Menunjukkan Kepemilikan

1255 Kata
Happy Reading. "Bagaimana keadaanmu?" suara Bobby yang berisi kecemasan langsung menyambut Sean dan Kesya. Lelaki itu memandang bergantian, matanya terjatuh pada lengan dan bahu Sean yang masih dibebat. Sean menatap datar ke arah Bobby, lalu menjawab dengan singkat. "Aku masih hidup. Tak perlu cemas berlebihan." Mendengar jawaban ketus itu, wajah Bobby berubah kesal."Kau selalu bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Aku bertanya bukan karena peduli, jangan salah menanggapi perhatianku." ujarnya kemudian lalu mengalihkan pandangan kepada Kesya."Bagaimana denganmu? Apakah kau juga akan mengatakan hal yang sama seperti lelaki ini?" sambung Bobby sambil menyelipkan sindiran sinis pada Sean. "Kau sudah lihat kalau tidak terjadi apa-apa padaku. Kenapa masih bertanya?" Sahut Kesya mencebikkan bibirnya. Bobby mengambil napas dalam-dalam, berusaha untuk tidak terpancing. Dia ingin sekali menyumpal mulut pedas Kesya dengan balasan yang tajam namun dia menahan diri, sebab sampai kapanpun dirinya tidak akan pernah bisa menang melawan Kesya apalagi kalau ada Sean di dekatnya. Bisa-bisa kepalanya akan berpindah tempat dan tenggorokannya pecah karena amarah lelaki itu. Membayangkan itu, Bobby bergudik ngeri dan segera menarik kesadarannya supaya kembali ke tempat. "Baiklah, aku mengaku salah. Ku harap kalian berdua puas dengan jawabanku."Bobby memilih untuk mengakhiri perdebatan mereka, kedua tangannya bahkan diangkat sampai melewati kepalanya pertanda kalah. Kesya mengulum senyum, "Aku memang hebat." sahutnya sambil menolehkan kepalanya arah Sean, membuat pandangan mereka langsung bertemu. "Kau beruntung mendapatkan ku." sambungnya dengan sikap pongah. Sean mengangkat alisnya, menatap Kesya dengan tenang. "Kau benar, aku memang tidak salah pilih." Sean membungkukkan tubuhnya untuk kemudian mengecup pipi Kesya singkat. "Pergilah, aku akan menunggumu disini." sambungnya lalu menoleh pada Bobby, memberi perintah lewat gerakan matanya. Bobby langsung mengangguk sebagai petanda bahwa dirinya mengetahui arti dari tatapan itu. "Ayo Kesya, ikuti aku." Bobby langsung bergerak, beranjak dari hadapan Sean. Langkahnya lambat seolah menunggu Kesya hendak menyusulnya dari belakang. "Kalau begitu aku pergi dulu." Kesya menengadah, melempar senyum lebar ke arah Sean. Sean mengangguk cepat, "Bergegaslah, aku tidak sabar melihat mu mengenakan gaun itu." Sean berujar sambil menggulirkan senyum nakal di bibirnya, mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Kesya. Semburat merah seketika menjalar di seluruh wajah Kesya. Dengan tatapan malu-malu dia memandangi wajah Sean. Tanpa menunggu lama lagi, Kesya berbalik lalu melangkah menjauh dari Sean, memilih untuk menjauh takut Sean semakin berbicara yang tidak-tidak nantinya. Sean memandangi lekat-lekat punggung Kesya. Ketika tubuh wanita itu tak lagi terjangkau oleh penglihatannya, dia segera melangkah dan mendudukkan dirinya disebuah sofa yang berada di tengah ruangan itu. ****** Bunyi suara lift yang terbuka menjadi pertanda bahwa Kesya dan Robby sudah sampai di lantai dua. Mata Kesya melebar tatkala menemukan berbagai jenis gaun mewah dan indah yang berrjejer di sepanjang lorong itu. Kesya bahkan membuka mulutnya lebar-lebar antara shock dan tidak percaya bahwa pada akhirnya dia akan menyaksikan gaun-gaun Indah itu secara langsung. Dia begitu terpesona dan larit dalam keterpanaan hingga tanpa sadar kalau mereka sudah sampai di depan sebuah pintu ruangan yang berbahan kaca tebal. Dan ketika Bobby menempelkan sidik jarinya disana,  pintu itu langsung terbuka lebar dan pandangan Kesya terjatuh pada sebuah gaun pengantin yang didominasi warna putih terpampang jelas di hadapannya. Hanya dengan sekali melihat saja dia tahu bahwa gaun itu sangat lembut dan mahal. Kesya tertegun dan tanpa safat kakinya melangkah mendekati salah satu gaun mewah tersebut. Dan tanpa bisa ditahannya lagi tangan Kesya bergerak,  mengusap permukaan gaun itu seolah merasakan kehalusan teksturnya. "Itu milikmu." Bobby yang tiba-tiba bersuara mengusik kegiatan Kesya dan membuat perempuan itu seketika mennoleh. "Apa... maksudmu?" tanya Kesya seolah meyakinkan dirinya sekali lagi, matanya membelalak tak percaya. Bobby melangkah maju mendekati Kesya. "Ini gaun pernikahanmu. Kau selalu memimpikan gaun pernikahan seperti ini bukan? Semua ini atas perintah Sean. Lelaki itu ingin memenuhi impianmu menjadi seorang putri." sahut Bobby lagi. " Sekarang kau harus mencobanya dan menunjukkan pada Sean betapa cantiknya dirimu." sambungnya lagi. "Tapi... bukankah... ini sangat mahal? A-aku rasa ada yang salah." sahut Kesya menolek tegas perintah Bobby. "Tidak ada yang salah. Sean hanya begitu mencintaimu hingga ingin memperlakukan mu seperti ratunya." jawab Bobby tersenyum lembut. "Sekarang lepaskan pakaianmu." perintahnya kemudian. Kesya menelan salivanya susah payah. Sungguh hal yang tidak masuk akal jika dirinya harus melepas pakaiannya di hadapan Bobby. Sekalipun dulu dirinya sering memamerkan tubuhnya ketika berada diatas panggung namun entah kenapa dia sangat berberat hati untuk melakukan itu dihadapan Bobby secara langsung. Bobby memahami kecemasan yang tersirat di mata Kesya. Dengan penuh kesabaran dia berucap hendak menghilangkan keraguan perempuan itu. "Lepaskan saja, aku tidak tertarik dengan keindahan tubuhmu. Aku tidak menyukai wanita." ujarnya berterus terang. Seperti terhipnotis Kesya akhirnya menuruti perkataan Bobby. Dengan tangan bergetar, Kesya membuka kancing kemejanya. Sesekali dia bahkan menahan napas, bayangan dirinya yang menari dengan tubuh polos dihadapan semua orang membuat sekujur tubuh Kesya tiba-tiba berubah dingin. Dia tampak berjuang keras menghilangkan memori mengerikan itu sambil mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya dan tetap membiarkan tangannya bekerja untuk melepaskan pakaiannya. Dan berhasil, Kesya akhirnya bisa bernapas lega. Kini tubuhnya tak tertutup oleh apapun selain kain tipis yang menutupi beberapa bagian inti tubuhnya yang sengaja ditinggalkan. "Kau sangat cantik. Sean memang benar-benar sangat beruntung mendapatkanmu." ucap Bobby lalu membantu Kesya mengenakan gaun pengantinnya. ****** Sean terlihat gusar sambil menunggui Kesya. Sudah sampai hampir satu setengah jam dia menunggu tapi perempuannya tak kunjung menampakkan diri. Sean menatap ponselnya lagi berusaha untuk mengalihkan pikiran dari Kesya dengan menyibukkan diri dalam pekerjaannya. Sayangnya konsentrasi Sean seakan pecah dan semuanya tertuju pada Kesya. Sean akhirnya melepas napas kesal kemudian memundurkan punggungnya hendak mencari kenyamanan. Sial. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh mereka. Kenapa lama sekali. Sean mengutuk dalam batin, dia hendak bangkit dari posisi duduknya bersiap untuk menyusul Kesya namun indera pendengarannya yang tajam tiba-tiba menangkap suara tapak kaki yang lembut. Sean mendongak, menatap ke sumber suara. Tubuhnya langsung terpaku dan membeku sesesat setelah melihat Kesya sedang berjalan menghampirinya. Perempuannya itu sangatlah cantik, dia bahkan kesulitan memikirkan kata-kata untuk mengungkapkan betapa sempurnanya Kesya. Dan didorong oleh keinginan hatinya. Sean langsung bergerak lalu melangkah cepat cepat ke arah Kesya. Matanya berpesta pora menikmati pipi Kesya yang merona malu karena tatapannya yang begitu intens bahkan tak berkedip. "Bagaimana... menurutmu? Apakah... aku.. aku cantik... kalau kau tidak suka.. aku akan.. Suara Kesya hilang ditelan oleh lumatan Sean yang penuh gairah. Lelaki itu melahap bibirnya seolah kehausan, mencecap semua rasa bibirnya dengan rakus. Hingga Kesya sedikit kesulitan untuk membalas ciuman Sean yang tampak berbeda dari biasanya. Sean menarik wajahnya dan menyisakan napas terengah-engah. Ditatapnya sedemikian dalam Kesya dan matanya bersinar oleh hasrat yang tertahan. "Kau sangat cantik. Aku mencintaimu penari seksiku. Kau adalah milikku." Sean berbisik menggoda menunjukkan hasratnya yang menggelak ketika matanya menyusuri bibir Kesya yang sedikit bengkak. "Akan ku tunjukkan padamu betapa menyenangkannya menjadi istriku." Suara Sean parau dan langsung mendaratkan bibirnya di bibir Kesya, lalu melumat ke dalam ciuman panas. Hai... Ini karya orisinal aku yang hanya exclusive ada di Innovel/Dreame/aplikasi sejenis di bawah naungan STARY PTE. Kalau kalian membaca dalam bentuk PDF/foto atau di platform lain, maka bisa dipastikan cerita ini sudah DISEBARLUASKAN secara TIDAK BERTANGGUNGJAWAB. Dengan kata lain, kalian membaca cerita hasil curian. Perlu kalian ketahui, cara tersebut tidak PERNAH SAYA IKHLASKAN baik di dunia atau akhirat. Karena dari cerita ini, ada penghasilan saya yang kalian curi. Kalau kalian membaca cerita dari hasil curian, bukan kah sama saja mencuri penghasilan saya? Dan bagi yang menyebarluaskan cerita ini, uang yang kalian peroleh TIDAK AKAN BERKAH. Tidak akan pernah aku ikhlaskan. Yang belum tap love... silahkan tap love untuk mencegah kehilangan jejak dan membuat kebingungan. wkwkwkwk... jika ada yang hendak memberi saran dan kritik membangun, sangat amat dipersilahkan. Kalau ada kesalahan typo atau nama mohon di kasih jejak di kolom komentar yah... selamat membaca teman-teman. Sampai jumpa di bab selanjutnya....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN