yang dia kenakan. Yang tersisa hanyalah gaun tidur sutra tali spaghetti, wanita itu tidak mengenakan bra, hanya mengenakan celana dalam di balik gaun tipis itu. Pada bagian bawahnya gaun itu hanya menutupi sedikit bagian atas pahanya. Gaun tidurnya benar-benar seksi dan berani. Cassalyn memang menyukai gaun tidur dengan bentuk seperti ini, terutama yang berwarna merah. Dia menyukai warna merah. Itu flamboyan, tapi juga penuh gairah dan vitalitas. Ada juga kematian dan akhir. Merah melambangkan kemuliaan dan kegilaan. Merah benar-benar sangat sesuai dengan kepribadiannya. Cassalyn tersenyum membayangkan Rainero berada di bawah pancuran yang sama tempat dia mandi. Beberapa saat kemudian Rainero keluar dari kamar mandi, pria itu tidak memiliki pakaian ganti. Dia tidak memikirkan tentang hal itu karena tugasnya malam ini akan dilakukan tanpa memakai pakaian. Cassalyn melihat Rainero yang menggunakan handuk yang menutupi bagian pinggang ke bawah hingga lututnya. Senyum menggoda muncul di wajah cantik wanita itu. Dia berdiri dan mendekati Rainero. Aroma tubuh Rainero yang menggunakan sabunnya tercium di hidungnya, dan itu sangat menyenangkan. "Suamiku, kau memiliki bau yang sama denganku sekarang." Rainero sangat terganggu dengan cara Cassalyn memanggilnya. Dia dan wanita itu hanya melakukan pernikahan sementara, jadi tidak perlu memanggilnya dengan cara menjijikan seperti itu. Namun, dia tidak bisa mengatur bagaimana Cassalyn memanggilnya karena mulut wanita itu dikendalikan oleh wanita itu sendiri dan bukannya dirinya. Tatapan Rainero terhadap Cassalyn selalu dingin dan merendahkan. Cassalyn tahu di mata pria itu dia adalah wanita jahat yang sering menindas kekasih pujaan hatinya. Cassalyn tidak mengelak dari hal itu, nyatanya dia memang menindas Raphine. Dia akan selalu mengatakan kata-kata tajam beracun ketika Raphine mendekatinya dan mulai menunjukan wajah perinya padahal wanita itu menyembunyikan kebenciannya. Raphine merupakan wanita yang suka bersandiwara, terlihat rapuh di depan orang lain seolah dia merupakan bunga kaca yang akan pecah kapan saja jika diperlakukan dengan kasar. Dan sayangnya, dia bukan wanita seperti Raphine yang suka bersandiwara. Dia tidak membutuhkan simpati orang lain karena dia berdiri di atas kakinya sendiri. Dia tidak membutuhkan perlindungan orang lain karena dia bukan orang lemah. "Potong omong kosongmu dan buka kakimu lebar-lebar di ranjang!" Rainero hanya ingin melakukannya dengan cepat. Saat ini dia telah mengkhianati Raphine, wanitanya yang selalu setia terhadapnya. Dia benar-benar merasa bersalah pada Raphine, karena seharusnya Raphine menjadi wanita pertama untuknya, tapi sekarang dia harus tidur dengan Cassalyn. Cassalyn menyentuh wajah Rainero, dan Rainero masih melakukan hal yang sama. Pria itu menghindari sentuhan Cassalyn. "Aku tidak ingin melakukannya malam ini, Suamiku. Bagaimana jika kau memiliki penyakit yang kau hasilkan dari hubunganmu sebelumnya." Ekspresi di wajah Rainero mengeras. "Raphine bukan wanita kotor sepertimu!" Kata-kata tajam Rainero membuat Cassalyn tersenyum kecil. "Aku berubah pikiran sekarang." Wanita itu berbalik lalu naik ke ranjang. Ia duduk di tengah-tengah dengan membuka pahanya lebar. "Suamiku, kau akan menyentuh wanita kotor ini sekarang." Tatapan Rainero setajam pedang sekarang. Dia sangat membenci Cassalyn dan ingin mencabik-cabik wanita itu sekarang. "Suamiku, apa yang kau tunggu? Ayo, aku sudah sangat siap untukmu." Cassalyn menggigit bibirnya, dia benar-benar tampak seperti seorang wanita p*****r yang menggoda pelanggannya. "p*****r!" Semakin marah Rainero, Cassalyn merasa semakin senang. Dia memiliki dendam tersendiri terhadap pria itu. Rainero melangkah menuju ke ranjang, pria itu mengoyak gaun tidur yang digunakan oleh Cassalyn saat ini dengan kasar. Jantung Cassalyn berdegub kencang, ini adalah pertama kalinya dia berhubungan dengan laki-laki dan meski dia menganggap bahwa keperawanan bukan sesuatu yang penting, dia masih merasa gugup. Akan tetapi, meski dia gugup wajahnya terlihat tenang sekarang. Dia tidak pernah mengizinkan siapapun melihat emosi di dalam dirinya. Tanpa basa-basi, Rainero menyerang Cassalyn dengan kasar. "Rainero, bersikaplah seperti manusia!" Cassalyn berkata dengan dingin. Dia adalah seorang manusia, jadi dia harus diperlakukan seperti manusia. "Manusia berhati dingin sepertimu tidak pantas diperlakukan dengan baik!" balas Rainero. Pria itu terus mendesak Cassalyn dengan kasar. Setelah mendengar balasan Rainero, Cassalyn tidak mengatakan apa-apa lagi. Apa yang bisa dia harapkan dari pria yang membencinya ini? Kelembutan? Lupakan saja. Dia tidak membutuhkan kelembutan atau hal lainnya dari Rainero. Dia hanya membutuhkan s****a pria itu. Sesi panjang berakhir. Rainero memisahkan diri dari Cassalyn. Pria itu segera turun dari ranjang. Cassalyn merasa tubuh bagian bawahnya sakit, tapi dia tidak mengeluh atau meringis sama sekali. Jika dia menunjukan rasa sakitnya pada Rainero, pria itu mungkin akan berpikir bahwa dia sedang mencari simpatinya dan memandang rendah dirinya. Entah itu bahagia, tangis atau rasa sakit, dia tidak akan menunjukannya pada orang lain. Dia akan menyimpannya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN