Aku turun menuju ke depan gerbang pintu. Dan di sana benar saja aku melihat mobil milik Miguel terparkir dengan rapi. lampu sorot di mobilnya masih menyala menandakan kalau dia belum lama menungguku. Sedangkan aku tidak melihat satupun orang duduk di bangku kemudi, aku celingak-celinguk berusaha mencari mana orang yang membawa mobil ini. Karena bisa saja bukan Miguel dan ia mengirim seseorang untuk menjemputku.
Namun saat aku mendekati kaca jendela mobilnya, Miguel datang mengagetkanku dari samping, “Hayo... mau ngapain ngecek mobil orang?”.
Ternyata dia bersembunyi di belakang mobil. Dia memakai sebuah baju dengan setelan kasual dan rompi banyak kantong, terlihat seperti orang yang akan berekspedisi masuk ke alam liar. Sedangkan celana pendeknya dengan motif camo akan bisa bersembunyi dengan baik di dalam kegelapan hutan. Aku tak tahu apa intensi Miguel berpakaian seperti itu, karena The Gist sama sekali tidak memiliki tema konser seperti itu hari ini. Apakah mungkin ia akan pergi bersembunyi dariku saat konser berlangsung nanti?
“Ini buat kamu,” Miguel memberikanku sebuah bunga mawar merah, aku tak menyangka sifat romantisnya yang dulu masih ada. Aku menyukai Miguel seperti itu, karena selama aku hidup, dialah orang yang selalu berlaku romantis kepadaku. Aku mencium bunga itu, nampak segar dan wangi di saat yang bersamaan. “Terima kasih”.
“Killa, ada apa denganmu, kenapa kau murung hari ini?” ucap Miguel khawatir kepadaku. Aku tak tahu apa yang dia maksud, karena aku sudah bersikap seperti ini sejak dulu. Apakah mungkin karena aku memasang wajah jutek? Sepertinya tidak. Miguel sudah tahu kalau aku memiliki bentuk muka seperti ini sejak dulu. Jadi mungkin dia menyadari sesuatu yang aku tak sadari sebelumnya.
“Ah, lupakan saja. Karena aku yakin kau akan melupakan kesedihan dan kemurunganmu hari ini. Kita akan benar-benar menikmati pesta malam ini!” Sahut Miguel tersenyum lebar. Dia sepertinya benar-benar bahagia karena rencananya untuk mengajakku pergi ke konser berhasil. Aku pun membalas senyuman Miguel dengan tulus juga. Entah kenapa aku ikut bahagia saat dia juga bahagia seperti sekarang ini. Padahal aku bukan lagi siapa-siapanya.
Miguel membukakan pintu mobil bagian kiri. Dia kemudian menggenggam tanganku, mempersilahkanku untuk masuk ke dalam mobilnya. Sementara itu dia pun masuk ke kemudinya di tepat sebelah kananku. Dia menjaga kekonsistenannya dengan berlaku romantis kepadaku dan terus saja memberiku banyak sekali kenyamanan. Dia sepertinya benar-benar tak ingin agar hari ini berubah menjadi suatu kegagalan.
Impresi pertama saat aku memasuki bagian dalam ini benar-benar luar biasa. Aku bisa mengatakan kalau aku merasa pengalaman saat berkendara di dalam mobil ini benar-benar berbeda saat aku memasuki mobil milik Andin. Aku tak tahu apakah itu karena faktor Miguel yang ada di sampingku, tapi aku benar-benar merasa nyaman saat duduk di dalam mobil ini. Serasa aku akan nyaman jika tidur seharian di mobil ini tanpa keluar sekalipun.
Setahuku, Miguel adalah anak orang kaya. Keluarganya adalah salah satu pemilik perusahaan multinasional dan menetap di Indonesia. Namun karena suatu hal, mereka kembali ke spanyol untuk suatu urusan. Aku tidak tahu seberapa kaya Miguel sebenarnya, namun aku bisa memastikan kalau tingkat kekayaannya bisa saja sepantaran atau bahkan melebihi Andin. Ibarat sebuah aset, Miguel adalah gunung emas yang tak mungkin bisa dipalingkan oleh siapapun, maka dari itu aku heran kenapa Miguel malah memilihku sebagai orang yang dia ajak berkencan dibandingkan wanita lain. Karena aku sendiri tidak lebih baik dari wanita lain. Aku selalu merasa Miguel memiliki maksud tersendiri saat mengajakku.
“Killa, apa kau tak masalah jika aku berjalan dengan mengebut? Karena aku takut jika kita nanti terlambat saat berada di dalam konser. Setahuku, konser ini dijaga sangat ketat sampai-sampai orang yang terlambat tidak akan diizinkan untuk masuk.” Sahut Miguel. Aku kemudian memeriksa jam tanganku. Dan benar saja, jadwal konser kurang dari 20 menit. Jarak antara rumahku dan tempat konsernya cukup jauh, jika Miguel tidak berjalan mengebut, maka aku takut kami terlambat.
Aku pun mengangguk, karena merasa kami memang perlu untuk berjalan dengan cepat. Miguel langsung saja menarik perseneleng mobilnya. Dan kami mulai ngebut dengan mobilnya di jalanan ini. Aku merasakan adrenalin yang luar biasa seraya mobil melaju kencang, knalpot yang berbunyi menggerung dan juga mesin berkobar di dalam kap. Jalanan, yang padat dan juga penuh dengan kendaraan masih bisa Miguel atasi dengan kecepatannya yang luar biasa. Beberapa kali aku mendengar sahutan dan juga umpatan dari pengendara kendaraan lain, namun aku tak bisa dan tak memiliki waktu untuk meminta maaf kepada mereka. Dia berjalan dengan sangat cepat.
Sensasi dan Adrenalin seperti ini membuatku benar-benar merasa senang entah kenapa. Seperti teringat akan masa lalu. Mungkin ini karena aku suka sesuatu yang berbau ekstrim dan menantang nyawa. Sekarang adalah jam pulang kerja, tidak akan ada polisi yang mengintai memberhentikan kami di tengah jalan. Tidak hanya aku, Miguel juga menoleh dengan senyuman terlukis di wajahnya. Aku tak tahu kalau dia benar-benar menikmati sesuatu seperti ini, aku hanya mengira Miguel adalah anak tampan orang kaya yang suka berbuat hal dengan aman. Namun persepsiku berubah saat aku berkendara bersamanya saat ini.
“Apakah kamu tidak pernah kebut-kebutan di jalanan sebelumnya?” tanya Miguel kepadaku. Aku menengok ke arah Miguel, tak sadar kalau dia tengah menanyaiku.
“Aku tidak bisa mengatakan tidak pernah. Namun berada dalam kondisi mobil seperti ini dan kecepatan seperti ini, baru pertama kali aku merasakannya.” Aku sadar kalau aku tidak seharusnya berkata sejujur itu kepada Miguel, karena aku takut dia akan menjadi terlalu percaya diri kepadaku. Namun rasa Adrenalin yang menyertaiku tidak bisa membuatku memikirkan hal lain selain melihat ke arah jalan dan juga mengamati kendaraan lain.
“Oh ya, lalu bagaimana rasanya?” tanya Miguel kembali. Dia beberapa kali menoleh ke arahku, membuatku cukup takut jika dia tak melihat ke arah jalan.
“Luar biasa, bahkan sangat luar biasa. Seandainya kau pulang terlebih dahulu dibandingkan sekarang, aku akan bisa menikmati hal seperti ini cukup lama.” Aku keceplosan lagi, aku menengok ke arah Miguel dan dia benar-benar menengok dengan puas. Namun sepertinya, Miguel masih mempunyai sesuatu yang ingin dia lakukan selama berada di mobil ini.
“Baiklah kalau begitu. Maaf jika aku tidak datang lebih awal. Karena ada sesuatu yang harus aku urus selama berada di spanyol, namun sekarang aku akan berusaha melakukan kompensasi dengan melakukan aksi gila ini!” sahut Miguel dengan penuh semangat. Dia menarik gigi mobilnya lagi, membuat mesin berderu semakin kencang dan area gravitasi yang menarikku kebelakang semakin kuat.
Kami akan masuk ke dalam tol. Namun berbeda dari kendaraan yang lain, Miguel bisa masuk tanpa harus membayar. Palang otomatis terbuka saat dia berjalan melalui jalur. Seperti jalur tol itu memiliki sensor untuk mengenali mobil milik Miguel. Jalanan tol yang menanjak ke atas dengan sedikit polisi tidur di bawahnya tetap saja dikendarai oleh Miguel dengan sangat kencang.
“Killa, cepat pegang tanganku!” sahut Miguel sambil mengulurkan tangan kirinya. Aku tak tahu apa yang akan dia lakukan, namun sesuatu yang sangat berbahaya akan dia lakukan saat ini. Miguel mengendarai mobilnya dengan sangat kencang, sampai-sampai mobil ini meluncur melayang hampir menyentuh atap pintu tol. Saat mendarat, kami benar-benar memantul dan untung saja mobil ini memiliki suspensi yang bagus sehingga aku tidak merasa sakit saat terjun ke bawah.
Benar-benar di luar nalar! Jantungku berdebar sangat kencang sekarang, bahkan aku yakiu berada di atas kondisi jantung normal. Jika alat pengukur jantung memeriksa kondisiku, aku yakin yang terjadi adalah alat itu akan dikira rusak. “Whooohoo!!” teriakku dan Miguel kegirangan. Kami benar-benar menikmati momen ini bersama-sama. Aku tidak menduga hiburan seperti inilah yang aku inginkan.
Namun Miguel tidak menunjukkan tanda-tanda untuk memelankan mobilnya. Malah saat dia berhasil masuk ke dalam tol, kecepatannya malah semakin bertambah dibandingkan sebelumnya. Aku bisa melihat beberapa lalat menubruk kaca depan mobil Miguel karena mereka tidak bisa kabur, namun Miguel sudah menjalankan wiper di kaca depannya sehingga kotoran lalat itu bisa disingkirkan dengan mudah. Tak hanya itu, klakson-klakson mobil berada di belakang dan samping kami silih berganti berbumyi. Hampir membuat simfoni dan juga rapsodi beriringan tanpa batas. Aku tak bisa protes, namun hanya mencoba untuk menikmati apa yang kupingku terima saat ini. klakson-klakson itu tak terasa begitu buruk saat aku lama-lama mendengarnya.
“Santai Killa, ini belum klimaksnya,” sahut Miguel lagi. Aku tak tahu hal di luar nalar apa lagi yang akan dia lakukan. “Cukup hentikan Miguel. Ini sudah cukup! Aku tak bisa menghasilkan adrenalin lebih banyak daripada ini semua!” sahutku karena benar-benar merasa lelah. Memang benar aku merasa senang, namun jika terlalu banyak akan terasa lelah juga. Sama seperti semua hobi yang ada di dunia ini. Jika terlalu banyak atau sering melakukannya, maka akan terasa membosankan seiring dengan berjalannya waktu.
Di depan kami, ada dua buah truk dengan muatan yang berbeda. Satunya mengangkut mobil, satunya mengangkat kayu. Aku selalu merinding saat berada dalam situasi seperti ini. Karena aku mengingat sebuah film yang sempat membuatku trauma. Film itu menceritakan sebuah truk yang tak sengaja melepaskan gelondongan kayu dan membuat kecelakaan bagi pengendara mobil di belakangnya. Meskipun terdengar berlebihan, namun itu jugalah yang membuat orang tuaku meregang nyawa.
Mirip seperti di film, ada sebuah kecelakaan yang berhubungan dengan truk bermuatan kayu. Truk itu lepas dan juga membuat kayu-kayu angkutannya lepas ke jalanan. Namun bedanya, kedua orang tuaku berusaha untuk menghindari kayu itu, dan malah langsung jatuh ke jurang. Nyawa mereka tak bisa diselamatkan, bahkan mobil ambulans tidak berguna, karena kaca depan mereka tertusuk sebuah pohon sehingga mati di tempat.
Saat mereka meninggal, aku tidak diperkenankan untuk melihat jasad mereka. Karena terlalu brutal dan mengenaskan. Hanya kakakku lah yang saat itu boleh melihat mereka. Namun karena jiwa anak kecil yang masih penasaran akan segala hal, aku nekat dan memaksa untuk melihat mereka. Betapa terkejutnya aku melihat jasad mereka terbelah. Bahkan tidak memiliki kepala. Aku benar-benar menjerit saat itu, aku tidak tahu akan separah itu. Di dalam hidupku, itu adalah pemandangan terburuk yang pernah aku lihat.
Mungkin itu juga mengapa aku tidak pernah berani untuk mengendarai kendaraan apapun. Aku takut jika hal buruk yang orang tuaku hadapi akan berlanjut mengutukku juga. Aku takut jika itu adalah nasib yang akan mereka turunkan padaku. Entah kenapa, aku tidak pernah bisa merasa nyaman saat duduk dan menyetir langsung di kemudi mobil.
Dan akhir-akhir ini selama hidupku. Aku mempunyai keberanian untuk bisa memegang kemudi itu, dimulai dari Beno saat dia mencoba untuk menyelamatkan nyawaku dan mengendarai motor bututnya. Dan sekarang dengan Miguel berada langsung di sampingnya melihat semua kegilaan ini berlangsung. Aku tak tahu apakah hal seperti ini bisa membuatku sembuh dari traumaku, tapi aku merasa lebih baik daripada sebelumnya.
Kembali melihat ke jalanan di depan, dua truk di depanku tidak menunjukkan tanda-tanda untuk segera pergi. 3 jalur jalan tol yang ada di depanku tidak bisa dilewati mobil milik Miguel, seakan-akan mereka berdua bersekongkol untuk mencegah mobil Miguel menyalip mereka. Miguel beberapa kali melenggak-lenggok mencoba mencari celah diantara dua truk itu. “Ck... Apaan sih truk-truk itu?” Kesal Miguel.
Hingga akhirnya, ada sebuah mobil ambulan yang datang dari belakang Miguel. Ambulan itu menyalakan sirine sehingga mau tidak mau truk itu memberikan jalan kepada Ambulan. Miguel bergegas untuk ikut mengekori ambulan itu. Namun tak di sangka-sangka setelah Ambulan itu melesat, dua truk itu malah mempersempit lajurnya, membuat kami hampir saja terjepit tak bisa bergerak.
Aku bisa melihat kalau mereka sengaja melakukan itu, dua bagian luar mobil Miguel bersentuhan membuat sebuah gesekan. Percikan api keluar dari sana, namun Miguel tak kehabisan akal. Dia memberhentikan sementara mobilnya, sementara dia tetap bisa melaju di bawah truk. Kedua truk itu akhirnya saling bertubrukan satu sama lain dan bergesekan. Mereka akhirnya minggir dan memberikan jalan yang cukup luas bagi Miguel.
Kami pun bisa mendapat jalan cukup tenang, Miguel lanjut mengebut di jalanan tanpa adanya kendaraan di depan. Namun tiba-tiba, tanpa sepengetahuan Miguel, ada sebuah truk dengan muatan sebuah tangga menjelang ke atas, mirip seperti forklift. Aku benci pikiranku, namun sepertinya Miguel akan melakukannya. Ini selalu dilakukan di adegan film hollywood ataupun game aksi.
Miguel melaju dengan kencang, dia akan melintas belakang truk itu dan hendak terbang. Miguel memegang tanganku sekuat tenagaku, aku pun langsung saja menggenggamnya sekuat tenaga. Berharap tidak ada sesuatu yang konyol akan terjadi saat ini. Truk itu berhenti, membuat kami bisa melaju dengan kencang. Kami terbang ke atas angkasa melintasi udara. Miguel memandangiku dengan sangat intim. Matanya yang bening membuatku bisa teralihkan dengan situasi ini, kepalanya mendekat ke arahku. Aku tidak bisa menolak tarikan atraksi yang dia berikan. Dan tanpa sadar, kami berciuman di saat kondisi mobil terbang dengan mudah ke angkasa.
Aku merasa benar-benar bahagia.