bc

BUKAN PACAR OM

book_age18+
31
IKUTI
1K
BACA
possessive
second chance
sweet
lighthearted
love at the first sight
affair
friends with benefits
stubborn
like
intro-logo
Uraian

Doni pria pekerja keras, menyukai putri musuhnya sendiri. Al hasil, mereka menjalani hubungan secara diam-diam. Naomi dan Doni, memiliki hubungan yang manis, namun sering berjalannya waktu Naomi mengkhianati. Akankah pengkhianat wanita itu terungkap? Atau justru semakin membuat Doni terkhianati?

chap-preview
Pratinjau gratis
Angelica Naomi Candra
Angelica Naomi Candra, Perempuan yang selalu tidak percaya dengan kegagalan. Hidupnya mengedepankan semangat yang luar biasa, kegagalan baginya adalah seseorang yang tak ingin keluar dari zona nyaman. Sebenarnya semangat dan ambisius dari Naomi adalah turunan dari Mamanya--Laras juga sikap sempurna dari Papa--Candra.  Naomi sangat mandiri meskipun bergelimang harta, bahkan hidupnya benar-benar sederhana dan lagi-lagi mewarisi sikap Laras. Entah mengapa meskipun Candra berusaha memberikan segalanya untuk Naomi, tetap saja wanita itu menolak segala fasilitas yang pria itu berikan. Alasan yang klise sebenarnya. Naomi hanya tidak suka sesuatu yang berlebihan. Bagaimana tidak? Papanya ingin putri semata wayangnya itu selalu dijaga oleh bodyguard pun kemana-mana harus memakai mobil. Naomi yang tak suka itu jelas menolak.  Bagi wanita berambut sebahu itu tak ada alasan untuk Naomi menerima fasilitas itu. Ia ingin hidupnya normal dan seperti teman-temannya. Apalagi di kampus, kebanyakan mereka yang ingin menjadi teman hanyalah penjilat dan Naomi hanya ingin mendapatkan teman yang tulus.  "Ma, tolong ya nanti Om Doni suruh jemput?" pinta wanita itu saat mereka sedang sarapan pagi.  Laras hendak memotong daging yang telah dipanggang itu, lalu menatap putrinya dengan senyuman manis. "Om Doni pasti sibuk." jelas wanita itu mengingat bisnisnya akhir-akhir ini sangatlah luar biasa memakan waktu.  Naomi menghela napasnya. "Kebiasaan deh, ya udah nanti aku usahain pulang bareng temen deh."  "Lagian kenapa sih Nom, Papa sama Mama sudah ngasih kamu fasilitas yang mudah kenapa kamu malah justru milih yang sulit?" kini giliran Candra yang berbicara, Naomi hanya meringis.  "Kalau teman-teman aku tahu punya keluarga berkecukupan aku yakin mereka banyak yang manfaatin aku Pa."  "Terus kenapa? Kamu hanya perlu abaikan mereka, yang terpenting kamu gak kesusahan." Lagi-lagi wanita itu menggaruk tengkuknya. "gak deh Pa, aku lebih nyaman diantar jemput sama Om Doni." padahal alasan itu sebenarnya gak mutlak sih, apalagi kalau bukan Naomi yang ingin curi-curi pandang kepada Manager di perusahaan Mamanya.  Candra berdecak, pria paruh baya itu mengeluarkan bentuk protesnya. "Doni lagi! Papa sebenarnya gak suka ya, kamu berdekatan dengan bocah itu." gerutu Candra, Naomi menaikkan alisnya sedangkan Laras menggelengkan kepala keheranan.  Sampai detik ini sebenarnya Naomi tak tahu, apa alasan Papanya yang amat sangat membenci pria itu? Bahkan Papanya sering menyebut Doni dengan kata 'Bocah' jika diingat-ingat kan' padahal usia Doni lebih tua darinya. Bahkan terkadang Papanya juga mengatakan bahwa Doni adalah anak yang tak sopan. Entahlah, mungkin dulu mereka pernah membuat sebuah perang besar.  "Bapak gak usah memprovokasi anak bapak dong, Lagian Doni itu pria yang baik dan bertanggung jawab kok." jelas Mamanya, tapi Candra memutar bola mata jengah pasrah karena tak bisa melawan kata-kata istrinya itu.  Dan satu lagi, Naomi juga heran mengapa Mamanya sangat membela pria itu? Bahkan seolah-olah mereka memiliki ikatan darah. Hmm, sebenarnya Naomi penasaran tentang masalalu mereka.  "Sudah ah! Kenapa jadi berdebat sih?" tegur putri mereka, seolah tersadar keduanya meringis. Lalu melanjutkan sarapan mereka.  Saat tengah menikmati hidangan yang ada, Naomi dikejutkan dengan dering ponselnya. Ada pesan masuk dari Doni.  Om Doni:  Cepat keluar, aku sudah ada di luar.  Membaca itu, ia tersenyum sumringah dan segera menyudahi sesi sarapan. Naomi segera meraih tas selempang, kedua orang tuanya yang melihat itu kebingungan. "Ma, Pa. Naomi berangkat dulu ya?" pamitnya, Laras mengangguk. "Tuh kan' bocah itu saja gak berani masuk gak sopan sekali." "Pak.." tegur Laras, Candra langsung terdiam. "Dah.." pamitnya dan berlenggang pergi menyusul Doni.  Diluar, nampak Doni tengah berdiri disamping mobil milik Mamanya yang ia pakai untuk bekerja dan mengantar jemput dirinya.  "Om.." Seru Naomi menghampiri pria itu, tak ada senyum sedikitpun yang terlukiskan di bibir Doni. Meski begitu, Naomi masih mengharapkan perasaanya kepada pria yang sejak dulu telah mengabdi di perusahaan Mamanya.  "Masuk, nanti kamu terlambat."  Tanpa pikir panjang, Naomi langsung bergegas masuk kedalam mobil di susul oleh Doni. Di dalam mobil, hanya ada keheningan dan Naomi tentu saja tak menyukai situasi seperti ini.  "Om, kok diam aja sih!" geramnya, karena sejak tadi pria itu terlalu fokus kepada jalanan.  "Kenapa sih kalau aku diam aja? Memangnya harus ya berbicara dengan kamu?" gerutu Doni, Naomi memutar matanya malas.  "Om habis makan yang pedes-pedes ya? Judes banget." gumamnya, Doni hanya terdiam. Sejak memasuki masa remaja dan Naomi mulai paham apa itu hubungan antara pria dan wanita, ia mulai menaruh rasa kepada Doni. Awalanya hanya melalui pandangan, dimana Naomi menganggap pria itu adalah pria yang tampan dan manis, membuatnya mengaggumi Doni. Seiring berjalannya waktu, bukan hanya sebuah rasa kagum dan suka tapi Naomi benar-benar mencintai dan menaruh harapan kepada pria itu.  Hanya saja, sayang sekali. Doni justru bersikap sebaliknya. Cuek, judes, datar, dingin dan bahkan mengabaikannya. Meskipun terkadang secara kebetulan pria itu memperlakukannya dengan manis. Tapi, Naomi memang bukanlah wanita yang putus asa dan gampang nyerah. Selagi apapun yang belum ia miliki dan dapati, wanita itu akan terus berjuang untuk mendapatkannya. Suasana di mobil lagi-lagi hening, hanya keramaian jalan yang menemani. Naomi bersiul, dan mencari-cari topik pembicaraan. "Om.." "Hmmm." "Belum punya pacar kan?" tanya Naomi dengan gamblang, sontak saja Doni menatap wanita itu penuh pertanyaan.  "Kalau belum.." ucapannya menggantung, Naomi dengan memberanikan diri menatap Doni yang tengah fokus menyetir.  "Kalau belum apa?" tanyanya datar.  "Om mau gak jadi pacar aku.." Ciitttt. "Oh s**t!" mobil itu tiba-tiba berhenti mendadak, atau lebih tepatnya Doni mengerem tanpa memberi aba-aba. Untung saja jalanan sepi, karena sudah memasuki wilayah kampus. Naomi memegang dadanya karena kaget, lalu menatap Doni dengan penuh amarah.  "Om kenapa sih!" gerutunya "Kamu yang kenapa? Lupa minum obat atau gimana? Udah sana kamu jalan." pinta Doni, Naomi melotot tak terima.  "Jalan?" pekiknya mencoba memastikan, Namun sayang sekali Doni malah mengangguk.  "Iya, lagian bentar lagi sudah nyampe kampus. Udah gak usah manja. Aku gak suka cewek manja!" terang Doni, mendengar kalimat itu sontak saja Naomi yang awalnya protes justru mengangguk dengan cepat.  "Ya sudah, aku jalan saja. Tapi dengan begitu Om suka cewek mandiri kan?" pertanyaan itu membuat Doni mengedikkan bahunya acuh, lalu memutar mobil itu dan meninggalkan Naomi yang mendengus kesal.  "Tidak masalah Naomi, jarak kampus masih sepuluh meter lagi. Yang penting Om Doni bisa suka sama kamu!" gumamnya, menyemangati dirinya sendiri. Sungguh, lautan api dan badai akan Ia sebrangi namun hanya saat Naomi dalam mimpi saja sih.  Wanita itu tertawa sendiri, sembari berjalan memasuki wilayah kampus. 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook