Azril langsung membawa Safa menjauh dari Faqih, tidak peduli dengan pria itu yang terus meraung dengan tangis. Hatinya sakit melihat Safa yang harus menjadi korban. “Mas Azril, kenapa dengan Neng Safa?” Bi Inah terkejut melihat nona mudanya dibopong. “Bi, tolong bawakan air minum dan air hangat di dalam wadah ke kamar, ya,” perintah Azril, lalu membawa Safa ke kamar. Tubuhnya bergetar memandang Safa yang belum sadarkan diri. Kemudian membaringkan Safa di atas ranjang dengan isak tangis penuh salah. “Mas Azril, ini airnya.” Bi Inah membawa pesanan yang diminta tuan mudanya dan meletakkan di atas nakas. “Terima kasih. Tolong panggilkan dokter sekalian, ya, Bi. Khawatir ada luka dalam di wajah Safa,” pinta Azril sendu. Pandangan Azril tak beralih dari Safa. Ia masih memerhatikan matan