Kinan segera meminum segelas air putih hingga tandas.
"Maksud bapak apa?"tanya Kinan masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.
"Masa seperti itu saja kamu tidak paham sih?Kamu tidak tuli kan?"
Kinan menggeleng."Enggak,saya enggak mau tinggal sama bapak,memang saya perempuan apaan?"tolaknya lalu melipat kedua tangannya di atas perutnya.
Defan tersenyum menyeringai,lalu tangannya mengetikan sesuatu di ponselnya
Ting....
Kinan menoleh ke arah tasnya di mana ada ponsel miliknya di dalamnya.
"Lihat dulu email di ponselmu,"perintah Defan pada Kinan.
Ragu-ragu Kinan mengambil ponsel miliknya dan segera membuka pesan masuk di emailnya.
Kinan melirik wajah Defan sekilas sebelum ia membaca emailnya. Dan seketika mata Kinan membola membaca isi dari email yang baru saja ia terima.
"What.... "pekik Kinan, ia langsung menatap tak suka pada Defan,"Bapak jebak saya,"protes Kinan.
Bagaimana ia tak protes di saat ia membaca isi surat perjanjian yang ia tandatangani tadi pagi,di sana di tulis jika ia menjadi sekretaris pribadi pria di depannya selama 24jam full.
"Saya tidak menjebakmu Kinan, bukankah saya sudah menyuruhmu untuk membaca surat kontrak yang baru."
"Tapi,saya pikir ...."Kinan menunduk,ia menyesali kecerobohannya.
"Itu salah kamu? Bagaimanapun isi surat kontrak berbeda tiap divisi, apa lagi kamu bekerja sebagai sekretaris CEO,pasti adalah perbedaannya. "
Kinan menggeleng."Tetap saja kita tidak bisa tinggal bersama kita bukan suami istri."
"Kalau begitu kamu jadi istri saya saja,"goda Defan.
Kinan menggeleng."Pak,candaan Bapak tidak lucu tahu tidak,"ujarnya kesal."saya tahu saya cantik dan Bapak pasti tertarik sama saya,tapi tidak seperti ini juga modusnya."
Defan mengangguk,melirik penampilan Kinan,ia akui ia sangat tertarik,bahkan miliknya mati-matian ia tahan,sepertinya ia mengenali sarang yang pernah ia masuki berada di dekatnya.
"Pokoknya saya menolak,"ujar Kinan.
Defan mengangguk."Oke sesuai perjanjian kamu saya pecat dan harus membayar ganti rugi 150jt."
Kinan nampak berfikir,150 jt, mungkin ia harus merelakan mobilnya,sungguh ia paling tidak suka orang memanfaatkan hal seperti ini,jika pria tertarik padanya harusnya mengejarnya dengan cara yang benar bukan licik seperti ini.
"Bagaimana?"tanya Defan,ia yakin jika Kinan tak akan menolak.
"Oke ... saya keluar,”ucap Kinan yakin.Segera ia berdiri dan langsung pergi meninggalkan Defan.
"Apa ... dia menolak,"ujar Defan kesal."ah sial ...."Di tatapnya kepergian Kinan yang baru saja melewati pintu keluar restoran.
Kinan dengan kesal keluar dari restoran,Ia tak menyangka jika atasan barunya semesum itu.Ah Kinan sungguh merasa sial hari ini.Baru mendapat pekerjaan tapi langsung di pecat dan harus membayar denda hanya karena sebuah tanda tangan.
"Ah... sialan,”serunya kesal,Kinan menghentakan sepatu high hilsnya ke lantai depan restoran.
Hingga tiba-tiba ponselnya berdering.Di ambilnya ponsel di dalam tasnya, ada panggilan dari papanya.
"Papa ...,"lirih Kinan.
Segera ia geser icon hijau di layarnya."Hallo pa ...,”sapa Kinan.
"Hallo Kinan ...,"ucap papa Kinan di seberang teleponnya.
"Iya pa, ini Kinan."
"Nak,apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan?"
Mendengar pertanyaan itu Kinan menelan ludahnya, baru kemarin ia menelpon jika ia mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar, tapi sekarang.
"Iya Pa ...,"jawab Kinan gugup.
Terdengar helaan nafas lega di seberang telepon,"Syukurlah, kalau begitu Papa jadi berani ambil hutang di bank, mamamu harus segera operasi nak,semalam dia kambuh lagi."
Mendengar itu mata Kinan menggenang,ia sangat menyayangi mamanya,ia tak mau sesuatu terjadi pada mamanya.
"Iya Pa ... lakukan saja Pa, nanti setiap bulan Kinan kirim untuk membayar hutangnya."
"Syukurlah, terima kasih nak."
"Iya Pa...."
Kinan mencengkeram ponselnya erat, ia bingung harus bagaimana sekarang. Menjual mobilnya untuk membayar denda atau kembali ke dalam dan menerima pekerjaan ini maka ia bisa gunakan uang jual mobil untuk operasi sang mama.
Defan menatap wajah panik Kinan,ia yakin jika wanita itu ada masalah,tapi apa? Menghela nafasnya Defan melangkah keluar restoran dan melewati Kinan,ia pikir nanti saja akan ia pikirkan caranya mendapatkan wanita itu kembali.
Kinan menatap punggung Defan yang baru saja melewatinya, ia ragu tapi saat ini ia tak punya pilihan lain.
"Tunggu ..,"ujar Kinan sambil mengejar Defan yang akan membuka pintu mobilnya.
"Aku bilang tunggu,”ulang Kinan sekali lagi sambil menahan tangan Defan.
Defan tersenyum tipis,ia yakin ada peluang baru saja datang untuknyaKinan berubah pikiran, ia yakin itu.
Menarik nafasnya sambil menormalkan ekspresinya Defan berbalik,menatap Kinan dingin."Ada apa? Sudah ada uang untuk membayar dendanya?"
Kinan menggeleng."T-tolong jangan seperti itu, aku butuh pekerjaan ini,tapi aku ...,"ucapnya ragu untuk mengambil keputusan.
"Tak ada pilihan lain Kinan.Aku tak suka tawar menawar,Yes or No?"ujar Defan akan berbalik lagi.
"Oke!"seru Kinan membuat Defan tak bisa menahan rasa senangnya namun ia tetap harus menjaga imagenya meski hatinya bersorak senang.
"Ingat kamu tak bisa lagi merubah keputusanmu."
Ragu-ragu Kinan mengangguk.
Defan menggeleng."Tidak kamu masih ragu.”Defan akan berbalik masuk ke mobilnya tapi dengan cepat Kinan menahannya.
"Aku yakin ... hmm ... yakin,sangat yakin,"ujar Kinan sambil mengangguk mantap seolah ingin menunjukan keyakinannya.
Defan mengangguk."Bagus ayo kita ke apartemenmu."
"Apartementku? "tanya Kinan bingung.
"Iyalah,ambil beberapa keperluanmu dan pindah ke apartementku."
Kinan menelan salivanya."Tapi di apartement mu ada kamar khusus untukku kan?"
"Maksudmu?"
Kinan menggeleng."Aku tidak mau seperti cerita di n****+-n****+ di mana CEO memanfaatkan sekretaris cantiknya untuk ... untuk ...,"ujar Kinan dengan wajah meronanya.
Oh,Defan semakin yakin jika wanita cantik di depannya adalah Kinannya, dia tetap saja polos meski ia berusaha menutupinya dengan kepercayaan dirinya.
"Tentu,saya juga tahu batasan,ya setidaknya saya tidak suka memaksa kecuali kamu yang merayuku duluan."
"Astaga ...,"ujar Kinan dengan wajahnya yang semakin memerah."tidak,itu tidak akan pernah terjadi."
"Ya sudah cepat, panas di sini,”ujar Defan sambil membuka pintu mobilnya dan segera masuk ke dalamnya.
Kinanpun langsung memutari mobil dan masuk ke dalam duduk di kursi penumpang sebelah Defan.Hatinya masih ragu tapi ia tak punya pilihan lain saat ini.Ia terjebak dan seolah Tuhan mendukung kemauan Defan.
"Tunjukkan alamat apartementmu."
"Ah.. Iya... "
...
Defan memindai apartment tipe studio milik Kinan, hanya ada ranjang di sini, dapur kecil tanpa sekat dan kamar mandi.Tak ada ruang tamu atau yang lainnya, ini semacam kos tapi berlabel apartement.
Di lihatnya Kinan tengah memasukan beberapa pakaiannya ke dalam koper.
"Apa apartement ini milikmu?"
"Bukan, ini milik temanku,tapi saat ini dia tengah bertugas di luar negeri maka aku di perbolehkan tinggal di sini."
Defan mengangguk lalu duduk di ranjang sambil mengamati Kinan yang tengah berberes.
Kinan masih mengemasi isi kopernya, ia baru 1 bulan tinggal di sini, hanya ada sedikit barang yang ia punya di sini.
"Akhirnya selesai juga,”gumam Kinan.
Iapun berdiri dan berbalik,ia mengerutkan keningnya,di lihatnya Defan rupanya tengah tertidur dengan lelap, bahkan bisa Kinan dengar dengkuran halus pria itu.Kinan mendekat, di pandanginya wajah tampan yang terlihat tenang itu.
"Dia sangat mirip dengannya,”lirih Kinan.
Ia lalu menggeleng,menghalau segala pikirannya,melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 7 malam.Menghela nafasnya Kinan mencoba membangunkan Defan
"Pak ... bangun ... Pak Defan ...."
"Enghhhhh .... "Defan hanya melenguh saja, ia masih terlelap.
"Pak Defan bangun!”ulang Kinan lagi.
"Ahhhhh,"pekik Kinan karena Defan tiba-tiba menariknya ke dalam pelukannya."lepas Pak,"protes Kinan mencoba melepaskan diri.
"Tidak akan, aku sangat merindukanmu,”gumam Defan tanpa membuka matanya.
Deg....
Jantung Kinan tiba-tiba berdetak dengan kencang,air matanya bahkan menggenang begitu saja tanpa ia mengerti kenapa.
"Rindu ...,”lirihnya
.
.
myAmymy