LYU-4

1004 Kata
Indira menunggu teman-teman lain memberi info yang mereka dapat beserta dokumentasinya dengan ditemani Lia yang duduk disebelahnya, Indira baru mengenal beberapa jadi hanya beberapa juga yang dekat ditambah ini adalah hari keduanga "Sudah dapet, Dir?" tanya Lia yang kebetulan dapat tugas sama dengan Indira, Indira hanya menggelengkan kepala lemah "sama. kita kan belum tahu tentang ini semua udah di kasih tugas seperti ini" keluh Lia sedangkan Indira hanya diam tidak menghiraukan perkataan Lia. "Ini belum apa-apa nanti tugas dari dosen lebih parah" ucap Wahyu yang tiba-tiba duduk di sebelah Lia membuat kami menatap dengan terkejut. "Ya maaf, mas" ucap Lia tidak enak. "Oh ya komting kalian siapa?" tanya Wahyu. "Dito, mas" jawab Lia. "Kenapa, mas?" tanya Indira penasaran. "Gak, cuman pengen tahu saja. Aku tinggal ya semangat" ucap Wahyu lalu meninggalkan kami. "Untung gak diapa-apain" ucap Lia lega. "Ya kudu hati-hati kalau ngomong" ucap Indira pada Lia yang hanya dianggukin Lia. "Apanya yang hati-hati?" tanya Fajar yang sudah duduk di sebelah Indira membuat mereka berdua saling pandang. "Dir, aku udah di kirimi pesan sama anak-anak ini, aku tinggal ya" Lia meninggalkan Indira dengan Fajar padahal Indira sudah memberi kode ke Lia untuk tidak meninggalkan tapi percuma. "Dik, apanya yang hati-hati?" ulang Fajar. "Gak papa, kak" jawab Indira tanpa berani memandang wajahnya. "Sudah dihubungi sama anak-anak?" tanya Fajar yang hanya di jawab dengan menggelengkan kepala "kemarin kerjain tugas apa?" tanya Fajar. Indira langsung menatap Fajar bingung "tokoh-tokoh psikologi, kak." "Siapa?." "Sigmund Freud." "Teorinya dia apa aja?" tatapan Fajar kearah lain. "Kakak ngetes aku?." "Bukan cuman itu bisa kamu pakai di tugasmu ini bilang aja dapat kata-kata pas teman baca buku di perpustakaan" jawab Fajar sambil tersenyum. Indira menatapnya lama dan mencerna kalimat yang keluar "memang boleh, kak?." "Boleh, kan gak ada larangan baca buku di perpustakaan" jawab Fajar  sambil mengerlingkan mata "sudah kerjakan aku tinggal dulu" meletakkan air mineral dekat Indira "disimpan ini airnya jangan kecapaian dan pucet lagi." "Kak" panggil Indira sebelum Fajar beranjak "minta tanda tangan boleh?." "Aku tunggu di musholla ya jangan lupa dibawa bukunya" jawab Fajar memberikan senyuman sebelum meninggalkan Indira. Setelah kepergian Fajar Indira langsung mulai mengerjakan seperti yang di bilang dan gak lama anak-anak menghubungi Indira. Tepat satu jam mereka kembali Shinta membawakan makanan ringan lalu kita membahas kembali sebelum dikumpulkan. "Sudah dikumpulkan semua ya?" tanya Sofia. "Sudah" jawab kami semua. "Ok sekarang yang mau shalat silahkan kita beri waktu satu jam setelah itu kita kumpul di dalam kelas" ucap Sofia. "Baik" jawab kami semua. "Dir" panggil Lia sambil mengejar kami "kalian shalat kan? aku mau ke kantin ada yang mau titip?" menatap kami semua membuat kami menyebutkan pesanan kepada Lia "ketemu di kelas ya totalan nanti" ucap Lia sambil menuju kantin. "Indira" panggil Dito yang tiba-tiba ada di dekat kami "mau shalat?" Indira mengangguk "nanti setelah shalat sama aku ya ke ruang BEM disuruh sama Mas Wahyu" ucap Dito membuat Indira menatap Dito bingung "aku gak tahu, udah yuk buruan shalat" ajak Dito lagi. Ketika di musholla Indira melihat Fajar duduk bersama Wahyu sedang bicara serius, membuat Dito dan Indira saling memandang dan memutuskan untuk mendatangi mereka berdua terlebih dahulu baru shalat. "Permisi" ucap Dito. "Wah kalian udah datang" balas Wahyu. "Sudah shalat?" tanya Fajar sambil menatap Indira. "Belum kami melihat Mas Wahyu disini makanya kesini dulu" jawab Dito. "Kalian shalat dulu kami masih ada disini sampai kalian selesai shalat kalau kami gak ada cari di ruangan sebelah kelas kalian. Indira tau tempatnya" ucap Fajar menatap Dito tajam. Dito menatap mereka bingung yang dilakukan Indira hanya bisa mengangguk "baik kami shalat dulu, mas" pamit Dito. Sebelum kami melangkah pergi Indira sempat melihat Fajar dimana tatapannya masih kearahnya dan tersenyum sedikit sekali membuat Indira sedikit terpana. Semua itu hilang karena omelan Dito atas perkataan Fajar yang dilakukan Indira hanya bisa diam saja tidak banyak bicara. Dito menunggu depan musholla, Indira yang melihatnya segera memakai sepatu dan langsung mencari keberadaan mereka berdua tapi tidak ada ditempat semula, akhirnya Indira mengajak ke ruangan kemarin Indira dihukum dengan hukuman yang masih tidak di pahami sampai sekarang. Indira mengetuk dan membuka pintu dimana didalam ada Wahyu, Fajar dan Sofia tapi tidak berselang lama Sofia undur diri sehingga menyisakan mereka berdua. "Dito komting kan?" tanya Wahyu yang dijawab anggukan Dito. "Kamu kasih selebaran ini ke masing-masing kelompok apa yang mereka harus bawa waktu psycho camp. Semua wajib ikut dan harus ada tanda tangan orang tua/wali. Paham kan?" terang Wahyu. "Ya, mas" jawab Dito. "Oh ya paling lambat lusa ya" Dito hanya mengangguk. "Mas, kalau gak ikut gimana?" tanya Indira sedikit takut. "Kenapa?" tanya Wahyu namun Indira hanya diam bingung menjelaskan apa "ada surat itu yang menjelaskan, masih kurang?" Indira menggeleng dan langsung lemas. "Kita memang gak kasih konsekuensi hukuman bagi yang gak ikut tapi banyak ruginya ini kesempatan kalian mengenal senior dan teman-teman yang lain" terang Fajar dan Indira hanya bisa menunduk. Dito diperbolehkan keluar sedangkan Indira diminta untuk tetap disini setelah Dito keluar Indira disuruh duduk tapi Wahyu meninggalkan kami berdua dalam satu ruangan. Indira tidak berani menatap Fajar yang ada di depan dimana tatapan Fajar membuatnya takut. "Mana bukunya?" Indira menatap dengan bingung "tanda tangan senior" Indira langsung paham dengan segera mengeluarkan buku menyerahkan pada Fajar dengan cepat Fajar tanda tangan "bukankah kita pacaran?" Indira menatap Fajar bingung dapat kulihat Fajar menghembuskan nafas lelah "nanti aku antar pulang jangan kabur sekarang kembali dalam kelas." Indira kembali kelas dengan tatapan kosong masih memikirkan perkataan Fajar membuat Mita, Lia dan Shinta menatap bingung. Tidak lama kemudian kedua senior kami Wahyu dan Sofia masuk kelas menjelaskan mengenai kegiatan psycho camp dan meminta Dito untuk menyebarkan surat ijin pada orang tua, Indira hanya diam mendengar pembicaraan mereka sambil menatap kertas ini namun tidak bertahan lama karena ponselku bergetar menandakan pesan masuk. Senior Fajar perlu dibantu buat ijin sama orang tua? kalau perlu aku bisa bantu bilang aja. Oh ya besok aku gak ada di kampus jadi jangan cari ya . Indira melotot melihat pesan yang Fajar kirim siapa yang cari Fajar tapi Indira hanya diam tidak membalas pesannya. Senior Fajar Aku tunggu diruangan tadi ketika selesai kegiatan dan kita pulang bersama. Dan Indira pun tidak membalas pesan dari Fajar karena Indira sendiri tidak tahu harus membalas apa pada Fajar yang baru bertemu kemarin. Sikap Fajar yang suka tiba-tiba membuat bingung dan seolah tidak bisa dirubah oleh apapun, bahkan pernyataan yang belum terjawab saja juga sudah menjadi beban bagi Indira karena bingung bagaimana menolaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN