"Masuklah, tidurlah di kamar bersamaku--" Jika saja cahaya lampu ruangan itu menyala terang, maka wajah merah Arini akan terlihat jelas oleh Ervan. "Ada apa? Mengapa tiba-tiba?" Ervan yang merasa nyawanya belum terkumpul tentu bingung dengan permintaan Arini. "Yasudah kalau ga mau! setidaknya aku sudah mengajakmu, mas!" Arini sengaja menaikkan volume suara supaya terdengar oleh ayahnya. Arini lantas berbalik untuk kembali ke kamar. "Ya Tuhan.. Semoga dia tidak menuruti permintaanku!!" Arini memejamkan mata dan berjalan menjauh sebelum Ervan tersadar akan ucapannya barusan. "T-tunggu!" Ervan berdiri, sekali lagi ia terbatuk, malam ini sedikit beda, udara terasa lebih dingin dari biasanya. "Kau benar mengizinkanku tidur di kamarmu?" tanya Ervan, memastikan apa yang Arini katakan sebe